BerandaSuara MahasiswaopiniNestapa Alam Di Tangan Manusia

Nestapa Alam Di Tangan Manusia

Lingkungan alam memiliki peranan yang cukup besar bagi keberlangsungan hidup manusia. Manusia dan alam merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan sehingga menimbulkan simbiosis mutualisme diantara keduanya.

Menurut Salim Emil (1990), lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.
Namun seiring berjalannya waktu, alam dan manusia kehilangan harmonisnya, di mana alam telah banyak dirusak oleh manusia binal.
Dewasa ini, kerusakan lingkungan alam seperti menjadi satu hal yang lazim.

Kerusakan lingkungan alam khususnya di Indonesia kian lama semakin parah. Kerusakan tersebut banyak dipengaruhi oleh intervensi manusia dibandingkan faktor alam itu sendiri.
Kerusakan lingkungan hidup dapat diartikan sebagai proses inferior lingkungan yang ditandai dengan hilang dan rusaknya sumber daya tanah, air, udara, punahnya flora dan fauna liar, serta kerusakan ekosistem baik di darat maupun di air.


Jika ditelaah satu persatu problematik kerusakan alam di Indonesia. Saban hari kian mengkhawatirkan untuk keberlangsungan hidup manusia. Dilihat dari data The Word Bank tahun 2018 sebanyak 87 kota di pesisir Indonesia menyumbang sampah ke laut hingga 1,27 juta ton dengan komposisi sampah plastik mencapai 9 juta ton dan diperkirakan sekitar 3,2 juta ton adalah sedotan plastik, dan di tahun 2020 jumlah total keseluruhan sampah nasional mencapai 67,8 juta ton. Sebanyak 70 persen sampah plastik tersebut berpotensi masuk ke lautan di Indonesia, mengingat 71 persen wilayah Indonesia adalah lautan. Hal ini sangat memprihatinkan.
Selain pencemaran laut, kondisi yang sangat mengkhawatirkan adalah kebakaran hutan. Hutan merupakan sumber utama dari keanekaragaman hayati, karena hutan merupakan tempat tinggal berbagai jenis hewan dan tumbuhan.

Kerusakan yang terjadi pada hutan merupakan penyebab terjadinya penurunan keanekaragaman hayati bahkan sampai kepada kepunahan.
Kepunahan merupakan ancaman nyata bagi berbagai makhluk hidup sebagai implikasi dari keruskan alam tersebut. Namun kepunahan yang menimpa puluhan bahkan ratusan spesies hewan serta tumbuhan di muka bumi ini bukan disebabkan oleh seleksi alam semata. Kepunahan yang terjadi lebih disebabkan oleh perilaku manusia banal yang merusak terhadap alam dan lingkungannya.


Tercatat spanjang tahun 2019-2020 mencapai 1.923.633 hektar kebakaran hutan yang memberikan dampak yang tak kalah serius. Implikasi yang paling mengkhawatirkan adalah hilangnya ruang terbuka hijau yang menjadi sumber oksigen bagi paru-paru manusia. Disamping itu, kerusakan hutan dapat menimbulkan erosi tanah dan degradasi lahan.
Sebab itu, pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup harus sesuai dengan kaidah-kaidah lingkungan. Kesesuaian terhadap kaidah tersebut untuk menghindari timbulnya berbagai bencana lingkungan seperti pencemaran lingkungan, kerusakan hutan, kekeringan dan banjir. Sehingga dapat berakibat pada krisis pangan, krisis sumber air dan krisis energi yang berkepanjangan.


Perlunya tanggungjawab dan kesadaran semua pihak ihwal pentingnya alam untuk menunjang kehidupan manusia di masa akan mendatang. Hal ini guna meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan diluar dari peristiwa alam yang sangat merugikan manusia dan dampak buruk sebagai penyertanya. Banyak hal kecil yang bisa kita lakukan untuk berkontribusi menjaga kelestarian alam seperti mengurangi penggunaan bahan plastik, melakukan reboisasi untuk menjaga kelestarian alam bumi ini. [Mg.Salman/Agan/SiGMA]

- Advertisment -

BACA JUGA