Tantangan Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19, Semua Orang Harus Mampu Menjadi Pendidik

0
141 views

Oleh: Dede Riska Ramadani

Setelah adanya pandemi Covid-19, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI mengeluarkan dua kebijakan melalui Surat Edaran No. 3 tahun 2020 (Kemendikbud, 2020c) dan Surat Edaran No. 4 tahun 2020 (Kemendikbud, 2020d). Kedua kebijakan tersebut terkait pencegahan Covid-19 pada satuan pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Covid-19. Kebijakan belajar di rumah itu dikenal sebagai kebijakan belajar jarak jauh dalam jaringan atau biasa disebut daring. Kementerian agama juga mengeluarkan kebijakan tentang mekanisme pembelajaran dan penilaian madrasah dalam masa darurat pencegahan penyebaran Covid-19 dengan memanfaatkan kanal e-learning yang dilakukan oleh guru maupun peserta didik. (Kemenag, 2020a).

Dengan dikeluarkannya edaran surat kebijakan dari pemerintah inilah yang menjadi awal mula berlangsungnya budaya baru, yaitu budaya Belajar Dari Rumah (BDR). Dimana anak tidak lagi melakukan kegiatan bermain dan belajar di sekolah bersama teman-temannya seperti biasa, melainkan belajar dari jarak jauh melalui daring. Pembelajaran secara daring biasanya para guru dan siswa menggunakan beberapa aplikasi tertentu dalam melakukan proses belajarnya, seperti Google Classroom, Google Meet ataupun Zoom Meeting.

Dalam kondisi seperti ini, tidak sedikit para pelajar yang merasakan jenuh atau bosan. Oleh karenanya, perlu adanya peran orang tua dalam mendampingi proses belajar anak. Pembelajaran secara daring ini dilakukan sebagai upaya pemerintah untuk memutus rantai penularan virus covid dan sebagai upaya pemenuhan hak masyarakat akan pendidikan. Dalam proses pelaksanaan pembelajarannya tentu saja orang tua/pendamping anak dituntut untuk mendampingi dan mampu membimbing anak dalam proses pembelajaran selama pandemi covid-19. Hal ini yang menjadi tantangan baru, bahwa semua orang harus mampu menjadi seorang pendidik.

Pendidik yang diharapkan di sini  yaitu pendidik yang berkarakter. Secara etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa latin character, yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian, dan akhlak. Sedangkan secara terminologi karakter diartikan sebagai sifat manusia yang terbentuk oleh faktor kehidupannya sendiri. Pendidik yang berkarakter berarti pendidik yang memiliki sifat, kepribadian dan akhlak yang baik dan sudah tertanam dalam dirinya sehingga diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai karakter yang baik kepada peserta didiknya.

Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Di masa pandemi ini orang tua dituntut untuk mampu mengembangkan pemahaman karakter dan potensi diri yang dimiliki baik untuk dirinya maupun anak-anaknya.

Dalam Islam, tugas seorang pendidik di pandang sebagai sesuatu yang sangat mulia. Secara umum, tugas pendidik adalah mendidik. Sedangkan dalam operasionalnya, mendidik merupakan rangkaian proses mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan dan lain sebagainya (dsb). Di samping itu pendidik juga bertugas sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.

Di masa pandemi sekarang ini, orang tua tidak lagi dapat berbagi tugas mendidik anak-anaknya dengan guru di sekolah seperti biasa, tetapi sekarang orang tua dituntut mampu mendidik anak secara keseluruhan tanpa berbagi tugas dengan guru di sekolah, mulai dari aspek kognitif, motorik kasar dan halus, bahasa, seni, sosial emosional, dan nilai moral/agama. Keenam aspek perkembangan anak tersebut harus mampu dikembangkan oleh orang tua/pendamping anak. Sebelum adanya pandemi dan penerapan budaya belajar yang baru, orang tua hanya bertugas mendukung program pembelajaran yang guru ajarkan di sekolah dengan cara menerapkannya di rumah dengan menjadikannya kebiasaan dalam rangka pembentukan karakter anak, namun di masa sekarang orang tua/pendamping anak dituntut untuk mengajarkan bahan ajar yang diberikan oleh guru. Dalam artian, orang tua harus mampu berperan sebagai guru, pendamping, pembimbing, singkatnya harus mampu berperan di balik profesi yang tercakup dalam kata pendidik.

Selain bertugas membimbing anak dalam proses belajar, sebagai seorang pendidik di rumah, orang tua juga bertugas sebagai fasilitator dan motivator dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini orang tua/pendamping anak dituntut untuk kreatif dalam menyediakan fasilitas dalam proses belajar mengajar. Misalnya kreatif dalam menyediakan/menciptakan media pembelajaran yang berfungsi membantu pendidik dalam hal memudahkan penyampaian materi pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan dapat berupa media/alat tiruan yang menyerupai, bisa juga melalui benda-benda konkret yang ada di sekitar lingkungan rumah. Karena anak akan sangat mudah memahami materi pembelajaran, apabila media yang digunakan sangat menarik bagi anak. Selain kreatif dalam media pembelajaran, sebagai seorang pendidik di rumah, orang tua juga harus mampu menciptakan suasana belajar yang nyaman, aman, dan menyenangkan bagi anak agar anak selalu semangat dan tidak jenuh dalam proses belajar. Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, pendidik dapat menyampaikan materi pembelajaran melalui permainan juga lagu-lagu anak. Karena melalui kegiatan bermain dan bernyanyi, anak akan merasa senang dalam belajar. Materi pembelajaran dapat disisipkan dalam permainan yang dimainkan, dan juga dapat disisipkan dalam lirik lagu yang akan diajarkan.

Melihat betapa pentingnya tuntutan pendidikan pada masa sekarang ini, ayo kita bangun semangat dalam hal pendampingan pendidikan anak di rumah guna keberhasilan mempersiapkan generasi bangsa yang unggul, dengan harapan dan doa, semoga pandemi ini segera berlalu dan kita semua diberi kekuatan dalam menjalani hidup di masa pandemi ini, Aamiin Yaa Robbal Alamiin..

Ditulis oleh Mahasiswi Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah Dan keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten