Beranda blog Halaman 18

Klinik UIN Banten, Siapkan Layanan Kesehatan untuk Masyarakat dan Civitas Academica Kampus

0

Serang, lpmsigma.com – Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, mendirikan klinik Pratama di lingkungan kampus untuk memberikan akses layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat dan civitas academica kampus, Kamis (24/10).

Muhammad Rafly, selaku kepala Klinik, menjelaskan Klinik yang berada di Gedung Pusgiwa dibuat dengan bertujuan untuk melengkapi fasilitas UIN, terutama kesehatan yang berada di lingkungan kampus dan terbuka untuk umum.

“Klinik didirikan untuk melengkapi UIN dalam perihal fasilitas kesehatan karena di UIN sendiri belum ada. Klinik ini juga terbuka untuk masyarakat sekitar dan civitas kampus,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan, fasilitas klinik ini menyediakan layanan pemeriksaan kesehatan umum, KB, Bedah minor, Nebulizer dan lainnya.

“Klinik Pratama UIN SMH Banten buka setiap senin-jumat. Klinik ini menyediakan layanan pemeriksaan kesehatan umum, KB, Bedah minor, Nebulizer dan lainnya,” jelasnya.

Senada dengan penuturan kepala klinik, Azizah, selaku mahasiswi UIN SMH Banten, memberikan tanggapan terkait adanya Klinik di lingkungan kampus, memudahkan mahasiswa memperoleh akses layanan kesehatan secara mudah.

“Pendirian klinik sebagai fasilitas di UIN itu bagus sebetulnya, memudahkan mahasiswa untuk memperoleh akses layanan kesehatan lebih mudah,” ucapnya.

Ia juga mengharapkan, akses administrasi klinik di UIN agar dibuat lebih terjangkau untuk mahasiswa.

“Sudah bagus, cuman untuk administrasi dibuat agar lebih ramah di kantong untuk sekelas mahasiswa,” tutupnya.

Reporter: Ayunda
Editor: Nazna

Bazar SEF Sukses Dongkrak Pemasaran Produk UMKM

0

Serang, lpmsigma.com – Himpunan Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah (HMPS ES), sukses menggelar bazar Sharia Economic Festival (SEF) yang berlangsung dari tanggal 21 hingga 24 Oktober di lapangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten.

Riri, selaku Ketua Departemen Ekonomi Kreatif di HMPS ES menyampaikan tujuan diadakan bazar untuk membantu para mahasiswa dan para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang ingin memasarkan dan memperkenalkan produk yang ditawarkan agar lebih dikenal oleh masyarakat luas.

“Alhamdulillah adanya SEF ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dan UMKM supaya mereka bisa memperkenalkan produknya sehingga lebih dikenal oleh massa,” ucapnya, (23/10).

Ia juga mengatakan bazar yang ditawarkan pada acara SEF kali ini merupakan terobosan baru dari HMPS ES, adapun total para pelaku usaha yang berhasil memperkenalkan produknya sejumlah 16 tenda yang terdiri dari 8 mahasiswa dan 8 pelaku UMKM di Kota Serang.

“Bazar ini terobosan baru dari HMPS ES, dan kita juga menyediakan 16 tenda yang dimana 8 tenda untuk para mahasiswa sedangkan 8 tenda lainnya untuk pelaku UMKM di daerah Serang,” lanjutnya.

Zahra, salah seorang konsumen di bazar SEF, berharap agar para pelaku usaha terus berinovasi dan mengembangkan produk yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan agar para pelaku usaha semakin cerdas untuk memanfaatkan teknologi dan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.

“Harapan aku semoga mereka terus berinovasi dan mengembangkan produk yang sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi syariah yaitu halal dan thayyib. Aku juga berharap para pelaku usaha semakin cerdas memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas jangkauan pasar dan semoga para pelaku usaha dapat memberikan dampak positif yang lebih luas lagi di masyarakat,” tutupnya.

Reporter: Essa
Editor: Nazna

Terbelenggu Kekerasan, Hewan Tidak Seharusnya Dieksploitasi

0

Hewan atau yang biasa disebut juga sebagai binatang, merupakan kelompok organisme yang diklasifikasikan dalam kerajaan animalia. Adapun sebutan lainnya yaitu sebagai fauna atau margasatwa. Saat ini, tidak jarang kita melihat berbagai jenis hewan yang dipekerjakan oleh manusia demi memenuhi kepentingan egonya.

Kemudian, karena pekerjaan berat yang biasa dilakukan oleh hewan-hewan itulah dapat mengancam kesehatan pada diri mereka. Contohnya adalah kerbau, monyet, kuda dan lainnya yang seringkali melakukan pekerjaan berat yang tidak semestinya karena hewan tersebut seharusnya dapat kita lindungi dan sayangi.

Louise Shania Sabela dalam jurnalnya yang berjudul Hak Asasi Hewan dalam Hukum Indonesia: Dari Antroposentrisme ke One Rights, menyatakan bahwa menurut data laporan penelitian Koalisi Asia for Animals (AfA Coalition) pada tahun 2021 menjelaskan bahwa sepanjang Juli 2020-Agustus 2021, ditemukan sekitar 5480 video kekerasan terhadap hewan yang diunggah pada tiga platform utama, yakni YouTube, Facebook dan TikTok. Dengan 1.626 video diantaranya berasal dari Indonesia.

Berdasarkan data yang disebutkan di atas, terdapat beberapa kasus kekerasan pada hewan yang biasanya terjadi, seperti: konten penenggelaman hewan, pembunuhan induk hewan, pemberian minuman keras pada hewan dan pertarungan yang sengaja dipertontonkan.

Dari permasalahan-permasalahan di atas merupakan tindak kekerasan yang sudah sepatutnya kita berantas, karena kesejahteraan hewan termasuk ke dalam tanggung jawab setiap individu manusia, bukan hanya pemerintah saja.

Di Indonesia sendiri, kasus kekerasan hewan ini belum mendapatkan perhatian yang khusus karena masih terdapat permasalahan dalam hukum di Indonesia terkait Hak Asasi Hewan. Sudah sepatutnya kita mengkritisi tentang perlindungan hewan bukan sebatas alat eksploitasi, tetapi posisinya sebagai subjek hukum yang harus mendapatkan haknya.

Hewan bukan hanya sebagai alat hiburan saja, tetapi bisa menjadi teman di kala kita tengah merasakan kesepian dalam hidup. Eksploitasi yang dilakukan terhadap hewan seharusnya tidak dilakukan karena mereka pantas mendapatkan kasih sayang yang tulus.

Hal yang sudah sepatutnya kita lakukan untuk melindungi hewan-hewan tersebut bisa saja dengan melakukan berbagai cara seperti: melakukan pelestarian pada hewan, memberikan makan dan minum yang layak, menyediakan tempat tinggal yang semestinya dan memperlakukan mereka dengan baik.

Jangan sampai kita sering kali menyepelakan hal-hal yang mungkin bagi kita mengganggu, padahal setiap ciptaan-nya adalah sebuah anugrah yang sudah seharusnya kita lindungi keberadaanya.

Penulis: Nabel
Editor: Dhuyuf

Menuju FTK yang Bermutu Hanya Ilusi, Lima Bulan Dema FTK Mangkrak Program Kerja

0

Oleh: M. Farhan, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan 

Dalam proses Pemilihan Umum Mahasiswa (PUM) yang diselenggarakan serentak pada bulan Januari, pasangan Muhammad Marzuki dan Muhammad Ilham terpilih sebagai pimpinan Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) dengan membawa tagline “Menuju FTK yang Bermutu.”

Namun, seiring berjalannya waktu, ketika agenda pleno tengah dilaksanakan, harapan agar DEMA FTK dapat lebih aktif dan progresif dalam menjalankan program kerja yang telah disahkan tidak tercapai. Rapat pleno yang bertema “Optimalisasi Kinerja DEMA FTK Demi Tercapainya Tujuan Organisasi” ternyata tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Realitanya, pasca pleno tengah, DEMA FTK justru dianggap mengalami kemunduran oleh mahasiswa FTK, karena program kerja yang dijanjikan mangkrak selama empat bulan terakhir.

Akibatnya, tagline “Menuju FTK yang Bermutu” dianggap hanya sebatas angan-angan (halusinasi). Selain itu, kita semua memahami bahwa tugas dan peran SEMA FTK adalah mengawasi kinerja eksekutif, baik di DEMA FTK maupun HMPS Jurusan. Namun, SEMA FTK tampak menutup mata terhadap kondisi mangkraknya program kerja di badan eksekutif DEMA FTK, sehingga peran pengawasan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Dari situasi ini, kita bisa melihat bahwa meskipun pasangan Marzuki dan Ilham yang terpilih sebagai pimpinan Dewan Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (DEMA FTK), dengan tagline “Menuju FTK yang Bermutu” realita menunjukkan bahwa setelah lima bulan kepemimpinan mereka, program kerja yang diharapkan tidak berjalan efektif. Bahkan, menurut pandangan mahasiswa, program kerja mangkrak dan tidak ada perkembangan signifikan dalam empat bulan terakhir. Rapat pleno yang bertujuan mengoptimalkan kinerja DEMA FTK juga tidak membuahkan hasil yang diharapkan.

Selain itu, peran Senat Mahasiswa (SEMA) FTK yang seharusnya mengawasi kinerja eksekutif juga tidak berjalan sesuai harapan, karena mereka tampak tidak mengambil sikap dan tindakan yang tegas atas kondisi mangkraknya program kerja DEMA FTK.

Dengan demikian, tagline “Menuju FTK yang Bermutu” dianggap hanya menjadi ilusi (halu) karena tidak terealisasi dengan baik di lapangan.

‘APT’ Single Terbaru Rose dan Bruno mars dengan Nuansa Penuh Warna

0

Rose BLACKPINK dan Bruno Mars berkolaborasi lewat lagu berjudul APT.  Lagu APT menjadi single pertama Rose setelah bergabung dengan agensi The Black Label dan Label Global Atlantic Records, lagu ini dirilis pada Jumat 18 Oktober lalu.

Uniknya dari lagu APT ini adalah nada yang ceria. Lagu ini bergenre pop, dengan lirik berbahasa Inggris-Korea. APT menyampaikan makna bagaimana sepasang kekasih mengekspresikan cinta masing-masing.

APT diproduseri oleh Bruno Mars, Cirkut, Omer Fedi, dan Rogét Chahayed. Ada cerita di balik penciptaan lagu ini yang dibeberkan oleh Rosé dikutip dari Warner Music Indonesia.

“APT itu permainan saat minum-minum (biasanya alkohol) di Korea favoritku, aku main ini di rumah sama temen-temen. Cara mainnya sederhana, bisa banget bikin senyum dan mencairkan suasana,” kata Rosé

“Suatu malam di studio aku mengajari kru cara main game ini. Semua orang terpesona apalagi ketika aku mulai dengan nyanyiannya. Jadi kami main terus bilang kalau nanti suatu hari aku mau bikin lagu terinspirasi dari sini. Setelah Bruno gabung di lagu itu, sisanya mengalir begitu saja,” lanjut Rosé.

Video musik “APT” menampilkan visual serba pink yang menawan. Setiap adegan diwarnai nuansa ceria dan kreatif, memperkuat tema kolaborasi yang penuh warna. Bruno dan Rosé juga tampak memainkan game APT seperti yang dijelaskan oleh salah satu member BLACKPINK tersebut.

Lagu ini dengan cepat menduduki peringkat teratas di berbagai platform musik, menunjukkan antusiasme besar dari penggemar kedua artis tersebut.

Penulis: Davina
Editor: Nazna

Santri Provinsi Banten, Unjuk Kreativitas dalam Expo Kemandirian Pesantren

0

Serang, lpmsigma.com – Dalam memperingati Hari Santri Nasional, para santri Ma’had Al-Jami’ah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten mengadakan kegiatan Expo Kemandirian Pesantren dengan mengusung tema “Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan”. Acara yang dilaksanakan di Gedung Pusgiwa lantai satu ini, menjadi ajang unjuk kreativitas bagi para santri dari berbagai pondok pesantren di Banten, Selasa (22/10).

Acara tersebut dilaksanakan selama tiga hari pada tanggal 22-24 Oktober 2024, dengan berbagai rangkaian acara seperti khatmil Qur’an dan tabligh akbar, perlombaan, pentas seni dan fashion show.

Dalam sambutannya, Wawan Wahyudin, selaku Rektor UIN Banten, menyampaikan bahwa posisi santri sekarang ini berada diakhir zaman, dan berpesan kepada santri untuk selalu berbuat kebaikan.

“Ada tiga pesan yang ingin saya sampaikan, pertama di akhir sujud dalam sholat harus khusnul khatimah siapapun orangnya, kedua berbaktilah kepada Ibu dan Bapakmu, dan ketiga bersedekahlah karena bisa menolongmu diakhirat nanti,” ujar Wawan.

Hal menariknya, para mahasantri Ma’had UIN SMH Banten diminta untuk membuat mushaf Al-quran yang ditulis tangan oleh mahasantri laki-laki dan perempuan. Mushaf ini diawali oleh Rektor, dengan menulis lafadz Al-Fatihah dan dilanjutkan hingga selesai oleh mahasantri.

Ditempat yang sama, Faris, selaku Ketua Pelaksana, menuturkan bahwasannya kegiatan ini bertujuan memperkenalkan hasil karya dan kreativitas para santri pondok pesantren Provinsi Banten.

“Tujuannya, kegiatan expo ini menampilkan inovatif, kreativitas dan hasil karya dari para santri setiap pondok pesantren di Banten,”

Selain itu, Ia juga mengharapkan kepada para santri agar tidak melupakan para santri terdahulu dalam memperjuangkan agama dan negara.

“Menyambung juang masa depan, saya mengharapkan penerus bangsa ini khususnya para santri jangan melupakan peran santri yang memperjuangkan agama dan negaranya,” pungkasnya.

Reporter: Salma

Pernikahan atau Pendidikan? Tantangan yang Dihadapi Anak Muda

0

Nikah muda kini menjadi fenomena yang semakin diterima oleh masyarakat modern. Dalam beberapa kasus, keputusan untuk menikah di usia muda seringkali dilihat sebagai langkah yang membawa kesempatan untuk tumbuh dan berkembang bersama pasangan. Namun, dari sudut pandang pendidikan, pernikahan di usia muda menghadirkan tantangan tersendiri yang perlu dipertimbangkan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 33,76% pemuda Indonesia mencatatkan usia kawin pertamanya di rentang 19-21 tahun pada 2022, dan 19,24% pemuda menikah pertama kali di usia 16-18 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar generasi muda memasuki pernikahan di usia yang bersamaan dengan masa studi mereka, baik di pendidikan formal maupun non-formal.

Dalam dunia pendidikan, kesiapan mental dan emosional menjadi aspek penting yang harus dikembangkan seiring proses belajar. Namun, ketika pernikahan terjadi di usia yang masih sangat muda, sering kali tanggung jawab keluarga dan pendidikan saling bertabrakan. Banyak pasangan muda yang harus membagi perhatian antara kewajiban rumah tangga dan komitmen untuk melanjutkan studi atau meraih gelar.

Di sisi lain, peningkatan akses pendidikan di kalangan generasi muda juga menjadi faktor penting dalam kesiapan mereka untuk menikah lebih awal. Semakin banyak pemuda yang telah meraih pendidikan lebih tinggi, membuat mereka lebih mandiri secara finansial dan mampu menghadapi tantangan hidup berkeluarga. Dengan bekal pendidikan yang memadai, pasangan muda juga cenderung lebih siap menghadapi masalah rumah tangga dan memiliki keterampilan komunikasi yang lebih baik.

Namun, pendidikan formal sering kali belum mampu memberikan bekal yang cukup untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi kompleksitas kehidupan pernikahan. Meskipun mereka mungkin telah mencapai tingkat pendidikan akademis yang tinggi, banyak pasangan muda yang tetap menemui tantangan ketika harus mengelola hubungan jangka panjang. Kesiapan emosional dan kemampuan berkomunikasi sering kali tidak sejalan dengan tingkat pendidikan formal yang dimiliki.

Dalam banyak kasus, pasangan muda terjebak dalam dinamika pernikahan yang penuh dengan tuntutan emosional, ekspektasi sosial, dan tekanan finansial yang berat. Ketidakmatangan dalam menghadapi konflik, ketidakstabilan emosi, serta ketidakpastian masa depan karier menjadi beberapa faktor yang kerap memicu gesekan dalam hubungan.

Pada akhirnya, pendidikan memainkan peran penting dalam memastikan bahwa pasangan muda yang memilih menikah dapat tetap melanjutkan perkembangan diri mereka secara optimal. Dengan bimbingan yang tepat, nikah muda bisa menjadi langkah yang membawa kebahagiaan sekaligus kesempatan untuk tetap berkembang baik di bidang keluarga maupun karier. Meskipun akses pendidikan dan karier semakin terbuka, kemampuan untuk mengelola kehidupan pernikahan tetap membutuhkan pendekatan yang lebih mendalam dari sekadar pencapaian akademis.

Penulis: Nabila
Editor: Nazna

Child Grooming: Ancaman Seksual yang Tidak Luput dari Perhatian 

0

Jumlah kasus kekerasan seksual yang menargetkan anak-anak dan remaja kini terus meningkat, hingga memunculkan kekhawatiran tentang keamanan mereka di tempat yang seharusnya aman. Fenomena ini tidak hanya tentang mengutuk pelaku tetapi juga menyoroti bagaimana masyarakat kita sering gagal mengatasi masalah yang lebih mendasar.

Sebagai orang yang pernah melewati masa rentan remaja, kita harus mulai memberikan perhatian yang lebih besar terhadap upaya mencegah generasi muda dari kejahatan seksual yang sistemik.

Salah satu contoh yang mencolok adalah kasus guru-murid di Gorontalo, di mana seorang pelajar menjadi korban child grooming oleh gurunya sendiri. Kasus ini mendapat perhatian publik karena menunjukkan bagaimana kekerasan seksual terjadi, serta bagaimana respons masyarakat dan pihak berwenang seringkali tidak memadai. Dalam proses grooming ini, pelaku memanfaatkan kerentanan psikologis korban untuk membangun kepercayaan, sebelum akhirnya mengeksploitasi mereka secara seksual.

Dikutip dari buku yang berjudul “Who are you kidding? Children, power, and the struggle against sexual abuse”Jenny Kitzinger (1990), menjelaskan bahwa grooming adalah manipulasi psikologis bertahap yang biasanya terjadi di lingkungan di mana pelaku memiliki kontrol atas korban. Proses ini sering kali difasilitasi oleh relasi kuasa, seperti antara guru dan murid atau figur otoritas lain yang dekat dengan anak-anak dan remaja.

Pada tahap awal, child grooming adalah kejahatan yang sulit diidentifikasi karena manipulasi terjadi secara perlahan dan seringkali tanpa disadari oleh korban atau orang di sekitarnya. Hal ini sangat menantang, terutama di negara-negara seperti Indonesia di mana pendidikan seksual terbuka masih dianggap tabu. Selain itu, banyak kasus tidak terungkap atau terselesaikan karena masyarakat cenderung menyalahkan korban alih-alih fokus pada pencegahan.

Robert K. Merton, dalam Teori Strain Sosial, menjelaskan bahwa tekanan sosial dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan perilaku menyimpang seperti kekerasan seksual berkembang. Kurangnya pendidikan seksual dan minimnya kesadaran masyarakat dalam memperburuk situasi ini.

Dalam hal ini, penting untuk disadari bahwa child grooming sering kali tidak terdeteksi hingga terlambat. Penelitian End Child Prostitution, Child Pornography, and Trafficking of Children for Sexual Purposes (ECPAT) International (2018), menunjukkan bahwa anak-anak yang terisolasi secara sosial atau emosional lebih rentan menjadi target grooming. Korban sering kali tidak menyadari bahwa mereka sedang dimanipulasi, karena pelaku melakukan pendekatan secara bertahap, membuat proses ini sulit dikenali oleh orang-orang di sekitar mereka. Pendidikan seksual yang komprehensif penting untuk memberikan anak-anak dan remaja alat untuk mengenali tanda-tanda awal manipulasi.

Jean Piaget, menekankan bahwa selama masa remaja perkembangan kognitif masih berlangsung, terutama dalam kemampuan berpikir logis dan abstrak. Keterbatasan ini membuat mereka lebih rentan terhadap pengaruh dari pihak yang lebih dewasa, termasuk manipulasi oleh pelaku. Oleh karena itu, peran kita bukan hanya dari sisi moralitas saja tetapi juga dalam menciptakan lingkungan yang aman secara psikologis bagi anak-anak.

Pendidikan seksual yang menyeluruh sejak dini adalah solusi yang harus kita dorong. Menurut World Health Organization (WHO) dan riset Dr. Eva Goldfarb, pendidikan seksual yang tepat terbukti dapat mengurangi risiko kekerasan seksual dengan memberikan pemahaman yang jelas tentang hak asasi, persetujuan dan batasan pribadi. Sebagai orang dewasa, kita dapat berperan sebagai penjaga dalam menciptakan komunitas yang lebih inklusif dan suportif bagi generasi muda, bukan dengan menyalahkan korban, melainkan dengan menyediakan ruang aman untuk diskusi dan pencegahan.

Salah satu masalah besar yang kita hadapi adalah budaya victim-blaming, dimana korban kekerasan seksual sering kali disalahkan atas apa yang menimpa mereka. Elena Martellozzo menegaskan bahwa pola pikir ini berakar dari kurangnya pemahaman publik tentang sifat manipulatif dari child grooming. Teori pelekatan emosional dari John Bowlby juga menjelaskan bahwa ikatan yang dibentuk antara pelaku dan korban selama proses grooming bisa sangat kuat sehingga korban sering kali merasa sulit untuk keluar dari situasi tersebut, bahkan jika mereka sudah menyadari adanya manipulasi.

Sebagai masyarakat, sudah seharusnya kita mengubah cara dalam merespon kasus kekerasan seksual dan grooming ini. Reaksi yang berbasis empati, pendidikan yang memadai, serta pendekatan yang inklusif dalam komunitas akan membuka ruang lebih besar bagi para korban untuk pulih dan membantu mencegah kasus serupa terjadi di masa depan.

Tugas kita sebagai anggota masyarakat yang lebih dewasa tidak hanya berhenti pada tindakan moral, tetapi juga harus diiringi dengan upaya nyata untuk melindungi anak-anak dari ancaman grooming dan kekerasan seksual. Dengan memahami teori perkembangan seperti yang diungkapkan Jean Piaget, memahami proses grooming sebagaimana dijelaskan oleh Jenny Kitzinger dan menerapkan pendidikan seksual komprehensif seperti yang dianjurkan oleh WHO, kita bisa menjadi agen perubahan yang proaktif.

Oleh karena itu, kita harus dapat mengambil langkah preventif dengan lebih memperhatikan hubungan antara guru dan murid serta menerapkan kebijakan pengawasan yang lebih ketat di lingkungan pendidikan. Dengan demikian, kita bisa lebih menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi generasi muda.

Penulis: Naila
Editor: Dhuyuf

KPU Kota Serang Gelar Workshop Media, Targetkan 80 Persen Partisipasi di Pilkada 2024

0

Serang, lpmsigma.com – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Serang menggelar workshop media guna optimalisasi penguatan media sosial dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tahun 2024 di Kota Serang, Sabtu (19/10).

Komisioner KPU Kota Serang, Hanifa mengatakan saat ini persiapan Pilkada tahun 2024 sudah optimal, termasuk logistik dan alat kampanye sudah berada di gudang penyimpaman KPU Kota Serang, yang berlokasi di Jalan Kolonel Tubagus Suwandi, Kelurahan Lontarbaru, Kecamatan Serang.

“Logistik maupun alat kampanye sudah datang di gudang KPU Kota Serang, dan akan di distribusikan ke Kecamatan maupun Kelurahan,” ujar Hanifa dalam sambutan.

Dengan melakukan workshop media, KPU Kota Serang berharap target dari partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang akan berlangsung pada 27 November 2024 mendatang, dapat melebihi dari 80 persen partsipan.

“Untuk Pilkada tahun ini kita menargetkan 80 persen partsipasi, mengingat 2018 ada sebanyak 68,2 persen untuk partisipasi pemilih pada Pilkada Kota Serang. Maka itu, pada tahun 2024 menargetkan partisipasi pemilih sebesar 80 persen di Pilkada Kota Serang,” kata Hanifa.

Di waktu yang sama, Ade Jahran yang juga Komisioner KPU Kota Serang menambahkan, akan diadakannya debat Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serang akan disiarkan di TV Nasional dan TV Lokal Banten serta Radio Banten.

“Kita sudah menunjuk TV Nasional yaitu Metro TV sedangkan TV lokalnya Redaksi Banten TV serta relay di 8 Radio lokal. Debat pertama akan digelar di Studio Metro TV pada tanggal 29 Oktober, pukul 18.45 WIB, sedangkan di Redaksi Banten TV pada tanggal 12 November, pukul 19.00 WIB,” tutupnya.

Reporter : Aldi

Daycare UIN Banten Segera Diresmikan, Fasilitas Baru untuk Ibu Pekerja 

0

Serang, lpmsigma.com – Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, segera menghadirkan solusi praktis bagi para ibu pekerja di lingkungan kampus dan masyarakat sekitar dengan meluncurkan Daycare di Gedung Pusgiwa.

Jamaludin, selaku kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Pengembangan Bisnis, menjelaskan Daycare yang berada di Gedung Pusgiwa akan diresmikan pada bulan November.

Daycare ini belum dibuka, akan diresmikan pada bulan November 2024, masih menunggu kurikulum dan rekrutmen pegawai,” ujarnya pada Rabu (17/10).

Ia juga menambahkan, tujuan adanya Daycare di kampus sebagai fasilitas masyarakat UIN SMH Banten dan juga sekitaran Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) untuk meningkatkan pendapatan kampus.

“Tujuan diadakannya Daycare, untuk memfasilitasi ibu-ibu pekerja di UIN dan masyarakat sekitar KP3B agar menitipkan anaknya disini,” tambahnya.

Nurhasanah, selaku mahasiswi UIN SMH Banten, memberikan tanggapannya terkait adanya Daycare ini memudahkan para orang tua yang mempunyai anak untuk menitipkan anak mereka.

“Sebetulnya bagus-bagus saja adanya daycare di area kampus ini, sehingga memudahkan para orang tua bekerja hingga sore,” ucapnya.

Namun, Ia juga menyayangkan adanya Daycare dilingkungan kampus karena starategi tempatnya yang tidak sesuai.

“Menurut saya, adanya daycare di area kampus ini kurang peminatnya, karena bukan pada lingkungan yang dimana ibunya itu para pekerja,” ucapnya.

Reporter: Davina
Editor: Nazna