Oleh: M. Farhan, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Dalam proses Pemilihan Umum Mahasiswa (PUM) yang diselenggarakan serentak pada bulan Januari, pasangan Muhammad Marzuki dan Muhammad Ilham terpilih sebagai pimpinan Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dengan membawa tagline “Menuju FTK yang Bermutu.”
Namun, seiring berjalannya waktu, ketika agenda pleno tengah dilaksanakan, harapan agar DEMA FTK dapat lebih aktif dan progresif dalam menjalankan program kerja yang telah disahkan tidak tercapai. Rapat pleno yang bertema “Optimalisasi Kinerja DEMA FTK Demi Tercapainya Tujuan Organisasi” ternyata tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Realitanya, pasca pleno tengah, DEMA FTK justru dianggap mengalami kemunduran oleh mahasiswa FTK, karena program kerja yang dijanjikan mangkrak selama empat bulan terakhir.
Akibatnya, tagline “Menuju FTK yang Bermutu” dianggap hanya sebatas angan-angan (halusinasi). Selain itu, kita semua memahami bahwa tugas dan peran SEMA FTK adalah mengawasi kinerja eksekutif, baik di DEMA FTK maupun HMPS Jurusan. Namun, SEMA FTK tampak menutup mata terhadap kondisi mangkraknya program kerja di badan eksekutif DEMA FTK, sehingga peran pengawasan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Dari situasi ini, kita bisa melihat bahwa meskipun pasangan Marzuki dan Ilham yang terpilih sebagai pimpinan Dewan Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (DEMA FTK), dengan tagline “Menuju FTK yang Bermutu” realita menunjukkan bahwa setelah lima bulan kepemimpinan mereka, program kerja yang diharapkan tidak berjalan efektif. Bahkan, menurut pandangan mahasiswa, program kerja mangkrak dan tidak ada perkembangan signifikan dalam empat bulan terakhir. Rapat pleno yang bertujuan mengoptimalkan kinerja DEMA FTK juga tidak membuahkan hasil yang diharapkan.
Selain itu, peran Senat Mahasiswa (SEMA) FTK yang seharusnya mengawasi kinerja eksekutif juga tidak berjalan sesuai harapan, karena mereka tampak tidak mengambil sikap dan tindakan yang tegas atas kondisi mangkraknya program kerja DEMA FTK.
Dengan demikian, tagline “Menuju FTK yang Bermutu” dianggap hanya menjadi ilusi (halu) karena tidak terealisasi dengan baik di lapangan.