Kampus yang juga memiliki derajat tinggi karena cita-citanya, aktivitas, dan lingkungan yang ilmiah, seharusnya mampu membawa peradaban ke arah yang lebih baik dan beradab.
Di tengah hiruk-pikuk keadaan nasional dan juga internasional, tentu kita tidak bisa menafikan bahkan sampai memarginalisasikan situasi kampus saat ini. Dengan problematika yang terjadi di setiap tahunnya, seharusnya menjadi catatan evaluasi besar-besaran bagi para stakeholder yang melanjutkan estafet perjuangan, baik di instrumen yang terkecil hingga yang paling tinggi.
Polarisasi yang saat ini tengah berlangsung di kampus, tak banyak para stakeholder yang mampu memahami hal-hal yang penulis sampaikan di awal, bahwa kampus harus menjadi tempat peradaban bagi seluruh umat manusia, bukan milik individu bahkan golongan.
Dengan kapabilitas yang ia miliki, tentu membawa visi serta misi yang dahulu ia akbarkan di setiap kali pertemuan dengan khalayak manusia guna menarik simpatik untuk mendukungnya. Hal yang serupa, tapi tak berisi makna dan cenderung kacang lupa pada kulitnya, tentu ini menjadi indikator permasalahan di dalam keberlangsungan kehidupan di kampus, sehingga setiap tahun mengalami stagnasi dan nasib yang sama seperti yang sudah-sudah. masalah yang lalu tak usai, justru bertambah dan berlipat ganda setiap tahunnya.
Mahasiswa perlu berbenah, para stakeholder juga, jangan diam! Silahkan ambil peran dan berkontribusi dalam pembangunan sebagai insan akademis. “Ubi concordia, ibi victoria” di mana ada persatuan di situ ada kemenangan.
Seperti yang diungkapkan Najwa Sihab “tokoh sejarah memercikan api inspirasi, hanya jika dipelajari secara rinci”
Sudah saatnya mahasiswa kembali menggantungkan impian mereka di langit langit kampus, sebagai bukti dan saksi, bahwa perubahan ke arah yang lebih baik di konstruksi dari penghuni kampus itu sendiri. Jadikan sudut-sudut kampus, Lorong-lorong kampus, taman-taman kampus, dan semua fasilitas kampus menjadi ruang untuk beradu gagasan untuk menciptakan kembali iklim khazanah intelektual dan mampu melahirkan ide ide yang revolusioner.
Penulis: Riyanti
Editor: Alfin