Fatherless: Luka Emosional Anak Indonesia, Di Balik Perayaan Hari Ayah

0
74 views

Sejak diperingati pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1910, Hari Ayah Sedunia telah menjadi momen global untuk menghargai kontribusi penting para ayah dalam keluarga dan masyarakat. Namun, di Indonesia, fenomena fatherless atau ketidakadaan figur ayah dalam kehidupan anak-anak semakin menjadi perhatian serius.

Dalam konteks ini, fatherless tidak hanya mengacu pada ketiadaan fisik ayah, tetapi juga kekosongan emosional yang dapat memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan dan kesejahteraan anak-anak.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan peningkatan angka perceraian setiap tahun, dengan kenaikan sekitar 10% dalam dekade terakhir, yang memperbesar jumlah anak dalam kondisi fatherless. Menurut UNICEF, sekitar 25% anak di Indonesia tumbuh tanpa kehadiran ayah.

Anak tanpa figur ayah lebih rentan terhadap masalah pendidikan, kesehatan mental, dan perilaku sosial. Mereka memiliki kemungkinan 30% lebih tinggi untuk putus sekolah, 40% lebih mungkin terlibat dalam kenakalan remaja, dan dua kali lebih berisiko mengalami depresi serta kecemasan dibandingkan anak yang tumbuh dengan kehadiran ayah.

Budaya Indonesia yang menempatkan laki-laki sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah utama membuat ibu tunggal menghadapi beban ganda. Stigma negatif terhadap anak-anak fatherless juga memperburuk kondisi psikologis mereka. Anak-anak ini sering kesulitan membentuk identitas diri dan mengembangkan hubungan yang sehat, dan kadang mencari figur ayah di tempat yang salah.

Mengatasi masalah fatherless memerlukan pendekatan holistik. Edukasi masyarakat tentang pentingnya peran ayah sebagai pendamping dan pelindung emosional anak sangat diperlukan. Dukungan finansial, emosional, dan sosial bagi ibu tunggal juga penting untuk membantu mereka menjalankan peran ganda. Layanan konseling dapat membantu anak-anak fatherless mengatasi trauma dan membangun kepercayaan diri.

Kehadiran ayah dalam kehidupan anak tidak bisa digantikan. Setiap ayah diharapkan bisa meluangkan waktu lebih banyak untuk anak-anak mereka, memperkuat ikatan emosional, dan menunjukkan kasih sayang yang tulus. Ini adalah langkah penting dalam membentuk karakter dan kepribadian anak yang sehat dan seimbang.

Dengan adanya peringatan Hari Ayah Sedunia ini, mari kita dorong para ayah untuk lebih terlibat dan hadir dalam setiap momen penting kehidupan anak-anak mereka. Tidak hanya untuk merayakan peran ayah, tetapi juga untuk memastikan setiap anak mendapatkan fondasi emosional yang kuat, kasih sayang yang cukup, dan dukungan yang konsisten, sehingga mereka bisa tumbuh menjadi individu yang utuh dan bahagia.

Penulis: Naila
Editor: Nazna