HUT Banten ke-24 Tahun: Kilas Balik Perjuangan Banten Menjadi Provinsi  

0
29 views

Kilas balik perjalanan sejarah perjuangan masyarakat Banten untuk mendirikan Provinsi, memiliki perjuangan yang panjang dan berliku-liku. Beragam tantangan dari segala penentangan terus dilewati, hingga pada hari ini, tepatnya pada tanggal 4 Oktober 2024 menjadi deklarasi hari lahirnya Provinsi Banten yang ke-24 tahun.

Menurut Yoyo Mulyana dalam bukunya yang berjudul “Meretas Kemandirian Perjuangan Panjang Rakyat Banten Menuju Provinsi”. Sejarah perjuangan ini dimulai pada tahun 1950-an. Pada saat itu, sistem pemerintahan dikelola berdasarkan sistem parlementer dengan kabinet dan menteri-menteri yang bertanggung jawab pada parlemen. Tahun ini menjadi tahun yang sering dirujuk sebagai masa krisis, lesu, impasse, dan kegelapan.

Kancah perpolitikan tak teratur, hukum dan aturan progresif sulit berjalan dengan sempurna serta perekonomian rakyat yang terus menerus tidak mengalami perubahan. Tahun ini pula awal ditetapkan nya keresidenan Banten menjadi bagian dari Jawa Barat dan Jawa Barat ditetapkan sebagai provinsi.

Hingga, sampailah tiga tahun kemudian pada tahun 1953 masyarakat Banten merasa tertinggal dalam bidang pendidikan, keagamaan, ekonomi dan sosial politik. Maka, untuk pertama kalinya muncul keinginan masyarakat Banten untuk meningkatkan status wilayah dari keresidenan menjadi provinsi sendiri dan memisahkan diri dari Jawa Barat. Keinginan ini muncul berkaitan dengan diberikannya status Daerah Istimewa Yogyakarta (DI Yogyakarta) dan munculnya tuntutan yang sama dari Aceh.

Masyarakat Banten merasa bahwa Banten juga memiliki banyak keistimewaan serta mampu melawan atas tuntutan para penjajah. Bahkan dalam buku “Catatan Masa Lalu Banten” yang ditulis oleh Halwany Michrob dan A. Mujahid Chudary menjelaskan, pada tahun 1949 saat di blokade Belanda pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Banten mampu berdiri sendiri sampai mengeluarkan mata uang tersendiri.

Menyikapi hal tersebut para tokoh masyarakat dan pemuda Banten kala itu mulai membuat strategi. Berbagai pengajuan mendapatkan penolakan sepanjang masa orde baru yang dipimpin oleh pemerintahan Soeharto kala itu, yang mana sistem pemerintahannyapun bersifat otoriter.

Hingga, pada era pasca reformasi saat kepemimpinan Abdurrahman Wahid (GusDur), saat itu sistem demokrasi mulai terbuka dan kebebasan dalam mengemukakan pendapat. Momentum ini tidak disia-siakan oleh masyarakat Banten untuk meneruskan perjuangan yang semula terhenti pada masa Habibie karena pesta demokrasi dan krisis moneter melanda Indonesia.

Masyarakat Banten mulai menyusun kembali perjuangan dengan kekuatan terorganisir, terstruktur dan matang. Sehingga dibentuklah gerakan perubahan di antaranya, GPRI (Gerakan Pemuda Reformasi Indonesia), FPB (Front Pemuda Banten), Fosglang (Forum Silaturahini Warga Pandeglang) Formatang (Forum Silaturahmi Masyarakat Tangerang) SKPPB (Sub-Komite Pembentukan Provinsi Banten), KPPB (Komite Pembentukan Provinsi Banten) dan Pokja-PPB (Kelompok Kerja Pembentukan Provinsi Banten).

Tak hanya sampai disitu, berbagai daerah juga turut serta membentuk forum dan berbagai kelompok untuk mengaktulisasikan perannya dalam pembentukan Provinsi Banten, para pemuda dan mahasiswa di daerah Banten maupun mahasiswa Banten yang sedang menimba ilmu di luar Banten masuk ke dalam sebuah forum perjuangan seperti Keluarga Mahasiswa Lebak (Kumala), Keluarga Mahasiswa Tirtayasa (Kamayasa), Keluarga Mahasiswa Pandegelang (Kumandang), Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) dan Ikatan Keluarga Mahasiswa Banten (IKMB). Organisasi-organisasi tersebut masuk kedalam sebuah forum yang bernama Forum Mahasiswa Banten (Forban)

Seiring bergulirnya reformasi berimplikasi terhadap perubahan sistem perpolitikan Indonesia, salah satunya desentralisasi kekuasaan. Hingga sampailah pada puncak kejayaan fenomenal pada tanggal 4 Oktober 2000 saat puluhan ribu masyarakat Banten datang ke Gedung DPR RI untuk pengesahan RUU Provinsi Banten sebagai Provinsi yang mandiri.

Akhirnya, masyarakat Banten pun sepakat tanggal 4 Oktober 2000 dideklarasikan sebagai Hari Jadi Provinsi Banten yang saat itu dipimpin oleh Bapak H. D. Munandar sebagai Gubernur dan Ibu H. Ratu Atut Chosiyah, SE sebagai wakil Gubernur. Terbentuknya Provinsi Banten bagaikan napak tilas kejayaan Banten di masa lampau.

Adapun tokoh-tokoh yang terlibat dalam perjuangan menjadikan Banten sebagai Provinsi, diantaranya: Uwes Qorni, pembentuk KPPB. Hasan Alaydrus, tokoh masyarakat berpengaruh di Lebak. TB. Tryana Sam’un, pengusaha yang berpengaruh di Banten. Tihami & Aly Yahya, pemikir, penggerak, serta konseptor dengan merancang usulan pembentukan provinsi Banten. Irsyad Djuwaeli, politisi dan pendiri Pokja PBB. Perjuangan ini pun tak lepas dari peran para kyai, santri dan masyarakat Banten kala itu.

Oleh karena itu, pada usia Banten yang ke-24 tahun ini mari kita sebagai masyarakat Banten terus berjuang dan berusaha memajukan kesejahteraan provinsi Banten untuk menghargai perjuangan para jawara (sebutan pahlawan bagi masyarakat Banten) kala itu. Provinsi Banten lahir dengan penuh perjuangan, untuk itu kita para generasi selanjutnya patut untuk mengetahui dan mengenang perjuangan-perjuangan masyarakat Banten terdahulu.

Penulis: Tiara
Editor: Nazna