Jejak Kepemimpinan Hidayatullah, Warek III 2021–2025

0
65 views

Ketika konflik Pemilihan Umum Mahasiswa kerap berujung ricuh hingga larut malam, Prof. Dr. Hidayatullah, M.Pd. memilih jalur berbeda yakni digitalisasi. Langkah itu menjadi salah satu penanda kepemimpinannya sebagai Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten periode 2021–2025, sebuah periode yang sarat terobosan, sekaligus menyisakan sejumlah catatan kritis dari mahasiswa.

Selama empat tahun memimpin bidang kemahasiswaan, ia menggulirkan beragam program, mulai dari penyediaan fasilitas organisasi mahasiswa, skema beasiswa bagi ketua Ormawa, pembangunan sarana olahraga, hingga terobosan Pemilihan Umum Mahasiswa (PUM) berbasis daring. Namun, di balik program-program itu, dinamika, keterbatasan anggaran, serta kritik mahasiswa turut mewarnai pelaksanaannya.

Dalam wawancara bersama LPM SiGMA pada 7 Oktober dan dilanjutkan 15 Oktober 2025, Hidayatullah memaparkan pandangannya tentang capaian, kendala, dan refleksi kepemimpinannya. Berikut petikan wawancara tersebut.

Sebagaimana pemerintahan negara, pemerintahan kampus juga memiliki program kerja. Apa saja program yang Bapak jalankan selama menjabat Warek III?

Selama empat tahun menjabat, program-program unggulan yang saya lakukan berangkat dari keinginan agar setiap organisasi mahasiswa memiliki kantor yang layak. Karena itu, di Kampus 1 saya fasilitasi ruang sekretariat lengkap dengan Wi-Fi, meja, dan sarana pendukung lainnya.

Program berikutnya adalah pemberian beasiswa bagi ketua Ormawa, sebuah kebijakan yang sebelumnya belum pernah ada. Selain itu, saya memfasilitasi berbagai special event kompetisi tingkat nasional dan internasional, pembinaan seperti English Camp, academic writing untuk persiapan LPDP, pelatihan kewirausahaan, serta kepemimpinan.

Saya juga menyediakan fasilitas olahraga, lapangan voli, futsal, dan peralatannya, serta mendorong terobosan Pemilihan Umum Mahasiswa (PUM) secara daring untuk meminimalkan gesekan dalam proses pemilihan. (15/10/25)

Salah satu terobosan yang disorot adalah beasiswa untuk ketua Ormawa. Mengapa program ini dianggap penting?

Saya selalu teringat pengalaman saya sendiri saat menjadi mahasiswa. Aktivis kampus itu bekerja tanpa digaji, tanpa bayaran, tapi paling vokal menyuarakan persoalan kampus. Karena itu, saya merasa penting memberi penghargaan kepada mereka. Beasiswa untuk ketua Ormawa adalah bentuk pengakuan atas kerja-kerja aktivisme tersebut. (07/10/25)

Program PUM online sempat menuai perhatian. Apa latar belakang kebijakan ini dan bagaimana hasilnya?

Pengalaman menunjukkan bahwa setiap PUM sering berujung keributan dan berlangsung hingga larut malam. Karena itu, kami mendorong PUM online untuk menekan potensi konflik dan menata proses pemilihan agar lebih tertib.

Pada tahap awal implementasi, tingkat partisipasi tidak jauh berbeda dengan PUM konvensional, tetapi risiko kericuhan berkurang. Catatan pentingnya adalah soal maintenance sistem dan kebutuhan regulasi PUM yang lebih jelas agar ke depan bisa berjalan lebih baik. (15/10/25)

Selain itu, Bapak juga membangun International Office dan mendatangkan mahasiswa asing. Apa tujuan dan tantangannya?

Tujuan utamanya agar UIN SMH Banten dikenal secara internasional dan membuka peluang student mobility. Pada periode saya, mahasiswa asing mulai masuk, termasuk dari Filipina dan Thailand. Untuk mendukung itu, saya membentuk International Office sebagai penghubung kerja sama luar negeri. Mulai dari rekrutmen, pengurusan visa, hingga akomodasi.

Tantangannya besar, terutama soal anggaran. Dari sekitar Rp100 juta yang tersedia, hanya Rp50 juta yang bisa digunakan. Untuk program internasional, jumlah itu sangat kecil. Staf International Office juga tidak mendapat tunjangan, sehingga sulit mencari orang yang mau menangani pekerjaan tersebut. Meski begitu, program tetap berjalan berkat mereka yang bersedia bekerja tanpa banyak insentif. Namun, setelah itu, keberlanjutannya belum terlihat. (15/10/25)

Selama menangani mahasiswa, pengalaman apa yang paling berkesan bagi Bapak?

Yang paling membahagiakan adalah membantu mahasiswa yang hampir putus kuliah karena tidak mampu membayar UKT. Ada yang datang menangis, ada yang kehilangan orang tua. Saya bantu melalui skema cicilan, mencarikan peluang, atau menghubungkan mereka ke Baznas Kabupaten. Ketika mereka akhirnya lulus, itu menjadi kepuasan tersendiri bagi saya. (15/10/25)

Bagaimana Bapak melihat dinamika mahasiswa dari pengalaman tersebut?

Ada fenomena menarik. Beberapa mahasiswa yang jarang kuliah justru paling vokal memperjuangkan nasib mahasiswa lain. Empatinya tinggi, tapi sering lupa pada dirinya sendiri. Ini yang kerap saya tegur, terutama ketua Ormawa. Aktivis yang sudah semester tinggi seharusnya segera menyelesaikan kuliah. Filosofinya seperti lilin, menerangi orang lain, tapi dirinya sendiri habis. (07/10/25)

Apa pesan Bapak untuk mahasiswa dan aktivis kampus?

Terus pacu diri untuk menjadi lebih baik. Berprestasilah tanpa batas, baik akademik maupun non-akademik. Jaga identitas UIN di mana pun berada. Tantangan ke depan besar, karena itu kuatkan iman, kuatkan ilmu, dan jaga silaturahmi. Ilmu tanpa agama itu sesat, dan agama tanpa ilmu itu gelap. Aktivis juga harus menjaga kuliah, jangan sampai sibuk memperjuangkan orang lain tetapi melupakan masa depan diri sendiri. (15/10/25)

Apa pesan Bapak untuk Rektor yang baru menjabat?

Pimpinan itu ibarat imam dan konduktor orkestra. Tugasnya mengorkestrasi semua unsur, bukan hanya satu kelompok. Mahasiswa kita beragam latar belakang ada yang dari desa, ada yang dari kota jadi tidak bisa disamakan. Semua fakultas punya ciri khas masing-masing. Pemimpin harus menjadi teladan dan motivator bagi semuanya. (07/10/25)

Lalu, apa pesan Bapak untuk Warek III yang sekarang?

Lanjutkan program yang sudah berjalan baik. Jika ada yang kurang, evaluasi sesuai kebutuhan kemahasiswaan, kurikulum, dan kondisi masyarakat.

Yang terpenting, Warek III harus dekat dengan mahasiswa. Jangan hanya memperhatikan satu kelompok tertentu. Mahasiswa UIN bukan milik satu golongan. Semua organisasi, semua latar belakang adalah anak sendiri, semuanya harus dilayani dan dibimbing secara adil. (07/10/25)

Penulis: Irma