Di era digital saat ini, tren self-diagnose atau mendiagnosis diri sendiri terhadap gangguan mental semakin marak di platform media sosial, terutama di kalangan remaja. Konten yang menampilkan gejala-gejala psikologis seperti kecemasan, depresi, hingga gangguan kepribadian menjadi sangat populer, dan sering kali dijadikan acuan oleh pengguna untuk menilai kondisi mental mereka sendiri tanpa melalui proses konsultasi dengan tenaga profesional.
Fenomena ini mendapat sorotan dari Jurnal Sains Sosial dan Humaniora, yang mencatat bahwa rendahnya literasi kesehatan mental serta kurangnya kesadaran diri di kalangan remaja pengguna TikTok menjadi pemicu utama meningkatnya tren ini.
Apa Itu Self-Diagnose?
Self-diagnose adalah tindakan seseorang yang menyatakan dirinya mengidap suatu penyakit atau gangguan, baik fisik maupun mental, hanya berdasarkan informasi yang diperoleh secara mandiri baik dari internet, media sosial, maupun pengalaman pribadi tanpa pemeriksaan dari ahli medis atau psikolog.
Dalam jurnal berjudul “Dampak Self Diagnose pada Kondisi Mental Health Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya” karya Ulul Albab Annury dkk, disebutkan bahwa self-diagnose memiliki dampak yang beragam, mulai dari dampak kognitif, afektif, hingga perilaku. Menariknya, penelitian tersebut juga mencatat bahwa beberapa individu merasakan adanya manfaat dari self-diagnose, meski tetap ada risiko yang besar jika dilakukan secara tidak tepat.
Berikut adalah beberapa dampak dari praktik self-diagnose yang perlu diwaspadai:
1. Dampak kognitif
Dampak kognitif merupakan dampak yang terjadi ketika seseorang bimbang atau tidak yakin dengan dirinya sendiri, apakah ia mengalami gangguan mental atau tidak.
Beberapa contoh dampak kognitif:
– Gangguan mental yang tak terdeteksi.
– Salah konsumsi obat.
– Memicu gangguan kesehatan yang lebih serius.
2. Dampak Efektif
Dampak efektif adalah dampak yang terlihat jelas berdasarkan dengan data dari kesulitan fisik dan emosional seseorang yang selanjutnya bisa mengalami self diagnose, penderita self diagnose itu sendiri akan mempengaruhi orientasi masa depan.
3. Dampak Perilaku
Dampak perilaku ini menjadikan kita sebagai seseorang yang selalu khawatir dan beranggapan negatif kepada orang lain.
4. Dampak Positif
Self diagnogse itu sendiri sebenarnya juga mengandung dampak positif. Ada beberapa manfaat yang didapat karena self diagnose. Seseorang bisa mengevaluasi gelaja-gejala yang dialaminya dalam mempelajari ilmu tentang self diagnose.
Mengapa Kita Harus Waspada?
SiGMAnia, perlu diketahui bahwa self-diagnose bisa menjadi pintu masuk untuk memahami diri, namun bila dilakukan tanpa dasar yang kuat dan tanpa arahan dari ahli, hal ini bisa berbahaya. Salah pengobatan, asumsi yang keliru dan kepanikan tidak berdasar, justru dapat memperburuk kondisi mental seseorang.
Fenomena self-diagnose menunjukkan bahwa literasi digital dan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental semakin meningkat. Namun, hal ini juga menjadi tantangan bagi dunia pendidikan, media, dan platform digital untuk menyediakan konten yang valid, edukatif, dan bertanggung jawab.
Kolaborasi antara institusi pendidikan, tenaga kesehatan, media, dan platform digital sangat penting untuk menciptakan lingkungan informasi yang sehat, aman, dan terpercaya agar generasi muda tidak hanya sadar akan kesehatan mental, tapi juga tahu bagaimana menanganinya dengan benar.
Penulis: Ayunda
Editor: Lydia