Dewa yang Menjelma menjadi Dosen hingga Patut Disembah

0
134 views

Kalimat “Dosen Patut Disembah” kerap kali dilontarkan oleh segelintir mahasiswa karena kekesalannya terhadap para dosen, lantaran apabila menghubungi dosen ada saja yang tidak membalas. Padahal, pesan yang dikirimkan penting bagi mahasiswa bahkan ada saja template pesan khusus untuk menghubungi dosen beredar di media sosial sehingga menimbulkan kesan “memuja” dengan membawa senioritas. Selain itu, banyak sekali ragam perilaku dosen yang jarang sekali mengisi waktu perkuliahan dan juga sulit untuk ditemui atau bahkan dihubungi.

Sering kali mahasiswa mempertanyakan terkait transparansi nilai, namun hanya dijawab dengan kalimat-kalimat yang membuat mahasiswa harus menginteropeksi dirinya, tak jarang pula bagi sebagian mahasiswa yang bahkan tidak mendapat respon sama sekali. Apakah dosen sepenuhnya benar? atau mahasiswa yang bersalah atas tindakan perilakunya yang terkesan tidak baik?

Sebagai mahasiswa, tentunya pernah dihadapi oleh dosen yang jarang sekali masuk kelas dan sulit untuk memberi kabar, tak jarang bila kebanyakan dosen seperti ini lebih banyak menghabiskan waktu diluar kelas sebagai peneliti atau mengabdi kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat. Sehingga tugas seorang dosen yang sebagaimana mestinya terabaikan.

Dari jumlah banyaknya dosen yang sangat rendah dibandingkan jumlah mahasiswa yang jauh lebih banyak, sangat berpengaruh dengan ketidaksesuaian tri dharma perguruan tinggi itu sendiri, dengan padatnya jadwal seorang dosen yang memang memiliki kewajiban untuk mengajar. Namun, Ia juga perlu melakukan kewajibannya di luar kampus yang menjadikan mahasiswa sebagai korban dari ‘multiperan’ sang dosen.

Namun, sesibuk apapun dosen jika meninggalkan kewajiban sebagai pengajar adalah tindakan yang kurang etis, seharusnya untuk menyeimbangkan penelitian dan pengajaran, kuota dosen haruslah seimbang dengan mahasiswanya, supaya tidak ada dosen yang meninggalkan kewajibannya sebagai pengajar.

Di sisi lain, mahasiswa juga harus mencari tahu akan kesadaran diri sendirinya, seperti menghubungi dosen di waktu kerja. Sehingga, tidak menghubungi di waktu jam istirahat atau dengan kesepakatan yang dilakukan oleh dosen dengan mahasiswa yang berada di kelas supaya tidak terjadinya kesalahpahaman.

Penulis: Najib
Editor: Salma