Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang diperingati pada tanggal 21 Februari, menjadi momen yang penting bagi masyarakat Indonesia, untuk lebih menyadari betapa pentingnya pengelolaan sampah yang baik serta berkelanjutan. Peringatan ini lahir dari peristiwa tragis yang terjadi pada 21 Februari 2005, di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Jawa Barat, ketika longsoran sampah menelan lebih dari seratus korban jiwa. Tragedi itu menjadi peringatan untuk pemerintah dan masyarakat bahwa pengelolaan sampah yang tidak tepat bisa berakibat fatal, tidak hanya bagi lingkungan tetapi juga bagi keselamatan manusia.
Dengan populasi yang lebih dari 270 juta jiwa, Indonesia menghasilkan sampah secara signifikan tiap harinya. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukan bahwa, pada tahun 2020 indonesia menghasilkan sekitar 67,8 juta ton sampah per tahun dan kebanyakan berakhir di TPA tanpa adanya proses daur ulang yang memadai. Hal ini mengakibatkan berbagai masalah, seperti pencemaran lingkungan, emisi gas rumah kaca dan ancaman bagi kesehatan masyarakat akibat sampah yang tidak dikelola dengan baik.
Pengelolaan sampah di Indonesia dihadapkan dengan berbagai tantangan, termasuk rendahnya kesadaran yang dimiliki masyarakat, keterbatasan infrastruktur pengelolaan sampah dan implementasi regulasi yang masih kurang optimal. Sampah plastik menjadi isu utama, mengingat sifatnya yang sulit terurai dan berkontribusi terhadap pencemaran laut. Penelitian yang dilakukan oleh Aromi dalam jurnal.ecotas (2024) mengidentifikasi bahwa, pengelolaan sampah plastik di kota-kota Indonesia menghadapi tantangan lokal yang membutuhkan pendekatan partisipatif untuk mendapat solusi berkelanjutan.
Dalam peringatan HPSN, beragam kegiatan dilakukan sebagai pengingat bagi masyarakat agar sadar betapa pentingnya pengelolaan sampah yang lebih baik, kegiatan seperti aksi bersih-bersih lingkungan, kampanye penggunaan plastik sekali pakai, hingga program edukasi di sekolah-sekolah, menjadi bagian dari upaya pemerintah serta organisasi lingkungan dalam mengajak masyarakat agar lebih peduli terhadap sampah. Salah satu strategi yang terus digaungkan adalah penerapan prinsip 3R, yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (mendaur ulang). Prinsip ini diterapkan dengan tujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, serta memastikan bahwa sampah yang ada dapat kembali dimanfaatkan secara maksimal.
Di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, sudah diterapkan program bank sampah yang memungkinkan masyarakat menukarkan sampah anorganik dengan intensif ekonomi. Program ini tidak hanya membantu mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA, tetapi juga memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat. Selain itu, beberapa tempat telah menerapkan kebijakan larangan menggunakan plastik sekali pakai, seperti di pusat perbelanjaan dan restoran, sebagai langkah nyata dalam mengurangi dampak pencemaran plastik.
Dalam penelitian Jurnal Universitas Pahlawan, beberapa sekolah di Indonesia sudah menerapkan kebijakan yang mewajibkan siswanya membawa kotak makan dan botol minum sendiri, sebagai upaya mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai. Kebijakan ini bertujuan mengurangi sampah plastik dan meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan siswa. Dalam penelitian lain di Jurnal Neliti, beberapa minimarket dan supermarket telah menerapkan kebijakan yang mendorong setiap konsumen membawa tas belanja sendiri, seperti tote bag, untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. Kebijakan ini bertujuan mengurangi volume sampah plastik yang dihasilkan dari aktivitas belanja sehari-hari.
Teknologi juga mempunyai peran penting dalam upaya pengelolaan sampah secara efektif. Saat ini, beragam inovasi seperti pengolahan sampah menjadi energi (waste to energy), pembuatan bioplastik dari bahan organik, hingga pemanfaatan kecerdasan buatan dalam memilah sampah secara otomatis mulai dikembangkan. Di beberapa negara maju, teknologi ini telah diterapkan secara luas dan terbukti dapat mengurangi volume sampah yang berakhir di TPA, Indonesia pun mulai mengadopsi berbagai teknologi tersebut guna meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan sampah.
Selain peranan pemerintah dan teknologi, sektor swasta, serta masyarakat juga mengambil peranan yang sangat penting untuk mencapai pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Kesadaran individu untuk memilah sampah dari rumah, mengurangi konsumsi plastik, serta mendukung produk ramah lingkungan bisa memberikan dampak besar dalam jangka panjang. Edukasi yang berkelanjutan serta kampanye yang lebih masif juga diperlukan untuk membangun budaya peduli lingkungan di kalangan masyarakat indonesia.
Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional, seharusnya tidak hanya menjadi seremonial tahunan saja, tetapi juga menjadi momentum refleksi dan aksi yang nyata dalam mengelola sampah dengan lebih baik, dengan komitmen dan partisipasi dari seluruh elemen masyarakat, diharapkan Indonesia bisa mewujudkan sistem pengelolaan sampah yang lebih efektif, berkelanjutan, dan mempunyai dampak yang positif bagi lingkungan serta kesejahteraan masyarakat.
Penullis: Paiz
Editor: Lydia