BerandaSuara MahasiswaopiniGenerasi Stroberi: Dianggap Rapuh, Ternyata Paling Bisa Diandalkan

Generasi Stroberi: Dianggap Rapuh, Ternyata Paling Bisa Diandalkan

Generasi Z, atau yang kerap kali disebut sebagai generasi stroberi, telah lama menjadi sasaran kritik karena dianggap rapuh dan mudah menyerah ketika dihadapkan pada tekanan. Julukan ini berasal dari persepsi bahwa Gen Z terlihat menarik di luar, namun lemah di dalam. Namun, apakah stereotip ini benar-benar menggambarkan realitas generasi yang tumbuh di era digital ini?

Banyak orang menganggap Gen Z rentan terhadap kesehatan mental. Isu seperti stres, kecemasan, dan tekanan di tempat kerja sering dikaitkan dengan mereka. Pandangan ini semakin diperkuat dengan fenomena banyaknya Gen Z yang berbicara terbuka tentang kerasnya kehidupan dewasa, terutama di lingkungan kerja. Tak jarang, stigma muncul bahwa Gen Z lebih memilih menganggur daripada bekerja dan mengalami tekanan mental. Tetapi, apakah ini tanda kelemahan atau justru kesadaran yang lebih tinggi akan pentingnya kesehatan mental?

Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan mental adalah keadaan di mana seseorang mampu mengatasi stres, produktif dalam bekerja, dan berkontribusi positif terhadap lingkungannya. Definisi ini memperjelas bahwa kesehatan mental bukan hanya tentang ketiadaan gangguan psikologis, melainkan juga tentang kemampuan seseorang untuk beradaptasi dan tetap produktif. Berdasarkan hal ini, tidak adil rasanya untuk menyematkan label “lemah” pada generasi yang justru lebih sadar dan peduli terhadap kesejahteraan mental mereka.

Generasi sebelumnya sering mengkritik Gen Z sebagai generasi yang serba instan, malas, dan tidak mau berusaha keras. Namun, perlu dicatat bahwa Gen Z tumbuh bersama dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat. Mereka bukanlah generasi yang malas, tetapi mereka memahami bahwa teknologi bisa dimanfaatkan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih efisien. Bahkan, di dunia kerja saat ini, Gen Z telah mendominasi berbagai sektor dan justru menjadi pendorong utama perubahan.

Sebagai generasi yang disebut digital native, Gen Z tumbuh dengan teknologi di tangan mereka. Ini membuat mereka lebih cakap dalam memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas, berinovasi, dan mencari solusi kreatif dalam menyelesaikan masalah. Banyak dari mereka yang terlibat dalam startup teknologi, memimpin perubahan di perusahaan, serta memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk membangun bisnis baru. Stereotip sebagai generasi yang “lemah” seharusnya dipertimbangkan kembali, mengingat kontribusi nyata yang telah mereka berikan dalam berbagai industri.

Gen Z juga telah menunjukkan bahwa mereka tidak hanya sekadar “bisa diandalkan,” tetapi juga merupakan generasi yang tangguh. Di balik julukan stroberi, mereka menjadi pelopor modernisasi di tempat kerja, menciptakan tren baru yang lebih inklusif, efisien, dan berfokus pada keseimbangan kehidupan kerja. Keahlian mereka dalam memanfaatkan teknologi tidak hanya membantu perusahaan lebih produktif, tetapi juga membantu dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih adaptif dan responsif terhadap perubahan zaman.

Dalam berbagai perusahaan besar, peran Gen Z semakin terlihat dominan. Menurut data dari LinkedIn, mereka menjadi penggerak utama dalam bidang teknologi, pemasaran digital, dan bahkan kewirausahaan. Mereka membawa cara berpikir yang segar, lebih cepat beradaptasi dengan perubahan teknologi, dan menunjukkan performa kerja yang unggul. Gen Z tidak hanya mampu bekerja di bawah tekanan, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih seimbang secara emosional dan mental.

Label generasi stroberi yang sering diberikan kepada Gen Z justru berlawanan dengan fakta di lapangan. Generasi ini terus membuktikan bahwa mereka dapat diandalkan dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk di dunia kerja yang penuh tekanan. Mereka adalah generasi yang berani mengedepankan kesejahteraan mental tanpa mengorbankan produktivitas. Bahkan, kesadaran mereka akan pentingnya kesehatan mental telah menjadi inspirasi bagi banyak perusahaan untuk memperhatikan kesejahteraan karyawan.

Jadi, masihkah kita menyebut Gen Z sebagai generasi yang rapuh? Dengan kontribusi mereka dalam modernisasi dunia kerja, kemampuan mereka dalam memanfaatkan teknologi, dan kesadaran tinggi akan pentingnya kesejahteraan mental, Gen Z justru menjadi generasi yang paling bisa diandalkan dalam menghadapi tantangan masa depan. Stereotip generasi stroberi yang lemah sudah seharusnya kita tinggalkan, digantikan dengan pandangan yang lebih adil terhadap potensi besar yang dimiliki generasi ini.

Penulis : Mg_Paiz
Editor : Naila

- Advertisment -

BACA JUGA