Pernahkah kamu bertanya-tanya, mengapa jari keempat disebut jari manis? Padahal, jika dicicipi, jelas tidak ada rasa manisnya sama sekali. Nama ini ternyata tidak ada hubungannya dengan indera perasa, melainkan berasal dari makna estetika dan simbolik yang telah melekat selama berabad-abad.
Dalam budaya Indonesia, kata “manis” tidak selalu merujuk pada rasa, tetapi juga pada sesuatu yang indah dan bernilai. Sejak dahulu, jari keempat ini sering dihiasi dengan cincin, terutama dalam tradisi pernikahan, sehingga disebut “manis”.
Hal ini pun sejalan dengan berbagai budaya lain di dunia. Dalam bahasa Inggris, jari ini disebut ring finger karena memang menjadi tempat utama untuk mengenakan cincin. Sementara itu, dalam bahasa Latin, ia dikenal sebagai digitus annularis, yang berarti jari cincin. Bahkan, di Eropa pada abad pertengahan, jari ini pernah disebut leech finger karena diyakini memiliki hubungan dengan metode pengobatan tradisional menggunakan lintah.
Namun, yang paling menarik adalah mitos yang berkembang sejak zaman Romawi Kuno. Konon, terdapat pembuluh darah khusus bernama vena amoris “vena cinta” yang langsung terhubung ke jantung, menjadikannya simbol cinta dan komitmen.
Meskipun secara medis teori ini telah dibantah, karena semua jari memiliki sistem pembuluh darah yang sama serta kepercayaan ini tetap bertahan hingga kini. Bahkan, di beberapa budaya, mengenakan cincin di jari manis diyakini bisa memperkuat hubungan asmara dan membawa keberuntungan.
Selain nilai simbolik, jari manis juga memiliki makna dalam dunia sains. Penelitian menunjukkan bahwa panjang jari manis dibandingkan dengan jari telunjuk bisa mencerminkan kadar hormon seseorang saat masih dalam kandungan.
Dalam buku Digit Ratio: A Pointer to Fertility, Behavior, and Health 2002, John T. Manning menjelaskan bahwa rasio panjang jari manis dan jari telunjuk (2D:4D ratio) berhubungan dengan tingkat hormon prenatal yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang.
Studi tersebut menemukan bahwa orang dengan jari manis lebih panjang daripada jari telunjuk, cenderung memiliki kadar testosteron yang lebih tinggi, yang berhubungan dengan kemampuan atletik dan pemikiran spasial. Sebaliknya, mereka yang memiliki jari telunjuk lebih panjang, cenderung memiliki kadar estrogen yang lebih dominan, yang berkaitan dengan empati dan keterampilan verbal yang lebih baik.
Selain mitos dan sains, jari manis juga memiliki tempat khusus dalam berbagai tradisi. Pada zaman kerajaan, hanya bangsawan tertentu yang boleh memakai cincin di jari manis sebagai tanda status sosial. Dalam beberapa aliran seni bela diri dan kepercayaan mistis, jari ini dipercaya menyimpan energi tertentu yang dapat digunakan dalam pengobatan tradisional. Bahkan, ada yang percaya bahwa bentuk dan panjang jari manis dapat memberi petunjuk tentang kepribadian seseorang.
Jadi, bukan berniat bohong, tetapi jari manis memang penuh dengan hal-hal manis dalam kehidupan dari cincin pernikahan, mitos cinta, hingga fakta unik soal hormon. Siapa sangka, satu jari kecil bisa menyimpan begitu banyak cerita?
Penulis: Naila
Editor: Lydia