Kesenjangan Generasi: Mengapa Banyak Gen Z Kehilangan Pekerjaan ?

0
28 views

Fenomena banyaknya Generasi Z atau Zoomers yang dipecat oleh suatu perusahaan, seringkali mencerminkan perbedaan mendasar antara nilai-nilai generasi ini dan ekspektasi perusahaan. Dilansir dari Detik finance, laporan dari platform konsultasi pendidikan dan karier, intelligent, mengungkapkan bahwa 60% perusahaan yang disurvei telah memecat lulusan Universitas baru yang direkrut pada tahun ini.

Apakah Gen Z, yang umumnya memiliki keterampilan teknologi tinggi, sering kali dianggap kurang dalam keterampilan komunikasi interpersonal serta motivasi yang dinilai penting dalam lingkungan kerja ?

Menurut artikel National Library of Medicine, pada tahun 1998. Generasi ini juga menekankan keseimbangan hidup dan pekerjaan, lebih memilih fleksibilitas dalam jam kerja dan opsi bekerja dari rumah. Ketika perusahaan tidak mampu memenuhi harapan ini, banyak dari mereka yang merasa tidak termotivasi, hingga menyebabkan sering kali berujung pada pemecatan.

Selain itu, Gen Z memiliki gaya komunikasi yang lebih santai dan informal, yang kadang dapat disalah artikan sebagai ketidakprofesionalan oleh generasi yang lebih tua.

Perbedaan ini menggarisbawahi bahwa kesenjangan pandangan tentang etika kerja dan gaya komunikasi yang dianggap pantas. Namun, Gen Z dikenal sebagai generasi pertama yang tumbuh sepenuhnya di era digital, dengan akses ke smartphone, media sosial dan internet sejak usia muda. Alhasil, mereka sering disebut sebagai digital natives dan lebih nyaman dengan teknologi dibanding generasi sebelumnya.

Sebagian perusahaan memandang bahwasanya Gen Z kurang menunjukkan profesionalisme, disiplin, atau kesesuaian keterampilan. Akibatnya, banyak karyawan muda ini kehilangan pekerjaan karena dianggap tidak memenuhi standar yang diinginkan.

Apakah ini yang menjadi alasan mengapa banyak karyawan muda dapat kehilangan pekerjaan karena dianggap tidak memenuhi standar yang diinginkan?

Perusahaan sebenarnya dapat memanfaatkan potensi besar Gen Z saat ini, dengan beradaptasi terhadap kebutuhan generasi ini. Menciptakan lingkungan kerja yang lebih fleksibel, memberikan umpan balik yang konstruktif dan mendorong komunikasi yang terbuka dapat membantu menarik dan mempertahankan talenta muda.

Pada akhirnya, masalah ini bukan hanya soal kesesuaian individu dengan peran. tetapi juga tantangan dalam menyatukan harapan berbeda untuk menciptakan lingkungan kerja yang harmonis.

Penulis: Davina
Editor: Dhuyuf