BerandaKilas Balik1312 Simbol Perlawanan di Balik Isu Sukatani

1312 Simbol Perlawanan di Balik Isu Sukatani

Baru baru ini, istilah 1312 kembali ramai di Indonesia, seiring dengan kontroversi yang melibatkan band punk lokal bernama Sukatani. Dikutip dari laman special-ops.org, kode ACAB dan 1312 merupakan simbol anti-polisi. Dalam Bahasa Inggris, ACAB ialah akronim dari “All Corps Are Bastards” atau “semua polisi adalah bajingan”. Tujuan utamanya adalah untuk menunjukkan sikap tidak simpati terhadap penegak hukum dan polisi.

Kemunculan istilah ACAB masih belum jelas dikaji oleh ahli linguistik maupun semiotika. Menurut laman GQ.com, istilah ini pertama kali muncul di Inggris pada paruh pertama abad ke-20. Di era 1940-an, frasa “All Copers are Bastards” mulai digunakan para pekerja yang mogok kerja. Istilah ACAB baru meluas pada tahun 1970, ketika Daily Mirror menggunakan frasa tersebut sebagai judul utama berita.

Frasa ACAB pertama kali terdokumentasi di Inggris pada awal abad ke-20, terutama di lingkungan pekerja industri dan kelompok perlawanan terhadap otoritas. Pada 1920-an, tahanan yang di penjara oleh Inggris mulai mencoretkan ACAB di dinding, sebagai protes terhadap sistem hukum yang mereka anggap tidak adil.

Pada tahun 1970-an, istilah ACAB semakin populer di kalangan subkultur punk, skinhead, dan hooligan sepak bola yang sering bersinggungan dengan aparat kepolisian. Seiring berjalannya waktu, angka 1312 mulai digunakan sebagai kode terselubung untuk ACAB guna menghindari sensor atau tindakan hukum terhadap penggunaan slogan tersebut. Dalam bentuk angka, setiap digit merujuk pada urutan huruf dalam alfabet, di mana 1 mewakili A, 3 untuk C, 1 untuk A, dan 2 untuk B. Simbol ini sering ditemukan dalam grafiti, tato, spanduk protes, dan lirik lagu sebagai bentuk perlawanan terhadap otoritas yang dianggap korup atau represif.

Meskipun digunakan sebagai simbol perlawanan, 1312 dan ACAB kerap menimbulkan perdebatan. Ada yang menganggapnya sebagai kritik terhadap sistem kepolisian yang korup, tetapi banyak juga yang menilainya sebagai penghinaan terhadap seluruh aparat penegak hukum, termasuk yang bekerja secara profesional dan berintegritas. Di berbagai negara, simbol ini sering muncul dalam demonstrasi anti-polisi, terutama dalam protes terkait kekerasan polisi, rasisme, dan pelanggaran HAM. Salah satu momen besar yang memperkuat popularitas istilah ini adalah gerakan Black Lives Matter (BLM) di Amerika Serikat, di mana simbol 1312 banyak digunakan dalam aksi-aksi protes.

Di Indonesia, kode 1312 kembali mencuat seiring dengan kontroversi yang melibatkan band Sukatani, yang merilis lagu “Bayar Bayar Bayar” sebagai kritik terhadap praktik korupsi dan pemerasan oleh oknum kepolisian. Lagu ini menimbulkan reaksi keras, termasuk tekanan terhadap band tersebut untuk menarik lagunya dan meminta maaf kepada kepolisian. Sebagai bentuk solidaritas, banyak aktivis dan komunitas punk menggunakan simbol 1312 dalam media sosial, tagar, dan aksi protes untuk mendukung kebebasan berekspresi serta menolak tindakan represif terhadap kritik.

Kode 1312 memiliki sejarah panjang sebagai simbol perlawanan terhadap otoritas yang dianggap menindas. Namun, penggunaannya sering kali menjadi kontroversi karena bisa diinterpretasikan secara berbeda oleh berbagai pihak. Dalam konteks isu Sukatani, simbol ini kembali menjadi sorotan sebagai bagian dari perdebatan seputar kebebasan berekspresi, kritik sosial, dan peran kepolisian dalam masyarakat.

Penulis : Davina
Editor : Lydia

- Advertisment -

BACA JUGA