BerandaSuara MahasiswaopiniSisi Positif Dibalik Kata "Broken Home"

Sisi Positif Dibalik Kata “Broken Home”

Berbicara tentang anak, pastinya setiap anak memiliki perkembangan dan lingkungan keluarga yang berbeda-beda, tak semua anak beruntung dalam kehidupannya. Seiring berjalannya waktu setiap anak pasti memiliki kisah hidupnya sendiri, tidak semua anak berada di posisi yang tepat, baik itu tepat dalam kasih sayang orang tua maupun tepat dalam segala hal materi. Anak yang mengalami kejadian yang tidak mengenakkan di rumah biasa disebut dengan broken home, dimana kondisi keluarga yang tidak utuh, keluarga yang berantakan atau sudah tidak harmonis lagi.

Bahkan setiap anak yang terlihat ceria belum tentu di dalam dirinya baik-baik saja, pasti selalu ada pilu yang dirasakan dan dipendam yang tidak bisa ia utarakan. Anak broken home itu cenderung lebih memilih untuk memendam keluh kesahnya sendiri karena ia menganggap orang lain tidak perlu tahu tentang apa yang sedang ia rasakan dan tidak semua orang dapat merasakan apa yang ia rasakan.

Namun apakah kalian tahu apa itu broken home?. Broken Home adalah kondisi keluarga yang tidak lagi utuh ataupun kurang harmonis, menurut Chaplin broken home adalah “keluarga atau rumah tangga tanpa hadirnya salah seorang dari kedua orang tua (ayah dan ibu) disebabkan oleh meninggal, perceraian, meninggalkan keluarga dan lain-lain.”

Penyebab broken home tidak hanya itu, bisa saja dari lingkungan keluarganya yang toxic ataupun kedua orangtuanya yang selalu sibuk dengan kariernya sehingga tidak memiliki meet time untuk anaknya sendiri. Seharusnya sesibuk apapun orang tua di kehidupan kariernya luangkanlah sedikit waktu untuk anaknya agar lebih saling terbuka satu sama lain. Jika orang tua jujur kepada anak apa yang sebenarnya terjadi, anak pun akan menuangkan semua isi hati dan pikirannya selama ini.

Jika bisa memilih, mungkin anak-anak broken home akan memilih keluarga yang utuh dan harmonis dengan penuh kasih sayang dan perhatian kepada anak-anaknya. Namun, sayangnya semua insan di dunia ini tidak dapat memilih di janin mana dan ingin dilahirkan oleh orang tua yang seperti apa agar ia bisa mendapatkan keberuntungan dalam hidupnya dan tidak menjadi seorang anak yang broken home.

Dampak dari broken home ini sangatlah mempengaruhi mental health si anak tersebut, dan bisa mengganggu psikis yang memicu terjadinya perubahan sikap dari sebelumnya. Misal, anak yang sebelumnya adalah anak yang hiperaktif maupun ekstrovert menjadi introvert.

Sikap anak dipengaruhi dari dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Di mana faktor internal itu merupakan lingkungan keluarga sedangkan faktor eksternal merupakan dari lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Namun tak semua anak broken home menjadi seseorang yang introvert, adapun beberapa anak broken home menganggap bahwa broken home itu bukanlah sesuatu yang bisa menjadi kekuatan dirinya sendiri untuk menjadi lebih kuat dan berani melangkah dan mencoba akan hal baru. Karena apa? Karena ia ingin membuktikan kepada seisi bumi termasuk kedua orang tuanya bahwa ia bisa berdiri di kaki sendiri walaupun tanpa dorongan maupun dukungan khusus dari kedua orangtuanya.

Hal tersebut tidak menjadi hambatan untuk terus berprestasi di dunia pendidikan, dukungan para tenaga kerja pendidikan pun berpengaruh dalam perkembangan seorang anak. Karena, guru lebih dekat dan tau sifat maupun karakter anak itu sendiri.

Penulis: Mg_Putri Suci
Editor: Een

 

- Advertisment -

BACA JUGA