Oleh: Raden Fazlurrahman, Mahasiswa Fakultas Dakwah
Dari jauh angin mengombak padi, desir membuai daun ketapang diatas kepalaku.
Susunan batu tingkat meningkat indah, berukur arca, membangunkan candi tempat memuja.
Dimata kalbuku terbayang pendeta, melutut-tunduk dihadapan Dewa memohonkan sempana didalam hati menyala bakti.
Menyerahkan badan dan jiwa kepada Batara Sakti.
Datang bisikan dari jauh, sayup sendu menyelapi sukmaku.
Berabad-abad candi terlupa, masa baik berganti buruk.
Seni yang dilahirkan bakti sukma yang ikhlas muram tak mungkin!
Hatiku tiada rindu kepadamu masa, ketika pendeta meniarap dihadapan Syiwa, ketika jiwa berbakti menjelma candi berarca.
Tidak! Tidak! Tidak!
Ya Allah ya Rabbani. Kembalikan ketulusan jiwa berbakti pembentuk candi kepada umatMu! Dan aku akan melahirkan seni baru, tidak serupa sebentuk ini…
Abadi selaras dengan gelora sukma dan zamanku.