BerandaSejarahKisah Misteri Dibalik September Hitam

Kisah Misteri Dibalik September Hitam

September hitam, sebuah sebutan untuk bulan September yang penuh berbagai kejadian di dalamnya. Banyak menyimpan kenangan berupa kesenangan ataupun kesedihan. Namun, dibalik itu semua terjadi tragedi yang sungguh tidak semudah itu dilupakan, terkhusus orang-orang yang terlibat dalam tregedi tersebut baik dari keluarga, kerabat terdekatnya, bahkan rakyat Indonesia sendiri.

Bulan ini, semesta menjadi saksi gelap dalam Sejarah Indonesia yang di warnai oleh berbagai tragedi seperti pembunuhan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Munir Said Thalib pada 7 September 2004, tragedi Tanjung Priok pada 12 September 1984, tragedi Semanggi II pada 24 September 1999, G30S/PKI pada tanggal 30 September 1965 dan reformasi korupsi pada tanggal 24 September 2019.

Sebagian peristiwa tersebut merupakan saksi hitam yang tercatat dalam buku Sejarah Indonesia. Berikut ini rangkuman tragedi-tragedi yang terjadi pada bulan September hitam, yaitu:

1. Kasus munir (7 September 2004).

Kasus Munir adalah peristiwa yang menghebohkan Indonesia, tepatnya pada tanggal 7 September 2004. Sosok Munir Said Thalib merupakan seorang aktivis hak asasi manusia yang terkenal, beliau juga meninggal dunia saat dalam perjalanan ke Belanda dengan menggunakan penerbangan Garuda Indonesia.

Kasus ini menjadi perhatian Internasional, karena dugaan bahwa Munir diracun dengan arsenik yaitu unsur kimia berbahaya di dalam minumannya yang diberikan selama penerbangan. Munir sebagai sosok yang gigih dalam mengungkap pelanggaran HAM di Indonesia serta kematiannya tragis memunculkan banyak spekulasi tentang siapa yang mungkin bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.

Kasus Munir menciptakan perdebatan yang berkepanjangan tentang perlindungan aktivis hak asasi manusia di Indonesia dan pentingnya penegakan hukum yang adil.

2. Tragedi Tanjung Priok (12 September 1984).

Tragedi Tanjung Priok adalah salah satu peristiwa berdarah yang terjadi di Indonesia pada tahun 1984. Kejadian ini berpusat di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Bermula ketika ribuan orang yang didominasi oleh kelompok Islam dan mahasiswa menggelar demonstrasi untuk menyuarakan tuntutan sosial dan politik.

Namun, demonstrasi ini berakhir dalam tragedi yang mengerikan ketika aparat keamanan Indonesia, dikenal dengan sebutan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), melakukan tindakan represif terhadap para demonstran.

Pasukan keamanan membuka api dan melancarkan serangan terhadap massa yang berdampak pada kematian menimbulkan luka-luka banyak orang. Tragedi Tanjung Priok menciptakan kecaman luas, yang meningkatkan ketegangan politik di Indonesia selama masa Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Peristiwa ini juga menjadi simbol dari pelanggaran hak asasi manusia dan penggunaan kekuatan militer untuk menindas tuntutan demokrasi dan kebebasan berpendapat di Indonesia.

3. G30S/PKI (30 September 1965).

Gerakan 30 September (G30S) ialah peristiwa bersejarah di Indonesia, pada tanggal 30 September 1965 melibatkan upaya kudeta militer yang gagal. Para pelaku utama yaitu Letnan Kolonel Untung Syamsuri dan beberapa perwira militer lainnya.

Motivasi di balik kudeta ini masih menjadi perdebatan, pengaruh Partai Komunis Indonesia (PKI) diakui oleh sebagian besar sejarawan. Dalam kudeta tersebut cepat gagal karena mayoritas anggota militer menolak mendukungnya, terutama berkat peran kunci Jenderal Soeharto yang menekan kelompok G30S.

Gagalnya kudeta ini memicu gelombang anti-PKI yang meluas di seluruh negeri, yang kemudian dikenal sebagai “Peristiwa 1965.” Hal ini mengarah pada larangan resmi terhadap PKI, pengejaran, penangkapan, dan pembunuhan massal terhadap anggota serta simpatisan PKI.

Peristiwa G30S secara dramatis mengubah politik Indonesia dengan naiknya Soeharto dalam kekuasaan dan memulai era Orde Baru yang lebih anti-komunis serta otoriter dalam sejarah negara tersebut.

Penulis: Mg_Malik
Editor: Salma

- Advertisment -

BACA JUGA