Saat kamu berada di suatu tempat, duduk sendirian di tengah keramaian, apakah kamu merasa semua mata tertuju padamu? Seseorang tertawa, kamu mengira ia menertawakanmu? Apakah kamu sering merasa menjadi pusat perhatian, atau bahkan sebenarnya bisa saja tidak ada yang memperhatikanmu sebanyak yang kamu kira. Itulah yang disebut dengan Spotlight Effect.
Kenneth S. Bordens dan Irwin A. Horowitz berpendapat melalui buku Social Psychology, menurutnya manusia suka berasumsi bahwa orang lain akan mengenali perasaannya. Asumsi tersebut merupakan Spotlight Effect, yakni sebuah fenomena psikologis yang membuat kita berpikir atau beransumsi bahwa orang lain lebih memperhatikan kita daripada yang sebenarnya.
Menurut Piaget dalam journal of personality and social psicology dengan judul “The Spotlight Effect in Social Judgment: An Egocentric Bias in Estimates of the Salience of One’s Own Actions and Appearance“, bahwasannya Spotlight Effect sebagian besar muncul dari egosentrisme yang meliputi pemikiran anak-anak. Maksudnya, dimana ketika anak-anak memiliki pemikiran bahwa semua sudut pandang terhadap dunia adalah sama. Dengan demikian, mereka cenderung menganggap bahwa orang lain memperhatikan dan menghakimi mereka dengan intensitas yang sama seperti yang mereka lakukan terhadap diri mereka sendiri.
Namun, meskipun Spotlight Effect sering dikaitkan dengan egosentrisme pada anak-anak, fenomena ini juga biasa terjadi dikalangan orang dewasa. Karena merasa lebih sering mengalami perasaan berlebihan di saat menjadi pusat perhatian dalam situasi sosial, meskipun mungkin tidak seintensitas anak-anak.
Spotlight Effect biasa terjadi akibat rendahnya tingkat kepercayaan diri atau tingginya tingkat self-consciousness yang cenderung lebih rentan. Meskipun menyadari bahwa Spotlight Effect adalah ilusi pusat perhatian yang dapat membuat kita cemas, namun juga dapat membantu kita untuk lebih rileks dalam meningkatkan rasa kepercayaan diri kita pada situasi sosial.
Cara mengurangi efek dari Spotlight Effect, bisa dilakukan dengan melakukan latihan diri untuk mengalihkan fokus dari diri sendiri ke lingkungan sekitar. Jadi, meskipun kita merasa menjadi pusat perhatian dalam situasi tertentu, kita dapat ingat bahwa pandangan orang lain terhadap kita nyatanya tidak seintensitas yang kita bayangkan.
Penulis: Lydia
Editor: Nazna