BerandaSejarahMenyambut Malam ke-16 Ramadhan dengan Tradisi Kunutan

Menyambut Malam ke-16 Ramadhan dengan Tradisi Kunutan

Pada pertengahan bulan suci Ramadhan, yaitu hari ke 15 menuju 16 Ramadhan terdapat tradisi masyarakat Banten khususnya di kota Serang. Tradisi ini disebut Kupatan atau Kunutan (ketupat), masyarakat Serang telah mewariskan tradisi tersebut secara turun temurun hingga saat ini.

Adanya tradisi ini semata-mata memanjatkan syukur kepada Allah SWT, karena telah diberikan kesempatan untuk menunaikan ibadah puasa hingga hari ke 15, pasalnya tradisi kupatan atau kunutan karena bertepatan dengan hadir nya doa qunut pada shalat witir di malam ke 16 bulan Ramadhan.

Masyarakat Serang berbondong-bondong membuat ketupat dengan ditambah lauk opor atau rendang sebagai pelengkapnya. Lalu, bersama-sama disajikan di masjid sekitar dan melaksanakan doa bersama atau sebutannya riungan kemudian di bagikan selepas shalat maghrib.

Mengutip dari situs resmi NU Online, tradisi kunutan tidak hanya terdapat di Banten namun juga di beberapa wilayah yang lain seperti Lampung, Jawa, dan Sulawesi Selatan. Dalam filsafat Jawa, rubah mempunyai arti khusus, yaitu ketupat atau kupat yang merupakan singkatan dari kata Ngaku Lepat dan Laku Papat.

Dalam bahasa jawa, ngaku lepat adalah tradisi Sungkeman yang merupakan salah satu bentuk ngaku lepat (pengakuan kesalahan). Karena sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang yang lebih tua, rendah hati, ikhlas, dan memaafkan orang lain.

Sementara laku papat terdiri dari Idul Fitri, luapan, lebur dan buruh. Idul Fitri merupakan berakhirnya bulan Ramadhan, yakni seruan untuk bersedekah kepada fakir miskin di akhir bulan Ramadhan melalui pembagian zakat fitrah.

Namun di wilayah Banten, khususnya bagi masyarakat Serang tradisi tersebut dilakukan pada hari ke 15 Ramadhan. Dilansir dari Tangsel.com, sejarah kunutuan di Kota Serang diawali dari masa Kesultanan Banten yang berdiri pada tahun 1651 M hingga 1681 M, dan telah didirikan oleh masyarakat Banten secara turun temurun.

Tradisi yang dilakukan masyarakat Serang tentunya mempunyai makna tersendiri, antara lain saling tolong menolong, kebersamaan, dan saling berbagi. Kemudian, tradisi yang dilakukan di tengah bulan suci Ramadhan ini dapat mempererat tali silaturahmi antar warga.

Sejarah Kunutan yang sudah ada sejak masa Kesultanan kini menjadi kearifan lokal di Banten, apalagi bagi masyarakat Serang yang tidak bisa dipisahkan saat bulan Ramadhan. Nilai terbesar dari kunutan ini adalah saling berbagi dan mempererat tali silaturahmi antar warga.

Semoga di zaman yang terus berkembang seperti hari ini, kita selalu Istiqomah dalam menunaikan ibadah puasa dan tetap melestarikan tradisi lokal.

Reporter: Enjat
Editor: Duyuf

- Advertisment -

BACA JUGA