Ciceri Memanggil: Tuntut Adili Jokowi dan Mosi Tak Percaya Rezim Prabowo – Gibran

0
40 views

Serang, lpmsigma.com – Aliansi Ciceri Memanggil menggelar aksi protes di Lampu Merah Ciceri tepatnya di depan kantor Bawaslu Provinsi Banten. Aksi ini ditujukan untuk mengkritisi 10 tahun kepemimpinan Presiden Jokowi serta menyampaikan aspirasi mosi tidak kepercayaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming, Rabu (16/10).

Faisal selaku koordinator lapangan aksi, menyatakan bahwa pergantian Presiden ini tidak lebih dari sekadar mengganti figur, tanpa ada perubahan yang signifikan dalam arah kebijakan. Menurutnya, kepemimpinan baru hanya akan melanjutkan pola yang sama seperti sebelumnya.

“Ini seperti hanya mengganti kepala, tapi tubuhnya tetap sama. Tidak ada perubahan nyata yang ditawarkan, kebijakan akan tetap berjalan seperti yang sudah-sudah,” ujar Faisal.

Ia juga menyoroti bahwa kepemimpinan Prabowo akan berpotensi meneruskan praktik diskriminasi dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi selama masa pemerintahan Jokowi. Ia juga berpendapat, Prabowo adalah bagian dari kelompok oligarki yang mempengaruhi arah kebijakan negara.

“Dengan Prabowo yang sudah jelas menyatakan keberlanjutan kebijakan sebelumnya, saya yakin diskriminasi dan pelanggaran HAM akan terus terjadi, karena dia sendiri adalah bagian dari oligarki,” tambahnya.

Sementara itu, Andika, salah satu peserta aksi menegaskan bahwa masyarakat sudah jenuh dengan berbagai bentuk diskriminasi yang berlangsung selama satu dekade terakhir. Baginya, tindakan Jokowi selama 10 tahun terakhir menunjukkan ketidakpedulian terhadap hak-hak rakyat.

“Sudah 10 tahun rakyat diperlakukan tidak adil, pelanggaran HAM terus terjadi, diskriminasi semakin menjadi-jadi. Masyarakat sudah muak,” ucapnya.

Ia juga menutup dengan menyatakan kekhawatirannya bahwa lima tahun ke depan, di bawah kepemimpinan Prabowo tidak akan berbeda dengan masa pemerintahan Jokowi. Menurutnya, jika kebijakan yang sama diterapkan maka pergantian Presiden menjadi tak berarti.

“Kalau nanti 5 tahun ke depan sama saja seperti sekarang, ya buat apa ganti presiden? Apa bedanya?” tutupnya.

Reporter: Najib
Editor: Dhuyuf