BerandaSuara MahasiswaopiniUntukmu Agamamu, Takjilmu juga Takjilku

Untukmu Agamamu, Takjilmu juga Takjilku

Ungkapan tersebut sangat menggambarkan tren di bulan Ramadhan kali ini. Sejak memasuki awal puasa, mulai bermunculan konten tiktok mengenai umat non muslim yang menunjukkan antusiasnya dalam memburu takjil meski tidak berpuasa.

Sontak hal itu menimbulkan banyak respon umat muslim yang merasa tersaingi dalam mendapatkan takjil hingga muncullah istilah “War Takjil”. Namun, bukan seperti namanya yang terkesan menimbulkan perpecahan, melainkan adanya tren ini justru makin memperkuat toleransi antar umat beragama di Indonesia.

War Takjil menjadi topik yang mempersatukan karena antar umat dapat saling melontarkan candaan tanpa ada rasa sakit hati.

Hal itu terjadi ketika umat non muslim yang akan membuat konten berburu takjil pada pukul dua siang di saat matahari tengah teriknya, sebab di waktu tersebut umat muslim yang tengah berpuasa sedang di fase puncak dahaga.

Sedangkan umat muslim membalas lelucon itu dengan ledekan, agar beberapa bahan yang diperlukan umat non muslim dalam tradisi agama nya juga ikut diburu. Seperti cadaan menghabiskan stok telur yang biasa digunakan untuk paskah, juga pohon palma yang sontak jadi pembahasan.

War Takjil di bulan ramadhan yang sebenarnya sudah ada karena telah menjadi budaya di Indonesia, tapi kini makin menyeruak berkat adanya tren tersebut. Makna yang lebih dari sekedar berebut dalam membeli makanan, menjadi momentum kedamaian dalam kehidupan antar umat beragama di Indonesia yang masih sering terpecah belah karena hal lain.

Selain itu, tentu ada keberkahan yang makin berlimpah bagi umat muslim terutama sebagai pedagang takjil. Adanya tren War Takjil ini semakin menambah peluang rezeki yang semakin luas.

Ungkapan “Untukmu Agamamu, Takjilmu juga Takjilku” ini sejalan dengan apa yang diajarkan dalam agama islam, bahwa sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada di perdagangan dan diperbolehkannya berniaga dengan umat non muslim, tentu tetap sesuai dengan aturan yang benar.

Maka, jadikanlah momen kedamaian umat beragama di bulan Ramadhan ini, untuk keberlanjutan di kehidupan sosial seluruh umat di Indonesia dan berhenti memecah belah perdamaian dengan tameng agama.

Penulis: Naila
Editor: Nazna

- Advertisment -

BACA JUGA