Di Indonesia, setiap 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Mengulik pada hari guru, sudah tidak asing bagi kita jika mendengar nama Ki Hajar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara merupakan tokoh penting dalam sejarah pendidikan Indonesia dan dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.
Pada tahun 1922, dengan keteguhan hati dan minat yang tinggi pada pendidikan, Ki Hajar Dewantara dengan jiwa pendidik yang tertanam dalam sanubarinya akhirnya mendirikan sekolah yang bernama Taman Siswa, sebagai salah satu tempat menuntut ilmu yang dikhususkan untuk para pribumi Indonesia pada masa penjajahan.
Perkembangan Taman Siswa pada 1922-1930 cukup menggembirakan dalam merespon represi pemerintah kolonial. Selama delapan tahun sejak 1922 terjadi perkembangan sekolah Taman Siswa di nusantara, dari Aceh sampai Indonesia Timur, berdiri 30 cabang dan Pusat Persatuan Pengurus TS tetap di Yogyakarta.
Dikutip dari buku “Ki Hajar Dewantara: Pemikiran dan Perjuangannya” oleh Suhartono Wiryopranoto. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah alat mobilisasi politik dan sekaligus sebagai penyejahtera umat. Dari pendidikan akan dihasilkan kepemimpinan anak bangsa yang akan memimpin rakyat dan mengajaknya memperoleh pendidikan yang merata, pendidikan yang bisa dinikmati seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai salah seorang pendiri Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara menemukan istilah yang harus dipatuhi dan menjadi karakter, yaitu Patrap Guru, atau tingkah laku guru yang menjadi panutan murid-murid dan masyarakat.
Adapun perilaku tersebut menjadi pegangan dan modal utama sehingga KHD menciptakan istilah yang kemudian sangat terkenal, yaitu:
1. Ing ngarsa sung tulada (di muka memberi contoh)
2. Ing madya mangun karsa (di tengah membangun cita-cita)
3. Tut wuri handayani (mengikuti dan mendukungnya)
Tiga istilah tersebut menjadi prinsip dasar penyelenggaraan pendidikan di Taman Siswa. Adapun Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani sampai saat ini masih dijadikan sebagai motto Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk penyelenggaraan pendidikan nasional.
Selain di bidang pendidikan, Ki Hajar Dewantara juga bergerak di bidang politik dan jurnalistik. Berbagai karya tulisannya menggambarkan gagasan dan konsepsinya mengandung semangat dan bernafaskan perjuangan menuju cita-cita Indonesia merdeka.
Taman Siswa sebagai salah satu lembaga pendidikan yang didirikan Ki Hajar Dewantara telah berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan bagi sistem pendidikan nasional. Kehadiran Ki Hajar Dewantara dalam membangun Taman Siswa memiliki spektrum sejarah nasional, yang tak luput dari strategi kebudayaan yang digelutinya.
Selain itu, prasaran Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan Nasional dan penyelenggaraan/pembinaan perguruan nasional diterima oleh Kongres Perkumpulan Partai-partai Politik Kebangsaan Indonesia (PPKI) di Surabaya. Dalam kongres yang berlangsung 31 Agustus 1928 tersebut, beliau mengemukakan mengenai perlunya pengajaran nasional sebelum bangsa Indonesia mempunyai Pemerintahan Nasional sendiri.
Selama 37 tahun Ki Hajar Dewantara memimpin dan mengasuh Taman Siswa yang tersebar di seluruh Indonesia. Ki Hajar Dewantara wafat pada tanggal 26 April 1959, di Padepokan dan disemayamkan di Pendapa Agung Tamansiswa Yogyakarta. Jenazah Ki Hadjar Dewantara dimakamkan pada tanggal 29 April 1959 secara militer dengan Inspektur Upacara Kolonel Soeharto di makam Taman Wijaya Brata, Celeban, Yogyakarta.
Dari segala jasa dan perjuangannya itulah akhirnya Ki Hajar Dewantara di juluki sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Segala kerja kerasnya mengantarkan kita kepada jaman yang penuh dengan modernisasi ini.
Oleh karena itu, untuk menghargai segala usahanya sudah seharusnya kita menghormati dan mematuhi para guru yang telah dengan susah payah mendidik kita, karena guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, pengorbanannya bisa kita rasakan sampai akhir masa.
Penulis: Nabel
Editor: Dhuyuf