Bulan Ramadhan bukan hanya menjadi momen ibadah dan pengendalian diri, tetapi juga kaya akan tradisi yang diwariskan turun-temurun di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu tradisi yang masih terjaga hingga kini adalah Qunutan atau dikenal juga dengan sebutan Ngupat. Biasanya, tradisi ini digelar pada malam ke-15 Ramadhan sebagai ungkapan rasa syukur serta guna mempererat kebersamaan antarwarga.
Qunutan atau Ngupat adalah tradisi yang dilaksanakan pada pertengahan bulan Ramadhan, tepatnya pada malam ke-15. Dalam tradisi ini, masyarakat biasanya membuat ketupat untuk dibawa ke masjid menjelang waktu magrib. Tradisi yang dilakukan masyarakat Banten ini, sudah ada sejak masa Kesultanan Banten dan masih terus dilestarikan hingga Ramadhan 2025.
Tradisi ini, melambangkan rasa syukur umat Islam atas pencapaian menjalani puasa Ramadhan selama setengah bulan. Dalam jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia Sejahtera, yang ditulis oleh Muchlas Hakho Bahri, terdapat beberapa fakta unik tentang tradisi Qunutan masyarakat Banten:
1. Sebagai Wujud Rasa Syukur kepada Allah SWT
Masyarakat Banten melaksanakan tradisi Qunutan, sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas kesempatan yang diberikan untuk menjalankan ibadah puasa hingga pertengahan bulan. Rasa syukur ini diwujudkan melalui doa bersama dan pembagian makanan kepada sesama.
2. Momen untuk Bersedekah
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah di mana pahala dilipatgandakan. Oleh karena itu, momen menjelang pertengahan Ramadhan sering dimanfaatkan untuk bersedekah, terutama kepada mereka yang membutuhkan.
3. Menyambut Malam Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadar
Dilansir dari Banten Raya, Tradisi Qunutan juga dikaitkan dengan peringatan malam Nuzulul Qur’an yang jatuh pada malam ke-17 Ramadhan. Pada malam tersebut, umat Islam memperingati turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Selain itu, bulan Ramadhan juga dikenal dengan malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Oleh karena itu, masyarakat Banten mengadakan doa bersama atau ngariung di masjid sambil membawa ketupat sebagai simbol kebersamaan.
4. Menggambarkan Perjuangan dan Kebersamaan
Membuat ketupat bukan perkara mudah. Bungkus ketupat yang terbuat dari janur kuning harus dianyam dengan keterampilan khusus. Selain itu, janur harus dipetik dari pohon kelapa yang tinggi, lalu ketupat direbus selama 5 hingga 8 jam sampai matang sempurna. Proses ini mencerminkan perjuangan dan kerja keras yang akhirnya menghasilkan sesuatu yang nikmat.
5. Tersedia Beragam Jenis Makanan
Tradisi Qunutan selalu identik dengan berbagai makanan khas. Salah satu yang paling populer adalah ketupat, yang di Banten lebih dikenal dengan sebutan “kupat”. Kupat menjadi simbol utama dalam perayaan ini dan selalu hadir dalam berbagai hidangan yang disajikan.
Tradisi Qunutan bukan sekadar rutinitas tahunan, tapi juga menjadi momen yang penuh makna bagi masyarakat Banten. Lebih dari sekadar membuat ketupat, tradisi ini mengajarkan tentang rasa syukur, kebersamaan, serta pentingnya berbagi dengan sesama.
Penulis : Davina
Editor : Lydia