Batu Night Spectacular

0
47 views

Oleh: Ela Alawiyah (Mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Adab)

Wahana paling mungkin aku naiki adalah komedi putar
Tempat biasanya aku memesan kenangan tentang ibu atau segala sepi yang menjalar di tubuhku

Di sini, ayah…
aku tak menemukan nasib menyala seperti matamu
Langit kota ini tak pernah sepi dari degup jantungmu
Setelah memandangnya aku seperti melihat kampung kita tercipta dari luka

Apa yang kau bebankan pada pundak ku?

Ayah, angin baru saja melempar satu-satunya mimpi dari gerak bibirmu
Aku tak ingin menangis. Tidak!
Tetapi mendung tiba secara tergesa dan mataku sembab seketika
Apakah ibu telah bisa menanak nasi dari lambai padi-padi kita?

Di batu night spectacular, menyala cinta yang maha!