Serang, lpmsigma.com – Menjelang pergantian kepemimpinan, sejumlah elemen mahasiswa UIN Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten menyampaikan harapan terhadap sosok rektor baru dan arah kebijakan kampus ke depan. Pandangan kritis datang dari Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA), Senat Mahasiswa (SEMA), Forum Silaturahmi Organisasi Eksternal (FSOE), hingga Forum Silaturahmi UKM (FSU).
Wakil Ketua DEMA UIN SMH Banten, Misbah, berharap rektor baru lebih peduli terhadap aspirasi mahasiswa dan perbaikan fasilitas kampus.
“Saya berharap calon rektor terpilih bisa membawa perubahan positif bagi kemajuan kampus, serta mengutamakan aspirasi dan kepentingan civitas akademika, terutama mahasiswa,” ujarnya, Senin (6/5).
Misbah menilai, ketersediaan fasilitas yang memadai merupakan kunci terciptanya lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif bagi prestasi.
Ia juga menyoroti pentingnya sinergi antara mahasiswa dan pimpinan kampus melalui komunikasi yang terbuka.
“Dengan komunikasi terbuka, sinergi antara mahasiswa dan pimpinan kampus bisa terbangun,” lanjutnya.
Disisi lain Ketua SEMA-U, Rizki Alamsyah, menyampaikan harapan agar rektor baru mampu mendorong kemajuan kampus di berbagai aspek, mulai dari akademik, riset, hingga pengabdian masyarakat.
“Siapapun rektornya nanti, semoga bisa membawa kemajuan menyeluruh untuk kampus,” katanya.
Sejalan dengan Misbah, Rizki juga menekankan pentingnya komunikasi terbuka antara mahasiswa dan rektor untuk membangun kampus yang inklusif, demokratis, serta memberi ruang bagi pengembangan potensi mahasiswa yang kompetitif, baik di tingkat nasional maupun internasional.
“Saya berharap rektor terpilih bisa menjalin komunikasi yang terbuka dan konstruktif dengan seluruh civitas akademika, serta menyediakan ruang bagi pengembangan potensi mahasiswa,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua FSOE, Alif, menegaskan agar rektor tak hanya fokus pada aspek administratif dan akreditasi. Ia menilai kampus butuh sosok pemimpin yang berpihak pada mahasiswa dan mendukung iklim akademik yang sehat.
“Kalau bicara harapan, kami di FSOE ingin rektor ke depan tidak sekadar jadi pemimpin administratif, tapi juga figur yang berpihak pada mahasiswa dan kehidupan akademik yang sehat,” tegasnya.
Menurut Alif, mahasiswa seharusnya dilibatkan dalam proses pengambilan kebijakan kampus, bukan hanya sebagai pelaksana. Ia juga mendorong adanya ruang dialog yang terbuka, baik saat proses pemilihan rektor maupun setelahnya.
“Kami ingin rektor yang mau mendengar, terbuka terhadap kritik, membuka ruang dialog publik, dan hadir saat kampus sedang tidak baik-baik saja. Jangan sampai kampus hanya sibuk kejar akreditasi tapi lupa dengan denyut nadi mahasiswa,” tambahnya.
Ketua FSU, Ikhlas, turut menyoroti soal pemangkasan anggaran untuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang dinilai mencapai 80 persen. Ia menilai hal itu berdampak besar pada keberlangsungan aktivitas mahasiswa.
“UKM adalah wadah pengembangan minat dan bakat mahasiswa yang harus didukung penuh. Kami berharap pemangkasan anggaran bisa dikaji ulang,” ujarnya.
Ikhlas juga menegaskan bahwa rektor ideal adalah sosok yang mampu mengayomi seluruh elemen kampus, mulai dari dosen, mahasiswa, hingga tenaga kependidikan.
“Rektor harus bisa mempertimbangkan kebijakan pusat yang tidak berpihak pada masyarakat kampus. Ia harus mampu mengayomi semua elemen, termasuk dosen, mahasiswa, dan tenaga pendukung,” tutupnya.
Reporter: Davina
Editor: Enjat