Tragedi Mei: Luka Tak Terlupa, Refleksi Bangsa untuk Persatuan

0
86 views

Oleh: M.Fachru Isyraqi, Mahasiswa Fakultas Dakwah 

Negara Indonesia memiliki Sejarah kelam, Di tahun 1998 tepatnya pada bulan Mei, terjadi peristiwa yang menyebabkan mundurnya Bapak Soeharto sebagai kepala negara Indonesia, setelah 32 tahun dirinya menjabat.

Peristiwa ini di latarbelakangi karena banyak nya kasus korupsi, kolusi dan nepotisme, serta tingginya harga sembako seperti minyak, naik 70% imbas dari nilai tukar rupiah yang sangat tinggi atau sering kita sebut dengan krisis moneter, kemudian banyak perusahaan-perusahaan yang bangkrut sehingga menyebabkan pemberhentian masal pada pekerja. Tentunya banyak masyarakat merasa geram dan melakukan aksi menuntut pemerintahan, karena pada saat itu pemerintahan seakan lepas tanggung jawab dengan nasib rakyat.

Dalam waktu bersamaan, hadirnya oknum provokasi membawa narasi yang mengatakan bahwa krisis moneter ulah dari etnik Tionghoa, sebab pada saat itu memang etnik Tionghoa mendominasi perekonomian. Masyarakat yang termakan provokasi oknum seakan menjadi sentimen dan seolah anti Tionghoa.

Berita mengabarkan bahwa empat mahasiswa trisakti yang menggelar demonstrasi menuntut turunnya soeharto di gadang-gadang menjadi awal munculnya kerusuhan. Aksi penjarahan di beberapa toko, penganiayaan, pemerkosaan hingga pembunuhan terhadap etnik Tionghoa menjadi imbas atas kemarahan masyarakat.

Peristiwa ini juga dialami seorang YouTuber yaitu Carolus Nogroly Limdyanto atau Nexcarlos, ia seorang konten kreator yang memiliki darah Indonesia dan tionghoa. Pada saat peristiwa kerusuhan, Nexcarlos masih menginjak bangku sekolah dasar, dalam pembicaraan di salah satu tayangan podcast YouTube nya, ia mengatakan saat itu ia sempat bersembunyi di dalam rumah pembantu bersama keluarganya, untuk menghindari amukan masyarakat lokal yang memburu orang-orang tionghoa. Kerusuhan mereda setelah Soeharto menyatakan mundur dari jabatannya, dan keluarga nexcarlos pun pindah ke Kota Pontianak untuk memulai hidup yang baru.

Dalam hal ini, penulis berharap pemerintah saat ini lebih baik lagi dalam mengelola sistem didalam berbagai aspek, transparan dan berlaku adil serta selalu berani turun melihat kondisi masyarakat secara langsung sehingga memahami apa yang sedang dibutuhkan banyak masyarakat.

Indonesia adalah salah satu negara yang mampu berdiri dengan banyaknya keberagaman, mulai dari suku, agama, budaya serta adat istiadat yang menyatu dalam semboyan bangsa yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Secara harfiah, Bhinneka Tunggal Ika berarti berbeda-beda tetap satu jua, hal ini patut kita jaga baik-baik agar tidak menjadi negara yang terpecah belah akibat perbedaan.