Tumbal

0
259 views

Musala An-nur didirikan pada Tahun 1980 oleh warga setempat, yang tentunya setiap harinya musala tersebut digunakan untuk beribadah. Lalu musala tersebut ditinggalkan oleh seorang marbot (Pengurus Musala) Kasman, singkatnya setelah marbot musala An-nur Wafat pada tahun 2015 musala tersebut terbengkalai dan konon banyak hal-hal mistis yang terjadi di musala tersebut.

Setelah wafatnya Kasman dibarengi dengan musala An-nur yang terbengkalai, tentunya tidak dipakai kembali oleh masyarakat setempat. Dari situlah awal mula hal-hal mistis yang tak terduga dan membuat warga setempat tercengang.

Berawal terjadinya keanehan pada ke 100 Hari wafatnya pak Kasman, tepatnya di hari Jum’at malam yang terjadi di musala yang terbengkalai tersebut. Pada malam itu tepatnya pukul 00.05 ada warga pendatang yang mendengar suara Adzan di dalam musala.

“Allahuakbar Allahuakbar” Burhan mendengar suara Azan yang sangat jelas dari arah musala An-nur.
“Kok ada yang adzan jam segini? Wah iseng nih orang,” bergegas burhan mendekati musala itu dengan rasa penasaran dan kesal.

“lah kok gelap, anjir wangi melati” Burhan dengan kaki gemetar sambil mengarahkan senter sekeliling musala, dia melongo terheran-heran setelah melihat tidak ada siapa pun di musala itu, hanya ada sejadah yang tergelatak dengan rapih di lantai seakan-akan ada yang sudah memakainya, ditambah dengan wewangian yang sangat menyengat bergegas ia berlari terbirit-birit sambil berteriak.

“Se set set setaaaaaaaaaan setaaaaaaaaaan” Burhan berteriak sekencang-kencangnya, hingga Andi yang sedang Ronda itu mendengar.
“Berisik banget lu setan,” ucap Andi.

“Set-set-set-setan-bapak-setan-musala-melati-setan” Sambil terbata-bata Burhan mencoba untuk memberitahu “Lu setannya anjir”

“Di sana ada setan pak”“

Di mana? Nih diminum dulu”

“Setan, panas”

Setelah Burhan minum dan sedikit tenang barulah andi bercerita kejadian yang dia alami.
“Tadi kan pak saya lewat depan musala itu, saya denger suara azan di dalam, saya kira ada orang yang iseng, pas saya sentirin tu pak ternyata gak ada apa-apa” ucap burhan mencoba menjelaskan.
“Wah ini hari ke 100 pak Kasman, apa ini ada kaitannya ya?” Subhan teman ronda pak Andi bertanya pada diri sendiri.

“Yaudah mending kamu pulang sekarang” ucap Andi
“Iya pak, tapi antarkan saya” minta Burhan kepada yang ronda
Setelah kejadian tersebut, banyak hal-hal mistis lainnya terjadi sampai membuat semua orang tidak ada yang berani mendekati mushala itu.

Seiring waktu berjalan, dan akan ada rel kereta yang mau dibangun desa itu dan musala An-nur akan tergusur. Tiba saatnya untuk penggusuran mushola.

“Alat berat siapkan hari ini kita akan membongkar mushala yang masuk ke area pembangunan rel” Ucap dengan lantang Sodik mandor proyek.
“Tejo sekarang hidupkan mesin kita harus meratakan mushala itu dengan tanah agar pekerjaan kita segera selesai”

“Siap pak laksanakan perintah, biwir bereum-bereum jawer hayam panon coklat kopi susu” bergegas Tejo naik ke tempat kemudi alat berat itu sambil bersenandung lagu.

“Otw meratakan, Majuuuuuu…” alat berat terus maju seketika beberapa meter lagi sampai kedepan bangunan mushala itu, tiba tiba
“Lah kunaha sia teh modar” Tejo menggerutu dengan bahasa daerahnya karena Dozernya tiba-tiba mati.

“Tah kitu hirup dei, Gasssken…, alah sia boy kunaha modar wae” Tejo semakin bingung padahal selama dia mengemudikan alat berat ini tidak ada masalah.
“Ah dasar mesin kolot” Tejo menggerutu sambil turun dari kemudinya.

“Mesinnya udah tua kali pak gak mau idup minta ganti kayaknya”
“Palalu peang, umur lu noh yang tua” Ujar sodik sambil membuka topi kebanggaannya
“Serius pak coba aja bapak idupin”
“Mana sini kuncinya”
“Tuh kan pak apa saya bilang, teu hirup kan hehee..” Tejo sambil tertawa kecil.
“Coba pakai Buldozer satunya”
“Oke siap pak” Langsung Tejo berlari menaiki kemudi buldoser yang lain dan langsung menghidupkan mesinnya.

“Bismillahirrahmanirrahim doangna kudu ngado’a helan iyeu mah, Yok bisa yok” langsung tejo kemudikan mesinnya menuju Mushola itu dan sudah kita tebak buldozer itu juga mati ketika sudah mendekati mushala itu.

“Lah ko modar dei mesina, kadoangna aya anu teu beres didiyeu” Tejo pun laporan kembali ke mandor
“Pak mesinnya mati lagi”
“Lah ko bisa kan itu Unit baru masa iya udah mogok si”

“Masalahnya kaya mesin yang pertama tadi pak, pas saya mau ngedeket itu mushola selalu mati ni mesinnya” Ucap tejo kepada mandornya
“Yaudah nanti saya lapor kepada pimpinan langkah apa yang harus dilakukan” Ujar sodik sambil meninggalkan area proyek.

Satu dua sampai tiga malam berlalu, masalah yang menghantui masih belum terselesaikan sampai pada akhirnya.
“Jo tidur sini nih sebelah gua, cukup nyaman” ucap Sodik, yang sudah mengambil posisi untuk bersiap tidur.

“iya bang. Bang saya rindu banget sama anak, istri saya. Tejo pengen banget peluk mereka dan bilang kalo Tejo sayaaaang pisan sama mereka, saya pengen gitu punya waktu buat bareng-bareng sama meraka, pengen tertawa bareng mereka, makan bareng meraka, trus nyuapin meraka” sambil menatap langit-langit mushola tejo melanturkan keinginanya.

Setelah bercakap-cakap panjang mereka pun terlelap
‘aaaaaaaaaaaaaaaa’
Sodik yang baru saja kembali dari kamar mandi mendengar suara jeritan dari musala yang ternyata buldozer itu bergerak dan meratakan musalah dengan tanah beserta Tejo yang tertidur di dalamnya. Sodik hanya bisa terdiam dan tercengang dengan kejadian ini, ia hanya bisa mengingat apa yang dikatakan Tejo semalam sebelum meraka tertidur.

‘bang saya titip poto keluarga saya ya ke abang soalnya kalo saya yang megang takut kotor kena tanah, terima kasih ya bang’ tak terasa air mata Sodik terjatuh di atas kertas yang di dalmnya terdapat gambar keluarga Tejo.

Penulis: Riyanti
Editor: Alfin