Hati-hati! Motivasi Bisa Menjadi Hal yang Toxic

0
31 views

Setiap orang pasti mempunyai reaksi yang berbeda-beda terhadap motivasi. Ada yang merasa lebih semangat dan ada juga yang merasa terbebani. Fenomena dalam satu dekade terakhir masyarakat mengalami informasi yang sangat cepat melalui sosial media sehingga banyak sekali informasi baik diri pribadi orang ataupun dalam media publik.

Ternyata informasi yang mudah diakses juga membuat diri manusia menjadi melupakan hakikat manusia sendiri, sehingga terbatas melakukan sesuatu yang biasa dilakukan dalam hidupnya. Misalnya, tidak semua orang beruntung seperti menjadi anak presiden ataupun menjadi anak dari pengusaha besar.

Dalam buku The Subtle Art of Not Giving a Fck oleh Mark Manson, dijelaskan bagaimana motivasi dapat menjadi racun, dikatakan bahwa motivasi dapat berupaya untuk memperbaiki diri atau hidup yang justru memperkuat perasaan yang menimbulkan pikiran yang tidak sesuai harapan.

Ketika terlalu fokus dengan sesuatu yang diinginkan, kita semakin merasa kekurangan. Ironisnya, obsesi untuk memperbaiki diri ini justru membuat kita merasa lebih buruk.

Manson, menyoroti bahwa motivasi yang berlebihan bisa menjadi racun, karena membuat kita terus-menerus mengejar kesempurnaan, dan yang membuat seseorang merasa tidak pernah cukup baik. Bukannya memperbaiki hidup, justru menjadikan kita semakin tidak puas dengan diri sendiri, serta kehidupan kita menambah beban mental yang tidak sehat.

Motivasi bisa berubah menjadi racun, ketika keinginan untuk terus memperbaiki diri berubah jadi obsesi yang tidak sehat. Saat seseorang terlalu fokus pada suatu tujuan, seperti ingin lebih sukses atau lebih bahagia, mereka sering kali terjebak dalam lingkaran keinginan yang tidak pernah berakhir.

Alih-alih mencapai kebahagiaan, mereka akan semakin merasa bahwa apa yang mereka punya saat ini tidak cukup. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan yang berkelanjutan, setiap pencapaian tidak membawa kebahagiaan yang diharapkan.

Selain itu, motivasi yang berlebihan juga bisa memperburuk kesejahteraan. Dikarenakan, ia menanamkan rasa tidak percaya diri dan ketidakpuasan yang konstan. Orang yang terus berusaha “menjadi lebih baik” justru merasa semakin tertekan oleh standar yang mereka buat sendiri.

Tekanan ini bukan hanya merusak kebahagiaan pribadi, tetapi juga bisa merusak hubungan dengan orang lain, karena mereka mulai memproyeksikan harapan yang tidak realistis. Akibatnya, motivasi yang seharusnya membangun, itu menjadi racun yang merusak kesejahteraan dan kebahagiaan secara keseluruhan.

Di dunia maya, motivasi bisa jadi racun ketika orang-orang berbagi standar kesuksesan atau kebahagiaan yang tidak realistis. Kemudian, mempengaruhi cara pandang orang lain terhadap diri mereka sendiri. Di media sosial, motivasi sering dipromosikan lewat kutipan inspirasional, pencapaian pribadi atau gaya hidup yang terlihat sempurna.

Selanjutnya, bagi banyak orang yang melihat hal ini secara terus-menerus bisa menjadikan mereka merasa iri, tidak puas dan merasa tidak cukup baik, karena merasa harus memenuhi standar yang sama atau bahkan lebih tinggi. Hal ini menyebabkan tekanan sosial yang tidak sehat, dimana orang merasa terpaksa untuk selalu tampil sempurna dan mencapai kesuksesan yang sama, tanpa mempertimbangkan realitas hidup mereka sendiri.

Motivasi yang dibagikan secara berlebihan di dunia maya juga bisa menyebabkan toxic positivity, dimana seseorang merasa harus selalu berpikir positif. Disaat seseorang mengalami kesulitan atau kegagalan, dorongan untuk “tetap positif” atau “terus meningkatkan diri” bisa bikin perasaan mereka malah makin buruk, karena merasa tidak boleh sedih atau kecewa. Hal tersebut dapat menyebabkan individu yang merasa gagal atau tidak sesuai standar jadi terisolasi yang menciptakan lingkungan online lebih banyak menekan dari pada mendukung.

Mark Manson menawarkan pendekatan yang lebih realistis terhadap hidup, dimana kita diajak untuk menerima kenyataan bahwa hidup penuh dengan kesulitan dan kegagalan. Dari pada berusaha menghindari semua masalah. Manson menyarankan untuk memilih mana yang benar-benar layak diperjuangkan.

Manson juga menekankan, pentingnya memilih nilai-nilai yang bermakna dari pada mengejar kebahagiaan dan kesuksesan yang dangkal. Ia mengkritik budaya yang terlalu fokus pada pencapaian eksternal dan mengajak pembaca untuk fokus pada integritas, tanggung jawab dan penerimaan diri.

Buku ini juga mengajak kita untuk menerima keterbatasan diri, serta berhenti mencoba mengendalikan segalanya. Dengan melepaskan tekanan untuk selalu tampil sempurna, kita bisa lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dan mencapai kedamaian batin.

Penulis: Najib
Editor: Dhuyuf