BerandaSastraTerang Dibalik Bayang-bayang

Terang Dibalik Bayang-bayang

Laras adalah seorang Mahasiswi dari salah satu Sekolah Menengah Atas terkemuka di Indonesia. Bisa dibilang ia memiliki segalanya. Laras adalah putri dari seorang pengusaha kaya raya, namun di balik kemewahannya terdapat kisah yang tak banyak orang ketahui.

Laras tumbuh dalam kesendirian yang mendalam di rumahnya. Ayah dan Ibunya  sibuk dengan pekerjaan mereka yang tak pernah ada habisnya. Kehidupan mereka diisi oleh rapat bisnis dan pertemuan-pertemuan penting yang tidak bisa di tinggalkan. Hingga ia seringg kali merasa tidak memiliki arti dibandingkan jadwal padat kedua orangtuanya.
Laras mempunyai tiga kakak perempuan, kakak pertama dan yang paling tua bernama Intan, kakak kedua bernama Selvy, dan kakak yang ketiga yaitu Neli namun sayangnya mereka acuh tak acuh dengan keberadaan Laras. Sibuk dengan teman-teman mereka sendiri. Aktivitas-aktivitas sosial dan urusan-urusan pribadi mereka sendiri. Karena hal itulah yang membuatt Laras merasa tidak dekat dengan kakak-kakaknya dan selalu merasa sendiri.
Laras : (duduk, di meja makan, dengan wajah yang sedih) Ayah ibu, boleh kah kita berbicara sebentar ?
Ayah : (sibuk membaca, koran) Mau bicara apa laras?  Kita sedang terburu – buru  untuk rapat pagi ini.
Ibu    : (mengangkat secangkir teh) Cepat Laras kita harus segera pergi.
Laras : Tolong dengarkan dulu yah, bu. Aku sangat kesepian di rumah ini, seperti anak yang tidak memilliki arti dalam keluarga ini. Kita hampir tidak pernah mengobrol atau sekadar berkumpul bersama.
Ayah  : (meletakan koran, dengan sedikit frustasi) Laras kamu tahu ayah dan ibumu ini sibuk dengan bisnis yang sedang kita kembangkan. Itu juga demi kebaikanmu dan kakak – kakakmu.
Ibu   : (menghela nafas) Iya laras kami ingin memberikan yang terbaik untukmu, jadi kamu harus memahaminya.
Laras : (berbicara pelan, sembari meneteskan air mata) Aku mengerti bu, aku paham. Tapi aku juga butuh perhatian dan kasih sayang. Aku sudah lama merindukanya.
Ayah : (dengan muka yang marah) LARASS!!!!!!  Jangan berbicara seperti itu!!! Kita susah payah kembangin bisnis ini juga demi kebahagiaan kamu.
Intan : (keluar dari kamarnya) Ada apa ini yahh, Laras megeluh lagi ?
Selvy : iya nih, Laras banyak ngeluh.
Neli: (tiba, dengan kasar) Larass, kamu jangan lembek dong, apa – apa ngeluh, kamu kira kamu aja yang begituu.
Setelah mendengar hal itu Laras pergi, dan masuk ke kamar nya dengan raut wajah yang sedih.
Kesendirian Laras semakin dalam setiap harinya. Ia banyak menghabiskan waktunnya di dalam kamar. Yang ia lakukan hanya bermain ponsel. Hari demi hari berlalu , Laras hanya ditemani teman-teman virtualnya. Laras merindukan perhatian, kasih sayang, dan dukungan keluarga yang seharusnya ia terima.
Laras: (mengirim pesan kepada sahabat virtualnya) Hei, aku merasa sangat sendirian lagi. Kamu ada di sana?
Sahabat Virtual 1: (membalasa pesan laras) Tentu, Laras. Kami selalu di sini untukmu.
Sahabat Virtual 2: (menanggapi) Jangan khawatir, Laras. Kamu kuat.
Sahabat Virtual 3: (mendukung) Jika kamu butuh bicara, kamu tahu kita selalu ada.
Puncak dari semua penderitaan ini adalah perlakuan buruk yang ia terima di Sekolahnya. Teman-teman sekelasnya, yang sebagian besar berasal dari latar belakang keluarga sederhana, seringkali iri dengan kekayaan dan status sosial Laras. Sekelompok pembuli laras, bernama Asri, Anggun, dan Eris yang paling sering membully Laras.
Asri : Laras, kamu pikir hidup ini hanya permainan, ya?
Anggun: (mengejek) Kau takkan pernah tahu bagaimana rasanya berjuang seperti kami.
Laras : (berusaha bersikap tenang) Aku tidak ingin menyakiti siapa pun, teman-teman. Kita semua bisa belajar dari satu sama lain.
Eris: Alahhhh, kamu ini hanya anak manja yang hanya bisa meminta ke orantua, kau tak pernah mengerti bagaimana rasanya menjadi orang seperti kami yang serba kesusahan.
Laras: (menghela nafas lalu pergi meninggalkan mereka.)

Hari demi hari Laras selalu menghadapi bulian dari teman – temannya baik secara verbal, seperti menghina Laras yang manja, lembek, dan lain-lain. Hingga suatu hari, pembulian yang ia terima semakin parah dari biasanya, dan hal ini membuat  Laras memutuskan untuk melakukan sesuatu.
Laras: (menghadapi para pembuli) Sudah cukup! Aku tak akan membiarkan kalian terus menerus melakukan ini!
Asri : (mengancam) Apa yang akan kamu lakukan, Laras?
Anggun: (mengejek) Kamu hanya anak manja.
Laras: (dengan keberanian) Saya tidak akan membiarkanmu lagi! (mengambil tindakan fisik)
Tidak terima dengan tindakan Laras, Eris balas mendorong laras dengan sangat kuat Laras pun tersungkur ke tanah, kepalanya terbentur batu, Laras pingsan dan darah bercucuran ke tanah. Tak lama kemudian Laras pun dibawa ke rumah sakit terdekat oleh salah seorang petugas di sana.
Petugas yang melihat kejadian tersebut langsung menelpon nomor darurat, memberitahu kejadian serta keadaan Laras.
Ditempat lain Desi teman dekat Laras langsung menghubungi ayah Laras melalui ponsel milik laras.
Desi : Permisi Pak, apakah ini dengan orang tua Laras?
Ayah : Iya, saya orang tuanya Laras.
Desi :   Laras terluka parah Pak, kami di rumah sakit sekarang!
Ayah : APA! baik saya akan segera kesana .
Ketika Laras bangun dari pingsannya, ia merasa sakit dan bingung. Orangtuanya ternyata ada di samping tempat tidurnya, memberikan dukungan dan kasih sayang yang selama ini ia rindukan.
Ayah: (memegang tangan Laras dengan lembut) Laras, kami sangat menyesal. Kami akan berubah.
Ibu: (mengusap pipi Laras) Kamu adalah yang terpenting, Laras.
Tak lama kemudian teman sekelas Laras yaitu Desi dan Clara datang untuk menjenguknya.
Desi : (menyesal) Laras, Kami minta maaf. Seharusnya kami dulu mendukungmu.
Clara: (merasa bersalah) Setelah kejadian ini kami sadar, kami akan membantumu untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman.
Laras: (tersenyum lemah) Terima kasih, teman-teman. Kita bisa membuat perubahan bersama-sama.
Kisah Laras menjadi pelajaran bagi setiap orang tua untuk menyadari, bahwa kehangatan keluargalah yang lebih penting dibanding materi. Dan memberikan pelajaran bagi semua orang tentang pentingnya menghadapi masalah dan tidak membiarkan bullying berlanjut. Terkadang, perubahan positif muncul dari pengalaman yang sulit, dan Laras menunjukkan kepada teman-temannya bahwa keberanian bisa mempengaruhi perubahan yang positif dalam kehidupan mereka.

Penulis : Mg_Alif
Editor  : Rubbi

- Advertisment -

BACA JUGA