Oleh: Muhammad Ervin Nizar, Mahasiswa Fakultas Usuluddin dan Adab
Kabar-kabar Pemilihan Umum Mahasiswa yang biasa kita sebut PUM beredar luas di kalangan mahasiswa UIN mutakhir ini. Pasalnya, Desember jadi bulan transisi dan bursa pencalonan yang jadi tarung-tarungan partai mahasiswa, sebut saja organisasi.
Peranan organisasi cukup vital dalam gerakan kampus, yaa.. salah satunya dalam menentukan siapa yang akan jadi Presiden Mahasiswa dan siapa yang akan mengisi kursi sampai ke tataran paling bawah, semua diatur atas keputusan organisasi.
Bicara organisasi (di kampus UIN Banten) memang jadi hal lumrah, apalagi UIN mendapat predikat sebagai Kampus Laboratorium Pergerakan, dan organisasi adalah sebagai wadah penggerak karena berfungsi sebagai pendidikan alternatif. Kita akan bisa lebih leluasa meng-explore pengetahuan di organisasi tanpa ada batasan. Makannya gak heran, sampai hari ini organisasi jadi peran penting dalam gerakan kampus. Sama halnya dalam Pemilihan Umum Mahasiswa, semua orang perlu organisasi supaya bisa jadi Presiden Mahasiswa.
Kita akan mudah membaca peta politik kampus, dan memprediksi siapa yang akan menang di pencalonan selagi masih ada organisasi digdaya. Mendekati Desember memang jadi hal yang asyik menyongsong pesta demokrasi kampus, kita akan banyak menemui tipikal orang yang banyak minta panggung dan haus atensi dari mahasiswa lain, terkhusus dari mahasiswa-mahasiswa yang baru masuk.
Tapi memang orang semacam itu selalu muncul satu atau dua bulan sebelum pesta demokrasi dimulai, secara teori demokrasi mungkin hal semacam dimenangkan dan nggak jadi persoalan banget. Tapi sayangnya ekosistem demokrasi yang dibangun itu jadi mendidik sosok pemimpin payah. Barangkali, agak susah cari suksesor pada pesan lagu Iksan Skuter -Cari Pemimpin.
Hal serupa memang benar-benar kita alami sejak menjadi mahasiswa dan ternyata demokrasi kampus kita sama buruknya dengan demokrasi negara kita.
Bicara politik bukan saja hanya bicara soal negara, pemerintah, kampus, kepentingan dan embel-embel lain. Kita lahir di dunia pun hasil dari produk politik. Makannya tak heran kehidupan kita hari ini selalu dikaitkan dengan politik; apa-apa politik, ini itu politik. Akui saja. Sayangnya bangunan politik kita belum tertata rapi, hingga kontruk berpikir masyarakat kampus ikut-ikutan jijik atas kondisi hari ini.
Tulisan ini dibuat selepas menghadiri Dialog Publik LPM SiGMA 28 Desember 2022 menyoal ketidakjelasan pelaksanaan PUM di UIN SMH Banten.
*Dibaca normal setengah menit.