Notice: Fungsi _load_textdomain_just_in_time ditulis secara tidak benar. Pemuatan terjemahan untuk domain td-cloud-library dipicu terlalu dini. Ini biasanya merupakan indikator bahwa ada beberapa kode di plugin atau tema yang dieksekusi terlalu dini. Terjemahan harus dimuat pada tindakan init atau setelahnya. Silakan lihat Debugging di WordPress untuk informasi lebih lanjut. (Pesan ini ditambahkan pada versi 6.7.0.) in /home/u642071575/domains/lpmsigma.com/public_html/wp-includes/functions.php on line 6121
Sumbu-Sumbu Literasi di Pinggir Kantin Kampus - LPM SiGMA
BerandaSuara MahasiswafeatureSumbu-Sumbu Literasi di Pinggir Kantin Kampus

Sumbu-Sumbu Literasi di Pinggir Kantin Kampus

Serang, lpmsigma.com – Sore hari di Kampus Dua UIN SMH Banten. Rintik hujan di luar membuat suasana kantin terasa lebih sunyi meskipun sedang diiringi penampilan lagu oleh UKM Gema Seni Budaya Islam Campus (GESBICA). Tapi ditepat arah masuk kantin, tepat di bawah spanduk bertuliskan besar “PANGGUNG SISYPHUS”, tiga mahasiswa duduk melingkar. Bukan untuk makan atau sekadar nongkrong. Di atas meja, buku-buku terhampar seperti menu utama.

Adam duduk di bangku kantin. Ia mengenakan topi miring ke kanan dan kaos abu-abu dengan lengan hitam. Di depannya terbuka beberapa buku, sebagian tampak mulai lusuh karena sering dibolak-balik. Di hadapannya, seorang mahasiswa lain menyimak dengan posisi tubuh condong ke depan, menandakan diskusi sedang berlangsung.

“Membaca itu harusnya melekat pada mahasiswa,” ujar Adam. Ia resah, terlalu banyak mahasiswa yang setelah kuliah hanya makan di kantin lalu pulang. Tak ada diskusi, tak ada percikan gagasan. Maka, ia memilih duduk di sini, dengan buku-buku di atas meja kantin, berharap ada sumbu yang tersulut.

Harapannya bukan tanpa nyala. Seorang ibu penjual teh hijau mendekat. Ia bertanya tiga buku yang sebelumnya sudah ia pegang.

“Ini minjem buku tiga, harus dicatet nggak nih?” tanyanya.

“Boleh, Bu. Kita catat aja ya,” jawab Adam dengan ramah.

“Ini kapan dibalikin-nya?” tanya si ibu lagi.

“Senin aja, Bu. Di sini. Hafal kan muka kita?” jawabnya sambil tersenyum.

Tak jauh dari meja itu, sebuah bendera besar bertuliskan Komunitas Mahasiswa Soedirman (KMS) tergantung mencolok. Di bawahnya, buku-buku lain dijajakan di atas meja. Sudut ini bukan lagi tempat makan semata, tapi juga ruang terbuka literasi.

Bento, Koordinator Umum KMS yang kerap hadir, menyuarakan keresahan serupa. Menurutnya, literasi mahasiswa sangat rendah. “Skripsi itu harusnya pakai referensi dari buku dan jurnal,” katanya. Maka, ia dan teman-temannya konsisten membawa dan menata buku-buku di kantin—bukan untuk dijual, tapi untuk dibaca dan, bila perlu, dipinjam.

Di tengah hujan yang turun perlahan, meja di kantin itu tak hanya menyajikan makanan, tapi juga pengetahuan. Dan dari spanduk “Panggung Sisyphus” dan Komunitas Mahasiswa Soedirman, semangat untuk terus mendorong batu literasi tetap hidup meski pelan, meski dari pinggir kantin.

Reporter: Enjat

- Advertisment -

BACA JUGA