[Oleh: Andre – Fakultas Syariah]
Elegi kamis malam, tuan berkelana dengan amarah,
Pikirannya porak-poranda, bak insan kehilangan rumah.
Tak mampu beranjak dari hal yang sudah lalu,
Sebab pancaran puan yang tak lekang oleh waktu.
Di ujung malam, semua rasa yang terungkap bebas,
Meniadakan malu pada diri untuk tangis yang keras.
Bukan lagi tentang agar dikasihani,
Ialah karena melihat kemungkinan puan sulit kembali.
Isak tangis semakin deras pada pergantian malam menuju pagi,
Terlebih pada bagian puan mengatakan “aku tak bisa kembali”.
Dunia seakan runtuh,
Dan puan tak lagi menjadi tempat berlabuh.
Pada akhirnya kita tuli,
Puan tak ingin lagi mendengar tentang tuan,
Dan tuan tak ingin lagi mendengarkan selain tentang puan.
TETAP BERDIRI DIATAS KETIDAKPASTIAN HIDUP!