Beranda blog Halaman 21

Mahasiswa Baru dan Angan-Angan Organisasi Kampus

0

Oleh: Komarudin, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Mayoritas mahasiswa saat ini termasuk dalam generasi Z (Gen Z). Generasi Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1997–2012. Mereka merupakan generasi yang lahir di era kemajuan teknologi. Generasi Z dikenal sebagai penduduk asli digital yang selalu terhubung dengan internet.

Mereka menghabiskan waktu di internet untuk berinteraksi di media sosial, menjelajah internet, bermain game hingga menjalankan bisnis. Keputusan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi merupakan langkah berani yang diambil oleh Generasi Z, yang dimana banyak dari mereka juga menganggap bahwa kuliah hanya buang-buang waktu dan materi.

Kampus yang dikenal sebagai laboratorium intelektual yang banyak melahirkan tokoh-tokoh bangsa hingga para aktivis penyeimbang sistem demokrasi yang siap mengkritik pemerintah ketika mengeluarkan kebijakan yang tidak adil atau tidak berpihak pada kepentingan rakyatnya.

Dinamika pembelajaran di perkuliahan sangat “asyik dan menarik“, selain dari dosen mengajar di dalam kelas yang saat ini cenderung monoton karena minimnya interaksi diskusi dua arah yang mengasah nilai-nilai berpikir kritis, mahasiswa saat ini cenderung sekedar berkomunikasi satu arah. Ketika dosen memberi perintah maka mahasiswa mengikuti.

Terkikisnya nilai-nilai berpikir kritis mahasiswa tersebut sebenarnya bisa diantisipasi dengan adanya Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) entah berbasis internal kampus atau eksternal. Kegiatan dalam sebuah organisasi inilah yang diharapkan menjadi tumpuan terakhir dalam merawat nilai luhur mahasiswa yang terpatri dalam Tri Darma Perguruan tinggi dan Sumpah Mahasiswa Indonesia. Forum diskusi hingga aksi demonstrasi dinilai mampu merawat kejernihan akal para punggawa penyeimbang demokrasi ini, dimana saat banyak pemuda yang antipati dengan keadaan bangsa sendiri.

Organisasi kampus yang belakangan ini sepi peminat hingga cenderung mati suri, entah secara pemikiran hingga aksi menandakan bahwa ada yang sangat harus diperbaiki secara serius dalam menjalankan roda organisasi.

Fakta di lapangan masih banyak ormawa yang belum mampu beradaptasi dengan perubahan jaman saat ini, terlebih lagi target mereka merupakan mahasiswa baru yang lahir pada era serba digital atau masa di mana orientasi pembelajaran bukan lagi kepada nilai-nilai luhur kemanusiaan, tapi berorientasi pada kepentingan materialistis individual. Era ini sudah dikatakan oleh Tan Malaka yaitu “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda“. Semua ini menjadi tantangan yang sangat berat bagi pengurus organisasi yang masih tenggelam dalam romantisme masa lalu.

Autokritik dalam sebuah organisasi sangat diperlukan untuk menghasilkan perubahan yang baik bagi individu di dalamnya, tapi hal ini terkadang masih menjadi hal yang tabu dilakukan. Dikarenakan, masih banyak oknum yang katanya aktivis terlena dengan kejayaan organisasinya di masa lampau yang cenderung tidak relevan dengan keadaan sekarang.

Ternyata masih banyak organisasi yang menggunakan cara-cara lama untuk merekrut anggota/kader (mahasiswa baru) supaya tertarik dengan organisasi kampus tersebut. Misalnya, menggunakan nama besar alumni organisasi, memberi angan-angan benefit yang kurang realistis dan bahkan menggunakan cara yang kurang etis, seperti menjelekkan organisasi satu dengan yang lain.

Banyaknya problematik ormawa yang ada, lalu timbul pertanyaan besar. Apakah masih relevan atau worth it organisasi kampus saat ini? Tentunya menurut hemat penulis, masih sangat Worth it. Apa alasannya?

1. Organisasi dapat menumbuhkan nalar berpikir kritis, dikala kelas hanya menjadi tempat CTRL + C + V.

2. Organisasi dapat menjadi tempat menambah relasi yang baik.

3. Organisasi dapat menambah ilmu pengetahuan tanpa harus berpindah fakultas.

3 alasan ini dirasa cukup untuk menjadi pertimbangan untuk bergabung menjadi mahasiswa organisatoris.

Kemudian timbul pertanyaan kembali, Organisasi seperti apa yang harusnya diikuti? Apakah yang mempunyai prestasi banyak? Apakah yang mempunyai basis anggota besar?

Pada dasarnya semua organisasi mahasiswa pasti memiliki visi misi dan tujuan yang baik untuk kemajuan kampus tercinta dan tentu anggota di dalamnya.

Jadi, sebelum memutuskan untuk bergabung alangkah eloknya sebagai seorang mahasiswa dapat menilai kapasitas dan kebutuhan pribadinya terlebih dahulu, agar dapat memilih organisasi mana yang cocok dengan hati nuraninya. Telaah dengan sesama semua organisasi yang ada, cari tahu sedetail mungkin aktivitas di dalamnya dan jangan pernah menggunakan kacamata kuda untuk mencari sebuah informasi.

“Tugas pokok intelektual adalah mempertahankan kebebasan berpikir, bukan membunuh kebebasan berpikir.” – Gus Dur

Generasi Stroberi: Dianggap Rapuh, Ternyata Paling Bisa Diandalkan

0

Generasi Z, atau yang kerap kali disebut sebagai generasi stroberi, telah lama menjadi sasaran kritik karena dianggap rapuh dan mudah menyerah ketika dihadapkan pada tekanan. Julukan ini berasal dari persepsi bahwa Gen Z terlihat menarik di luar, namun lemah di dalam. Namun, apakah stereotip ini benar-benar menggambarkan realitas generasi yang tumbuh di era digital ini?

Banyak orang menganggap Gen Z rentan terhadap kesehatan mental. Isu seperti stres, kecemasan, dan tekanan di tempat kerja sering dikaitkan dengan mereka. Pandangan ini semakin diperkuat dengan fenomena banyaknya Gen Z yang berbicara terbuka tentang kerasnya kehidupan dewasa, terutama di lingkungan kerja. Tak jarang, stigma muncul bahwa Gen Z lebih memilih menganggur daripada bekerja dan mengalami tekanan mental. Tetapi, apakah ini tanda kelemahan atau justru kesadaran yang lebih tinggi akan pentingnya kesehatan mental?

Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan mental adalah keadaan di mana seseorang mampu mengatasi stres, produktif dalam bekerja, dan berkontribusi positif terhadap lingkungannya. Definisi ini memperjelas bahwa kesehatan mental bukan hanya tentang ketiadaan gangguan psikologis, melainkan juga tentang kemampuan seseorang untuk beradaptasi dan tetap produktif. Berdasarkan hal ini, tidak adil rasanya untuk menyematkan label “lemah” pada generasi yang justru lebih sadar dan peduli terhadap kesejahteraan mental mereka.

Generasi sebelumnya sering mengkritik Gen Z sebagai generasi yang serba instan, malas, dan tidak mau berusaha keras. Namun, perlu dicatat bahwa Gen Z tumbuh bersama dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat. Mereka bukanlah generasi yang malas, tetapi mereka memahami bahwa teknologi bisa dimanfaatkan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih efisien. Bahkan, di dunia kerja saat ini, Gen Z telah mendominasi berbagai sektor dan justru menjadi pendorong utama perubahan.

Sebagai generasi yang disebut digital native, Gen Z tumbuh dengan teknologi di tangan mereka. Ini membuat mereka lebih cakap dalam memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas, berinovasi, dan mencari solusi kreatif dalam menyelesaikan masalah. Banyak dari mereka yang terlibat dalam startup teknologi, memimpin perubahan di perusahaan, serta memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk membangun bisnis baru. Stereotip sebagai generasi yang “lemah” seharusnya dipertimbangkan kembali, mengingat kontribusi nyata yang telah mereka berikan dalam berbagai industri.

Gen Z juga telah menunjukkan bahwa mereka tidak hanya sekadar “bisa diandalkan,” tetapi juga merupakan generasi yang tangguh. Di balik julukan stroberi, mereka menjadi pelopor modernisasi di tempat kerja, menciptakan tren baru yang lebih inklusif, efisien, dan berfokus pada keseimbangan kehidupan kerja. Keahlian mereka dalam memanfaatkan teknologi tidak hanya membantu perusahaan lebih produktif, tetapi juga membantu dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih adaptif dan responsif terhadap perubahan zaman.

Dalam berbagai perusahaan besar, peran Gen Z semakin terlihat dominan. Menurut data dari LinkedIn, mereka menjadi penggerak utama dalam bidang teknologi, pemasaran digital, dan bahkan kewirausahaan. Mereka membawa cara berpikir yang segar, lebih cepat beradaptasi dengan perubahan teknologi, dan menunjukkan performa kerja yang unggul. Gen Z tidak hanya mampu bekerja di bawah tekanan, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih seimbang secara emosional dan mental.

Label generasi stroberi yang sering diberikan kepada Gen Z justru berlawanan dengan fakta di lapangan. Generasi ini terus membuktikan bahwa mereka dapat diandalkan dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk di dunia kerja yang penuh tekanan. Mereka adalah generasi yang berani mengedepankan kesejahteraan mental tanpa mengorbankan produktivitas. Bahkan, kesadaran mereka akan pentingnya kesehatan mental telah menjadi inspirasi bagi banyak perusahaan untuk memperhatikan kesejahteraan karyawan.

Jadi, masihkah kita menyebut Gen Z sebagai generasi yang rapuh? Dengan kontribusi mereka dalam modernisasi dunia kerja, kemampuan mereka dalam memanfaatkan teknologi, dan kesadaran tinggi akan pentingnya kesejahteraan mental, Gen Z justru menjadi generasi yang paling bisa diandalkan dalam menghadapi tantangan masa depan. Stereotip generasi stroberi yang lemah sudah seharusnya kita tinggalkan, digantikan dengan pandangan yang lebih adil terhadap potensi besar yang dimiliki generasi ini.

Penulis : Mg_Paiz
Editor : Naila

Tradisi Ngeropok Masyarakat Kampung Ciwaktulor Dalam Memperingati Maulid Nabi

0

Serang, lpmsigma.com – Masyarakat Kampung Ciwaktulor, Desa Sumur Pecung, Kecamatan Serang, peringati kelahiran Nabi Muhammad Saw atau biasa dikenal dengan maulid Nabi melalui tradisi Ngeropok, kegiatan ini digelar di lapangan terbuka Kampung Ciwaktulor, Senin (16/09).

Persiapan yang dilakukan masyarakat Ciwaktulor yaitu dengan mengeluarkan panjang (dekorasi atau hiasan) dan riungan guna untuk mendoakan dan mempererat silaturahmi di Kampung Ciwaktulor.

Taufik hidayat, selaku ketua panitia acara, menjelaskan bahwa tujuan di adakan acara ini sebagai bentuk menjaga kekompakan dan juga silaturahmi warga kampung ciwaktulor.

“Adanya acara ini agar tradisi ngeropok ciwaktulor tidak hilang seiring berjalannya waktu. Adapun panitia mengadakan acara ini dengan mengumpulkan dana dan membentuk panitia acara agar acara ini berjalan lancar,” jelasnya.

Di tempat yang sama, Jojo, salah satu warga juga mengungkapkan bangga dalam memeriahkan maulid nabi dan terkhususnya bisa menjalin silaturahmi antara warga Kampung Ciwaktulor.

“Dengan perayaan ini saya ikut bangga karna masyarakat di sini sangat antusias dalam ikut berkontribusi untuk berjalannya acara maulid nabi,” ucapnya.

Ia juga mengharapkan, dari adanya kegiatan seperti ini meskipun kecil kecilan, adat istiadat yang sudah ada tetap terjaga.

“Harapannya walaupun diadakan dengan acara yang kecil, tetapi semoga tidak menghilangkan adat istiadat yang harus di jaga sampai saat ini, dan silaturahmi di kampung ciwaktulor bisa tetap terjaga,” ujarnya.

Reporter: Mg_Marifatus Sofiyah
Editor : Nazna

Tradisi Unik Peringatan Maulid Nabi di Indonesia

0

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu momen penting bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Maulid Nabi yang jatuh pada 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah, diperingati untuk menghormati kelahiran Nabi Muhammad yang membawa ajaran Islam ke seluruh dunia.

Dalam peringatan ini, umat Islam biasanya bershalawat, mengucap hamdalah, mengadakan pertemuan keluarga, menggelar jamuan makan bersama, serta menyelenggarakan acara-acara publik dan kegiatan bakti sosial.

Sejarah peringatan Maulid Nabi memiliki beberapa versi yang berkembang. Salah satunya bermula dari Dinasti Ubaid (Fatimi) di Mesir, yang mulai mengadakan perayaan pada abad ke-4 Hijriah. Dalam perjalanannya, Maulid Nabi kemudian dirayakan oleh berbagai kalangan umat Islam di seluruh dunia.

Perayaan ini juga diadopsi oleh Ahlussunnah, di mana gubernur wilayah Irbil di Irak, Sultan Abu Said Musyafar Kukabri, turut merayakannya dengan mengundang ulama, ahli tasawuf, serta memberikan hidangan dan sedekah kepada fakir miskin. Selain itu, Maulid Nabi juga dirayakan oleh Sultan Salahuddin al-Ayyubi yang bertujuan untuk membangkitkan semangat umat Islam dalam menghadapi Perang Salib.

Menurut Al-Hafid Ibnu Hajar Asqalani yaitu pengarang Syarah Shahih Bukhari yang bernama Fathul Bari’ yang dikutip oleh Sirajuddin Abbas, dalam jurnal berjudul “Akulturasi Budaya Dalam Tradisi Maulid Nabi Muhammad di Nusantara” ditulis oleh Ahmad Suriadi, mengatakan bahwa: Umat Islam dibolehkan bahkan dianjurkan agar memperingati hari-hari bersejarah, hari-hari yang dianggap besar seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj dan lain-lain.

Oleh karenanya, di Indonesia, peringatan Maulid Nabi dirayakan dengan berbagai tradisi khas di berbagai daerah. Seperti tradisi Grebeg Maulud yang digelar di Yogyakarta dan Solo. Prosesi ini melibatkan arak-arakan gunungan hasil bumi yang dibawa dari Keraton Yogyakarta menuju Masjid Agung Kauman. Gunungan tersebut kemudian diperebutkan oleh masyarakat sebagai simbol berkah. Tradisi ini sudah berlangsung sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I dan biasanya diramaikan dengan acara Sekaten atau pasar malam.

Di Gresik, Jawa Timur, untuk memperingati kelahiran Nabi terdapat tradisi Angkaan Berkat, di mana warga mengisi ember-ember dengan makanan, sembako, hingga buah-buahan yang dihias dengan bunga tiruan. Perayaan ini disertai dengan pengajian di masjid, dan setelahnya berkat dibagikan kepada masyarakat sebagai bentuk kebersamaan.

Sementara itu, di Gorontalo, Walima menjadi tradisi untuk memperingati Maulid Nabi sudah ada sejak abad ke-17. Perayaan dimulai dengan zikir bersama di masjid, diikuti oleh penyajian kue tradisional seperti kolombengi dan wapili yang disusun membentuk menara masjid. Makanan ini kemudian dibagikan kepada warga sekitar.

Di Aceh, peringatan Maulid Nabi dirayakan dengan memasak kuah beulangong, sebuah hidangan khas yang terdiri dari daging sapi atau kerbau yang dimasak dalam kuali besar bersama nangka muda dan bumbu tradisional. Hidangan ini disiapkan dalam jumlah besar dan dinikmati bersama-sama oleh masyarakat di masjid atau meunasah.

Di Kudus, Jawa Tengah, juga memiliki tradisi Maulid yang dikenal dengan Ampyang Maulid. Pada perayaan ini, warga menyiapkan gunungan makanan yang dihias dengan ampyang, makanan khas Kudus, yang kemudian dibagikan kepada warga setelah acara doa bersama. Tradisi ini sempat terhenti pada 1960-an namun kembali dihidupkan pada tahun 1995 dan terus dilestarikan hingga kini.

Setiap tradisi perayaan Maulid Nabi di Indonesia mencerminkan kekayaan budaya lokal dan akulturasi dengan ajaran Islam, menunjukkan betapa besarnya penghormatan umat Islam di Indonesia terhadap kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Penulis : Lydia
Editor : Nazna

Pendidikan Tinggi sebagai Upaya Meningkatkan Status Sosial atau Kesenjangan Sosial? 

0

Fenomena kesenjangan sosial yang selaras dengan pendidikan tinggi masih menjadi topik yang relevan dan penting. Berbagai ahli dalam bidang pendidikan dan sosiologi telah memberikan definisi mengenai pendidikan, yang dianggap sebagai alat untuk mobilitas sosial. Secara umum, pendidikan tinggi dilihat sebagai sarana yang dapat membuka akses menuju status ekonomi yang lebih tinggi melalui peningkatan keterampilan, pengetahuan dan jaringan sosial.

Meskipun demikian, di berbagai negara termasuk Indonesia kesenjangan sosial dalam akses pendidikan tinggi tampaknya tetap menjadi tantangan yang sulit diatasi. Peningkatan biaya pendidikan yang terus meningkat, bersama dengan distribusi sumber daya pendidikan yang tidak merata menjadi hambatan besar bagi banyak individu terutama dari kelas ekonomi bawah untuk mendapatkan pendidikan tinggi.

Namun, penting untuk dicatat bahwa pendidikan tinggi tidak selalu membawa peningkatan ekonomi yang signifikan bagi semua lulusan. Dalam beberapa kasus, pendidikan tinggi semakin membuat nyata kesenjangan sosial. Mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi yang kuat cenderung mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan akses ke jaringan sosial yang lebih luas, sehingga mereka tetap unggul dalam persaingan pekerjaan dan peluang karier. Sebaliknya, lulusan dari keluarga kurang mampu mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang berkualitas meskipun telah menyelesaikan pendidikan tinggi.

Di Indonesia, kesenjangan ini tampak nyata dalam data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan bahwa ada sekitar 871.860 lulusan S1 dan 173.846 dari diploma yang menganggur. Fenomena ini sudah ada sebelum era reformasi, di mana ketimpangan dalam akses pendidikan berkualitas terlihat antara kelas menengah atas dan kelas bawah.

Salah satu risiko yang sering dikaitkan dengan kesenjangan sosial dalam pendidikan tinggi adalah menurunnya kepercayaan terhadap institusi pendidikan itu sendiri. Jika perguruan tinggi hanya dapat diakses oleh mereka yang mampu secara finansial, maka pendidikan kehilangan fungsinya sebagai alat pemersatu dan penyetaraan.

Setelah banyak perubahan kebijakan pendidikan, beberapa program bantuan seperti beasiswa memang telah diluncurkan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Namun, masih banyak daerah yang kurang terjangkau oleh bantuan tersebut dan ketimpangan dalam kualitas pendidikan tetap menjadi masalah serius.

Pendidikan tinggi bisa merusak esensi mobilitas ekonomi jika tidak didukung oleh sistem yang adil. Pendidikan yang seharusnya menjadi jembatan bagi seluruh lapisan masyarakat menuju kesejahteraan, malah dapat menjadi sekat yang memperkuat kesenjangan. Dalam sistem yang tidak seimbang, anak-anak dari keluarga kurang mampu mungkin merasa bahwa kuliah hanya akan menambah beban hutang tanpa jaminan pekerjaan yang baik di masa depan.

Selain itu, kesenjangan sosial dalam pendidikan tinggi juga dapat merusak tatanan masyarakat yang pluralis. Ketika hanya segelintir golongan yang mampu mendapatkan akses pendidikan berkualitas, maka dominasi kelompok tersebut dalam ekonomi dan politik akan terus berlanjut, sementara yang lainnya semakin tertinggal.

Mengakhiri atau mengurangi kesenjangan sosial dalam pendidikan tinggi membutuhkan kebijakan yang lebih inklusif, peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan berkualitas untuk semua, serta komitmen untuk menyediakan sumber daya yang memadai bagi daerah-daerah yang tertinggal.

Masyarakat perlu tetap waspada bahwa kesenjangan dalam pendidikan dapat berdampak pada masa depan bangsa. Jika pendidikan tinggi hanya menjadi akses bagi mereka yang mampu secara ekonomi, maka harapan untuk mobilitas ekonomi melalui jalur pendidikan akan semakin pudar.

Penulis: Mg_Fadly
Editor: Rubbi

Bolehkan Sekali Saja Ku Menangis, Film yang diangkat dari Lagu ‘Runtuh’ Feby Putri

0

Bolehkah sekali Saja Ku Menangis merupakan film yang akan segera tayang dilayar kaca bioskop. Film yang disutradarai oleh Reka Wijaya Kusuma. Spesialnya, Prilly Latuconsina dan Umay Shahab menjadi producer dari film tersebut, dengan membawa para aktor dan aktris yang terkenal. Dalam film ini pemeran utamanya dibintangi oleh Prilly Latuconsina dan Pradikta Wicaksono. Film ini akan tayang pada 17 Oktober 2024 di XXI, Cinepolis, CGV, New Star Cineplex, dan platinum Cineplex.

Lagu dari Feby Putri yakni lagu ‘runtuh’ menjadi Original Soundtrack (OST) dari film tersebut. Film ini menceritakan kisah seorang wanita yang bernama Tari berjuang melindungi ibunya dari seorang ayah yang kasar setelah kakanya pergi dari rumah. Tari telah memendam trauma sedari ia kecil. Sehingga Tari hanya bisa menangis dan mencoba baik-baik saja.

Suatu hari Tari menemukan komunitas Support Group, yang menjadi sebuah tempat untuk melampiaskan semua yang dialami Tari. Ia tak bisa menahan lagi dan akhirnya Ia bercerita dan menjadikan komunitas tersebut rumahnya.

Dalam perjalanan Tari, Ia bertemu dengan sosok pria yang merupakan anggota Support Group. Bernama Baskara, pria yang mengalami temperamental. Lalu bagaimana kelanjutan kisah Tari? Bisakah Tari melanjutkan hidupnya yang penuh haru itu? Ayo saksikan film Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis.

Secara garis besar makna yang bisa diambil dari cerita film ini ialah rumah menjadi tempat yang paling nyaman buat kita pulang. Karena di sana kita bisa merasakan kasih sayang seorang ibu dan sayangnya seorang ayah

Dari film ini kita bisa belajar soal psikologis seseorang, mental seseorang tidak selalu baik, ada kalanya kita runtuh, dan ada kalanya kita tidak baik-baik saja. Ternyata bagi mereka yang butuhkan adalah rumah yang seperti penjara untuk mereka. Orang tua yang kita anggap orang yang paling penyayang ternyata bisa menghancurkan mental seorang anaknya.

Penulis: Mg_Mela
Editor: Salma

Pentingnya Public Speaking bagi Jenjang Karir Mahasiswa

0

Public speaking atau berbicara di depan umum adalah keterampilan yang penting dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu dalam dunia profesional, akademik, atau sosial. Pada dasarnya, public speaking adalah kemampuan untuk menyampaikan pesan secara efektif kepada audiens yang lebih luas dengan tujuan untuk menginformasikan, meyakinkan, atau menghibur.

Dalam konteks profesional, kemampuan public speaking sering kali menjadi penentu kesuksesan dalam presentasi bisnis, rapat, atau negosiasi Dalam konteks akademik, ini penting untuk presentasi penelitian atau pemaparan ide-ide di depan kelas. Dalam konteks sosial, public speaking dapat membantu seseorang mempengaruhi opini, memotivasi orang lain, atau menyampaikan pesan yang penting secara efektif.

Public speaking harus bisa di kuasai oleh para mahasiswa karna bisa mendukung jenjang karir yang meyakinkan, karena berbicara di depan banyak orang adalah sebuah seni yang harus ditanamkan dalam diri untuk menunjang segala profesi.

Dikutip dari jurnal “Public Speaking Dan Konstribusinya terhadap Kompetensi Dai” oleh Siti Asiyah, berikut adalah beberapa manfaat public speaking bagi mahasiswa yang perlu kalian ketahui:

1. Mempermudah untuk menjelaskan sesuatu ketika sedang presentasi.

2. Membantu untuk mempermudah komunikasi ketika sedang berbicara dengan teman, dosen dan lainnya.

3. Memperbaiki kemampuan seni berbicara.

4. Membantu memperbaiki kemampuan diri pribadi dalam bersosial.

5. Memahami permasalahan dan mampu menyelesaikan masalah.

Memahami dasar-dasar public speaking serta berlatih secara teratur dapat membantu seseorang merasa lebih nyaman dan percaya diri saat berbicara di depan umum.

Secara keseluruhan, public speaking adalah keterampilan yang dapat dipelajari dan ditingkatkan, dan kemampuannya untuk mempengaruhi dan menginspirasi orang lain menjadikannya salah satu keterampilan komunikasi yang paling berharga.

Penulis: Mg_Nabel
Editor: Lydia

Peringati Hari Kunjung Perpustakaan, Dinas Perpustakaan Serang Gelar Festival Literasik

0

Serang, lpmsigma.com – Dinas Perpusatkaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Serang menggelar Festival Literasik mulai tanggal 11 sampai 15 September 2024, bertempat di Pendopo Kabupaten Serang. Festival Literasi ini bertujuan untuk meningkatkan minat literasi pada Masyarakat Serang, pada Rabu (11/09).

Selain itu, festival literasi ini tak hanya untuk memperingati Hari Kunjung Perpustakaan. Di dalamnya terdapat berbagai kegiatan seperti “Peluncuran 100+ Perpustakaan Desa Digital, Tebar Buku, Bazar Buku Murah Berkualitas, Bincang Literasi, dan Aneka Lomba”.

Ratu Tatu Chasanah, selaku, Bupati Kabupaten Serang, mengungkapkan bahwa digitalisasi ini bertujuan untuk semakin mempermudah para masyarakat dalam membaca karena sudah di sediakan Perpustakan Digital yang berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah Serang.

“Literasi ini masih menjadi permasalahan yang besar bagi kita semua, karena bagi beberapa orang, literasi bukanlah budaya. Permasalahan ini menjadi tugas kita semua, bukan hanya menjadi tugas Dinas Perpustakaan saja. Oleh karena itu, saat ini kita mulai menempatkan perpustkaan di desa-desa agar lebih mudah di jangkau oleh masyarakat,” ungkapnya.

Dinas Perpustakan dan Kearsipan Kabupaten Serang juga sudah melaksanakan uji coba perpustakaan digital yang mulai diterapkan pada 100 Desa. Buku-buku tersebut di harapkan mampu menunjang para masyarakat nantinya.

Selain itu, Aber Nurhadi, selaku, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Serang mengungkapkan bahwa tujuan diadakannya peluncuran Perpustakaan Digital ini adalah agar masyarakat serang mampu menyeimbangi teknologi digital yang kini sudah mulai berkembang.

“Tujuan lain dengan diadakannya peluncuran Perpustakaan Digital ini adalah agar untuk meningkatkan kegemaran membaca pada masyarakat karena saat ini perpustakaaan sudah memiliki versi digital yang bisa di kunjungi kapan saja dan di mana saja” ujarnya.

Adapun di akhir acara ia juga mengungkapkan harapan dari peluncuran Perpustakan Digital ini agar dengan diberikannya Perpustakaan Digital yang sudah disertai dengan E-Book ini mampu menambah Tingkat minat baca pada Masyarakat serang.

“Harapannya semoga dengan adanya Perpustakaan Digital yang sudah di sertai E-Book ini dapat meningkatkan minat baca masyarakat di desa-desa karena kita sudah mengupayakan peluncuran Perpustakaan Digital,” ujarnya.

Reporter: Mg_Nabel
Editor: Rubbi

Memaknai Arti Perpisahan Lewat Lagu Die With a Smile

0

“Die With a Smile” sebuah lagu yang ditulis serta dinyanyikan langsung oleh Bruno Mars dan Lady Gaga, vidio klip single kolaborasi ini di sutradarai oleh Bruno Mars bersama dengan Daniel Ramoes. Sejak 16 Agustus perilisan lagu ini berhasil memuncak dengan mencapai lebih dari 59 juta viewers di YouTube serta masuk dalam top 50 Spotify.

Uniknya, aransemen lagu ini dibuat dengan genre balada pop yang mampu memanjakan telinga pendengar serta dapat mengajak pendengar bernostalgia pada tahun 60-an hingga 70-an. Terlebih lagi dengan gaya fashion retro yang di gunakan dalam vidio klipnya menambahkan kesan klise pada era ini.

Lagu tersebut mengisahkan tentang ketulusan cinta seseorang pada kekasihnya, makna dibalik lagunya pun sangat dalam dan romantis. Di lirik penggalan lagu “where you and I had to say goodbye” mengartikan walaupun harus berpisah tetapi cinta abadi mereka selalu dapat diabadikan.

Judul lagu “Die with a Smile” jika di terjemahkan yaitu “Mati dengan senyuman” makna dari judul tersebut menggambarkan keseluruhan liriknya yang menyiratkan rasa cinta terhadap kekasih nya yang sangat mendalam. Metafora tersebut digunakan seakan-akan dengan kekuatan cinta dapat memberikan senyuman walaupun di keadaan yang sulit.

Makna di dalam lagu “Die With a Smile” sendiri selain mengungkapkan perasaan cinta terhadap kekasihnya, tetapi lewat lagu ini juga meyakini kita tentang adanya perpisahan. Ketika kita sedang mencintai seseorang tetapi perpisahan menyertai, cinta tetap kuat mencintai bahkan keinginan untuk selalu bersama dengan orang yang dicintai hingga akhir ajal menjemput. Dan lagu ini mengajak kita semua untuk menghargai waktu disaat bersama pasangan kita.

Penulis: Mg_Aida
Editor: Tiara

Solidaritas DEMA-U Dipertanyakan, Buka Rekrutmen Berulang Kali

0

Serang, lpmsigma.com – Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanudin Banten (DEMA-U), dituding tidak solidaritas dikarenakan melakukan rekrutmen anggota baru sebanyak tiga kali dalam satu periode, Selasa (10/09).

Bonsu, selaku Koordinator Umum Forum Silaturahmi Organisasi Eksternal (FSOE), menilai langkah DEMA-U membuka rekrutmen berulang kali justru memberikan kesan negatif terhadap solidaritas organisasi.

“Seharusnya DEMA-U lebih fokus pada kekompakan internal, bukan menambah anggota baru. Hal ini membuat mahasiswa berpandangan negatif terhadap DEMA-U,” ujarnya.

Selain itu, Ia juga mempertanyakan tupoksi dari jajaran Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS), Dewan Eksekutif Fakultas (DEMA- F), Senat Mahasiswa Fakultas (SEMA-F), DEMA-U dan SEMA-U yang tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap permasalahan mahasiswa di kampus.

“Tupoksi dari jajaran DEMA-U, SEMA-U, baik dari fakultas dan Jajaran HMPS tidak terasakan oleh banyak mahasiswa, seperti masih banyaknya keluhan perihal UKT, akademik dan permasalahan lain yang dirasa penting untuk diperhatikan oleh jajaran internal kampus,” ucapnya.

Disamping itu, Bagas, selaku Ketua DEMA-U menanggapi, bahwasannya rekrutmen berulang kali dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa dalam berproses tanpa ada perbedaan latar belakang.

“Alasannya, karena kami ingin membuat sebuah wadah untuk berproses kawan-kawan mahasiswa tanpa ada sekatan background organisasinya,” ujar Bagas.

Lalu Ia juga menambahkan, terkait sebagian anggota kepengurusan yang di reshuffle karena kinerja anggota yang kurang maksimal sehingga perlu dilakukan reshuffle.

“Terkait reshuffle, hal ini memang perlu dilakukan, karena jika ada anggota yang tidak aktif, harus disikapi secara bijak. Ketidakaktifan seseorang setelah diberikan amanah harus ditangani dengan tepat,” tutupnya.

Reporter: Alif
Editor: Nazna