BerandaEntertainmentMengenang Kisah Tragis Densus 88 dalam Film Sayap-Sayap Patah

Mengenang Kisah Tragis Densus 88 dalam Film Sayap-Sayap Patah

Sayap-sayap patah merupakan sebuah film yang diangkat dari kisah nyata. Film ini disutradarai oleh Rudy Soedjarwo, menceritakan tentang kerusuhan yang terjadi di Lapas Markas Komando Korps Brigade Mobil (Mako Brimob) Kelapa Dua, Cimanggis, Depok, Jawa Barat pada tanggal 8-10 Mei 2018.

Judul film ini diambil dari istilah yang pertama kali populer digunakan dalam novel karya penyair Kahlil Gibran yaitu Sayap-Sayap Patah. Film tersebut menggambarkan tentang luka bahwa tanah air pernah berduka atas peristiwa tersebut dan mampu membuat siapapun rapuh juga bersedih ketika mengingat dan melihat peristiwa yang terjadi kala itu.

Film ini diawali dengan mengisahkan sepasang kekasih suami istri yang diperankan oleh Nicholas Saputra sebagai Adji dan Ariel Tatum sebagai Nani yang hidup bahagia dan sedang menanti kelahiran sang anak. Namun, Adji sang suami sebagai personel kepolisian Detasemen Khusus 88 (Densus 88) mengharuskan nya untuk tetap menjalankan tugas disaat masa kehamilan sang istri.

Puncak utama film ini menceritakan kerusuhan yang terjadi pada malam hari tanggal 8 Mei 2018, ketika para terorisme menyerbu Mako Brimob dan beradu mulut dengan para petugas dikarenakan sebuah kiriman makanan dari seorang keluarga tahanan. Yang mana seharusnya menurut prosedur, kiriman apapun yang diberikan sebelum sampai kepada penerima wajib diperiksa terlebih dahulu oleh petugas.

Saat itu, suasana adu mulut semakin mencekam, bertambah ketika 155 narapidana kasus terorisme membobol penjara dan menyandera beberapa anggota polisi salah satunya Adji selama 36 jam. Lima polisi yang disandera mengalami penyiksaan yang menyebabkan luka sekujur tubuh. Kejadian itupun merenggut lima nyawa anggota polisi begitupun Adji menjadi salah satu korbannya.

Namun, menurut kisah nyatanya lima anggota polisi densus 88 yang tewas yaitu Bribda Syukron Fadli, Ipda Yudi Rospuji, Briptu Fandy Bripka Denny, dan Bripda Wahyu Catur Pamungkas.

Peristiwa itu tentu menjadi suatu pukulan bagi pihak kepolisian juga keluarganya, kesedihan melanda seluruh negeri dan tak pernah terlupakan kala itu. Dengan demikian, film ini bukan hanya menyuguhkan sebuah hiburan, tetapi memberikan kita banyak pembelajaran khususnya untuk anak muda guna meningkatkan patriotisme dan deradikalisasi juga tentang bahaya nya terorisme dan mengajarkan kepada kita agar tidak terpedaya dengan terorisme. Kisah ini dapat menjadikan kita agar lebih berhati-hati lagi dalam segala hal, dan menjaga diri dari perbuatan yang tidak baik.

Penulis: Mg_Bella
Editor: Tiara

- Advertisment -

BACA JUGA