Pahlawan bukan hanya yang ikut berperang di medan tempur untuk membela kebenaran, tapi pahalawan adalah lebih dari itu. Lebih dari sekedar ikut berperang. Makna pahlawan sebenarnya sangat luas, dan seiring waktu selalu berubah-ubah.
Dengan perkembangan zaman yang ada, makna pahlawan dapat diartikan sebagai manusia yang memberikan dampak positif bagi orang lain. Pahlawan di masa sekarang tidak harus bersertifikat, dan tidak harus juga ikut medan perang, bisa dimulai dari diri sendiri seperti membantu meringankan beban orang tua, dan membantu masyarakat banyak serta dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.
Semakin banyak yang dihadapi oleh kaum milenial, maka artian dari pahlawan itu semakin luas, menurut sejarawan Bondan Kanumoyoso menuturkan, generasi sekarang itu cakupan permasalahan yang mereka hadapi jauh lebih luas. Permasalahan itu sudah melingkupi hampir semua aspek kehidupan, tadi kita dengar ada macam-macam hal yang dibicarakan, mulai dari isu tenaga kerja, sampai masalah lingkungan hidup. Hampir semua hal yang ada dalam kehidupan ini memiliki permasalahannya masing-masing dan menuntut adanya satu tindakan ataupun satu perbuatan untuk memperbaiki dampak-dampak negatif dari semua itu, dan itu kira-kira yang disebut sebagai pahlawan, kata Bondan.
Selain mampu menyelesaikan suatu permasalahan, menurut Mantan Ketua MPR Amien Rais mengungkapkan, pahlawan harus mempunyai tiga sifat kepahlawanan yaitu berani, jujur, dan pantang menyerah. Pertama Berani, seorang yang berani dalam menyampaikan pendapat, berani dalam mengambil keputusan serta mau bertanggung jawab atas keputusan itu, termasuk dalam salah satu sifat seorang pahlawan. Selanjutnya Jujur, seperti halnya Nabi Muhammad SAW yang memiliki sifat ini. Jujur dalam berbicara, setiap perkataanya bisa di percaya dan dapat dibuktikan kebenarannya. Kemudian pantang menyerah, setiap pahlawan harus selalu berusaha, dan berjuang dalam kondisi apapun, layaknya Nabi Muhammad SAW yang pantang menyerah dalam menyebarkan syiar Islam
Diri sendiri adalah pahlawan
Setiap hari kita adalah pahlawan di hidup kita atau tidak dengan sengaja pahlawan di kehidupan orang lain. Kita yang bertanggung jawab atas diri kita sendiri, orang lain tidak bertanggung jawab atas kehidupan kita. Menurut Adam Kurniadi Lukman dalam artikelnya yang berjudul Pahlawan Masa Kini: Pahlawan Bagi Diri Sendiri, menjelaskan, perlu diingat bahwa sebelum kita mampu untuk “menyelamatkan orang lain”, kita juga harus mampu untuk “menyelamatkan diri kita sendiri.”
Menyelamatkan diri sendiri disini dapat juga diartikan sebagai bentuk tanggung jawab pada diri sendiri. Di kehidupan yang serba individualis ini, menyelamatkan diri sendiri sangat penting, karena tidak akan ada yang selalu menyelamatkan kita selain diri sendiri. Mungkin ada beberapa orang yang akan menjadi pahlawan di hidup kita, namun tidak selamanya orang itu ada untuk kita.
Contoh dari menyelamatkan diri sendiri adalah dengan jangan memaksakan diri, tapi tetap harus berusaha. Jangan memaksa diri disini adalah kita harus mengetahui batas kemampuan kita. Jika kita tidak bisa melakukan sesuatu maka katakana tidak bisa, atau mintalah bantuan, jangan memaksakan semuanya sendiri. Begitu pula dalam hal menjadi pahlawan di hidup orang lain. Jika kita tidak bisa membantunya maka katakan tidak bisa.
Namun perlu diingat lagi membantu adalah hal yang mulia. Bantu lah jika kita bisa membantunya, karena sekecil apapun bantuan itu mungkin akan sangat berharga bagi orang lain, dan jangan memaksakan diri jika kita tidak bisa membantu.
Banyak hal-hal yang menurut kita sederhana mungkin saja bisa membantu orang lain. Seperti membawa minum saat teman kita tersedak, itu adalah contoh hal kecil untuk membantu orang lain. Menjadi pahlawan untuk diri sendiri bukan lah perkara yang egois, itu adalah prihal menyelamatkan diri sendiri, dan menjadi pahlawan untuk diri sendiri. [Mg.Shovi/Dani/SiGMA].