BerandaSuara MahasiswaWanita Kuat dan Hebat

Wanita Kuat dan Hebat

Keterbatasan fisik akibat penyakit yang mengganggu kesehatannya tak membuat semangat Dr. Hj. Ilah Holilah, S.Ag., M.Si. seorang dosen di Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten surut untuk meraih cita-cita dam mimpinya. Lahir di Cilegon pada tanggal 6 Januari 1971 dari seorang pasangan yang Ayahnya bernama H. Masran Ardjawinata dan ibu bernama Hj. Hadriyah. Ia adalah anak ke-delapan dari Sembilan bersaudara. Divonis menderita penyakit lupus semenjak duduk dibangku kuliah yang membuat ia cepat lelah dan jatuh sakit.Akan tetapi hal tersebut tak menghalangi semangatnya untuk mengejar pendidikan dan meraih cita-citanya.


Saat ini ia tinggal di RJA DPR RI Kalibata, Jakarta Selatan. Ilah memulai pendidikannya di SDN IV Cilegon tahun 1983, kemudian Madradah Tsanawiyah (MTs) Negeri Anyer tahun 1996 dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Serang pada tahun 1989.
Beliau lahir dari keluarga taat beragama yang dididik dan dikekang untuk lebih mengedepankan agama. Ia sempat berpikir bahwa dirinya terlalu dikekang namun ia tersadar bahwa itu semua baik untuk masa depannya. Dengan latar belakang sebagai aktivis organisasi dan dukungan orang tua membuat ia pada akhirnya tertarik dengan dunia pendidikan. Sebagai seorang wanita, Ilah juga ingin membuktikan bahwa wanita juga memiliki kekuatan dan semangat yang tinggi.
Setelah lulus dari MAN Serang pada tahun 1989, beliau melanjutkan Pendidikannya di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengambil jurusan Bahasa Indonesia dan berhasil mendapatkan gelar S1 nya pada tahun 1995.
Walaupun dengan kondisi fisik dan kesehatan yang tidak memadai, akan tetapi semangatnya tidak pernah padam dalam mengejar pendidikan karena baginya itu bukan penghalang untuk tetap menggapai mimpi.


”Seorang aktivis digembleng untuk bisa berfikir banyak hal dan menyelesaikan masalah dalam satu waktu. Meskipun dalam kondisi fisik dan kesehatan saya sangat tidak memadai,” ujarnya.
Kemudian ia melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Universitas Indonesia mengambil jurusan Manajemen Komunikasi. Akan tetapi, setelah sampai pada penyusunan proposal tesis, ia kembali sakit dan terpaksa harus berhenti kuliah.
Tak ingin penyakit yang diderita menghalangi semangatnya mengejar pendidikan, beliau kembali mendaftarkan pendidikan Pascasarjana di Universitas Sahid, memasuki kelas jauh yang berlokasi di Cilegon. Dengan usaha dan semangatnya ia berhasil menyelesaikan pendidikan S2 di tahun 2007.
Sebelum ia menjadi dosen, ia sempat bekerja sebagai sekretaris di Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Akan tetapi ia merasakan ada ketidakcocokan. Kemudian, ia keluar dan mulai mengabdi sebagai dosen di Institut Agama Isam Negeri (IAIN) Sultan Maulana Hadanuddin (SMH) Banten. Dari situ ia mulai merasa bahwa hidupnya lebih bersemangat dan berwarna. Dapat bertemu dengan mahasiswa yang berbeda-berbeda pola fikir dan pemahaman, hal tersebut merupakan sebuah tantangan baginya.


Setelah berpindah profesi menjadi seorang dosen, kemudian ia diangkat menjadi Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN SMH Banten pada tahun 2004-2009. Setelah itu, ia juga menjadi Ketua Pusat Studi Wanita (PSW) IAIN SMH Banten tahun 2009-2014. Pada tahun 2017 ia diangkat menjadi Kepala Pusat Studi Gender dan Islam di PPPM UIN SMH Banten tahun 2017-2018. Ia menjadi dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia di Fakultas Tarbiyah IAIN SMH Banten (1998), dosen Mata Kuliah Ilmu Komunikasi di Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN SMH Banten (2007) dan menjadi dosen tetap Mata Kuliah Ilmu Komunikasi di Fakultas Dakwah UIN SMH Banten dengan jabatan fungsional Lektor Kepala (IV/a).


Disamping menjalani profesi sebagai dosen, ia melanjutkan Program S3 Kajian Dakwah dan Komunikasi di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan perjalanan yang cukup berat dikarenakan kondisi fisik yang tidak sehat kembali diakhir penyusunan disertasi. meskipun begitu tetap ia kerjakan hingga akhirnya bisa terselesaikan pada tahun 2020 dan mendapat gelar Doktor.
Dalam pandangan orang lain, mungkin terhadap dirinya yang dianggap sudah sukses karena sudah sampai pada tahap sekarang ini, tapi menurutnya sukses itu adalah ketika kita bisa membahagiakan orang lain dan bermanfaat bagi orang lain. “Semakin banyak membuat orang lain bahagia dan membuka peluang untuk orang lain sukses maka semakin sukses diri kita,” ucapnya.


Tak sampai di situ, ia masih mempunyai banyak Impian yang masih belum tercapai dalam hidupnya dan keluarganya yaitu menginginkan sebuah pondok pesantren dan pesantren khusus untuk lansia yang berkualitas tetapi gratis yang sudah di rencanakan dengan keluarga. [Mg. Olis/Esti/SiGMA]

- Advertisment -

BACA JUGA