Baduy: “Gunung Teu Meunang Dilebur, Lebak Teu Meunang Dirusak”

0
1,590 views

Di tengah hiruk-pikuknya modernisasi yang sangat pesat, masyarakat Baduy masih memegang teguh komitmen hidup menjaga alam dengan kesederhanaan. Hal ini berdasarkan titipan leluhur suku Baduy untuk selalu hidup dalam kesederhanaan dan selalu menjaga alam.

Pada Februari lalu, kami mengunjungi tanah adat Baduy. Suku Baduy terletak di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Sepanjang perjalanan menuju tanah Baduy kami disuguhkan dengan pemandangan alam yang asri. Namun, sekitar kurang lebih tiga kilometer setelah melewati alun-alun rangkas sudah banyak hutan dan perbukitan beralih fungsi menjadi pertambangan batu.

Setibanya di Ciboleger, kami disambut ramah senyum masyarakat Baduy. Masyarakat adat itu sampai saat ini masih memegang erat kebudayaan yang diturunkan oleh leluhurnya dalam menjaga lingkungan. Karena dalam filosofi masyarakat Baduy “Gunung teu meunang dilebur, lebak teu meunang dirusak, pendek teu menang disambung, lojong teu menang dipotong”.

Pesan inti dari pribahasa itu adalah tanah Baduy tidak boleh dirusak dengan alasan apapun. Harus dirawat agar tidak tercemar dan mengakibatkan kerusakan, yang pada akhirnya akan merugikan manusia itu sendiri. Orang Baduy percaya jika manusia merusak alam lingkungannya maka kemudharatan akan dialami oleh manusia dan makhluk hidup lainnya.

Sampai saat ini, masyarakat adat Baduy hidup tanpa listrik. Untuk menerangi saat malam tiba, masyarakat biasanya menggunakan lampu totok yang berbahan bakar minyak solar.
Tanah adat Baduy memiliki wilayah yang luas dan terbagi atas dua wilayah, Baduy Dalam dan Baduy Luar. Baduy Dalam dikenal sangat ketat dalam menjaga adat sedangkan Baduy luar lebih terbuka dengan kebudayaan luar.

Desa Baduy terletak di daerah perbukitan. Untuk mencapai ke sana kita bisa menuju terminal Ciboleger. Bisa juga naik kendaraan pribadi tapi begitu sampai di Ciboleger dapat ditipkan pada orang yang mengelola penitipan kendaraan di sana.
Di Baduy, kita bisa memilih akan menginap di kampung apa saja. Yang penting, harus melapor dulu pada Jaro atau kepala desa setempat.

Untuk ke Baduy dalam kita harus berjalan kaki, melewati jalan setapak yang dikelilingi pohon-pohon dan sungai yang asri. Jika sedang musim penghujan, jalanan akan sedikit licin. Jika akan ke sana sebaiknya kita mengenakan sandal gunung atau sepatu anti selip.

Reporter: Baidoi-Fajri