Oleh: Komarudin, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Mayoritas mahasiswa saat ini termasuk dalam generasi Z (Gen Z). Generasi Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1997–2012. Mereka merupakan generasi yang lahir di era kemajuan teknologi. Generasi Z dikenal sebagai penduduk asli digital yang selalu terhubung dengan internet.
Mereka menghabiskan waktu di internet untuk berinteraksi di media sosial, menjelajah internet, bermain game hingga menjalankan bisnis. Keputusan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi merupakan langkah berani yang diambil oleh Generasi Z, yang dimana banyak dari mereka juga menganggap bahwa kuliah hanya buang-buang waktu dan materi.
Kampus yang dikenal sebagai laboratorium intelektual yang banyak melahirkan tokoh-tokoh bangsa hingga para aktivis penyeimbang sistem demokrasi yang siap mengkritik pemerintah ketika mengeluarkan kebijakan yang tidak adil atau tidak berpihak pada kepentingan rakyatnya.
Dinamika pembelajaran di perkuliahan sangat “asyik dan menarik“, selain dari dosen mengajar di dalam kelas yang saat ini cenderung monoton karena minimnya interaksi diskusi dua arah yang mengasah nilai-nilai berpikir kritis, mahasiswa saat ini cenderung sekedar berkomunikasi satu arah. Ketika dosen memberi perintah maka mahasiswa mengikuti.
Terkikisnya nilai-nilai berpikir kritis mahasiswa tersebut sebenarnya bisa diantisipasi dengan adanya Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) entah berbasis internal kampus atau eksternal. Kegiatan dalam sebuah organisasi inilah yang diharapkan menjadi tumpuan terakhir dalam merawat nilai luhur mahasiswa yang terpatri dalam Tri Darma Perguruan tinggi dan Sumpah Mahasiswa Indonesia. Forum diskusi hingga aksi demonstrasi dinilai mampu merawat kejernihan akal para punggawa penyeimbang demokrasi ini, dimana saat banyak pemuda yang antipati dengan keadaan bangsa sendiri.
Organisasi kampus yang belakangan ini sepi peminat hingga cenderung mati suri, entah secara pemikiran hingga aksi menandakan bahwa ada yang sangat harus diperbaiki secara serius dalam menjalankan roda organisasi.
Fakta di lapangan masih banyak ormawa yang belum mampu beradaptasi dengan perubahan jaman saat ini, terlebih lagi target mereka merupakan mahasiswa baru yang lahir pada era serba digital atau masa di mana orientasi pembelajaran bukan lagi kepada nilai-nilai luhur kemanusiaan, tapi berorientasi pada kepentingan materialistis individual. Era ini sudah dikatakan oleh Tan Malaka yaitu “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda“. Semua ini menjadi tantangan yang sangat berat bagi pengurus organisasi yang masih tenggelam dalam romantisme masa lalu.
Autokritik dalam sebuah organisasi sangat diperlukan untuk menghasilkan perubahan yang baik bagi individu di dalamnya, tapi hal ini terkadang masih menjadi hal yang tabu dilakukan. Dikarenakan, masih banyak oknum yang katanya aktivis terlena dengan kejayaan organisasinya di masa lampau yang cenderung tidak relevan dengan keadaan sekarang.
Ternyata masih banyak organisasi yang menggunakan cara-cara lama untuk merekrut anggota/kader (mahasiswa baru) supaya tertarik dengan organisasi kampus tersebut. Misalnya, menggunakan nama besar alumni organisasi, memberi angan-angan benefit yang kurang realistis dan bahkan menggunakan cara yang kurang etis, seperti menjelekkan organisasi satu dengan yang lain.
Banyaknya problematik ormawa yang ada, lalu timbul pertanyaan besar. Apakah masih relevan atau worth it organisasi kampus saat ini? Tentunya menurut hemat penulis, masih sangat Worth it. Apa alasannya?
1. Organisasi dapat menumbuhkan nalar berpikir kritis, dikala kelas hanya menjadi tempat CTRL + C + V.
2. Organisasi dapat menjadi tempat menambah relasi yang baik.
3. Organisasi dapat menambah ilmu pengetahuan tanpa harus berpindah fakultas.
3 alasan ini dirasa cukup untuk menjadi pertimbangan untuk bergabung menjadi mahasiswa organisatoris.
Kemudian timbul pertanyaan kembali, Organisasi seperti apa yang harusnya diikuti? Apakah yang mempunyai prestasi banyak? Apakah yang mempunyai basis anggota besar?
Pada dasarnya semua organisasi mahasiswa pasti memiliki visi misi dan tujuan yang baik untuk kemajuan kampus tercinta dan tentu anggota di dalamnya.
Jadi, sebelum memutuskan untuk bergabung alangkah eloknya sebagai seorang mahasiswa dapat menilai kapasitas dan kebutuhan pribadinya terlebih dahulu, agar dapat memilih organisasi mana yang cocok dengan hati nuraninya. Telaah dengan sesama semua organisasi yang ada, cari tahu sedetail mungkin aktivitas di dalamnya dan jangan pernah menggunakan kacamata kuda untuk mencari sebuah informasi.
“Tugas pokok intelektual adalah mempertahankan kebebasan berpikir, bukan membunuh kebebasan berpikir.” – Gus Dur