Beranda blog Halaman 117

Bahaya Terlalu Sering Begadang

0
HEALTH AND LIFESTYLE

Pentingnya tidur tepat waktu sangat berpengaruh terhadap kesehatan loh sigmania! Salah satunya bisa mempengaruhi suasana hati (mood), bahkan bisa menambah berat badan. Banyak orang yang melakukan begadang beralasan karena susah tidur , mengejar deadline pekerjaan atau tugas maupun terlalu asyik bermain gadget.
Padahal otak dan tubuh manusia butuh istirahat yang cukup, setelah melakukan pekerjaan seharian. Karena selain menyebabkan rasa kantuk di pagi hari, begadang juga bisa menyebabkan berbagai macam penyakit.
Dr. Hady Suhenri menjelaskan begadang merupakan kegiatan yang dilakukan orang atau kelompok pada malam hari. Kegiatan tersebut memaksa dari bagian panca indera untuk tetap bekerja, yang dimana harusnya beristirahat. Maka bahayanya tubuh lelah dan mudah diserang berbagai penyakit.
Berikut dampak negatif bagi kesehatan yang ditimbulkan dari begadang :

  1. Menurunkan Kemampuan Berpikir
    Jika dibiasakan, begadang bisa mengurangi kemampuan konsentrasi, memecahkan masalah, kemampuan memperhatikan sesuatu, serta tingkat kewaspadaan. Hal ini tentu bisa menurunkan kemampuan berpikir, termasuk kemampuan dalam mengingat dan belajar secara efisien. (dilansir dari halodoc.com)
  2. Kardiovaskuler
    dikutip dari ciputrauceo.net. Jaringan kardiovaskuler adalah jaringan pembuluh darah. Sistem kardiovaskular atau biasa disebut sistem peredaran darah adalah sistem tubuh dimana organ berfungsi mentransformasi zat ke sel dan dari sel ke zat. Jaringan ini adalah yang terbuka dan tertutup. Namun kebanyakan, hal ini dipengaruhi oleh organ jantung. Kebiasaan begadang akan mempengaruhi kerja dan pacu jantung. Sehingga rentang juga akan menyerang sistem kerja organ tubuh jaringan kardiovaskuler atau jaringan pembuluh darah pada jantung.
    Berikut adalah kutipan yang dilansir dari merdeka.com
  3. Kulit Tampak Lebih Tua
    Bahaya begadang yang kedua yaitu mampu membuat kulit terlihat lebih tua. Hal ini bisa cukup dirasakan pada kulit kalian. Kondisi ini karena begadang mampu merangsang tubuh untuk melepaskan hormon kortisol. Di mana hormon ini bisa menyebabkan kalian mengalami stres.
    Hormon kortisol ini ternyata juga bisa memecah kolagen pada kulit. Sehingga membuatnya bekerja tidak maksimal dalam menghaluskan serta menjadikan kulit lebih elastis. Begadang juga nantinya akan menyebabkan mata bengkak, muncul garis-garis halus pada wajah dan area mata serta menjadikan kulit tampak kusam ataupun pucat.
    Berikut adalah kutipan yang dilansir dari gooddoctor.com
    Meningkatkan risiko penyakit diabetes
    Kebiasaan begadang juga dapat berisiko terkena penyakit diabetes. Begadang mengakibatkan penurunan insulin yang dilepaskan tubuh setelah makan. Padahal insulin yang cukup penting untuk membantu menurunkan kadar gula darah dalam tubuh.
    Bukan hanya itu, begadang juga menurunkan toleransi tubuh terhadap glukosa sehingga tubuh berisiko mengalami resistensi insulin. Kondisi inilah yang menyebabkan diabetes serta obesitas.
    Berikut adalah tips untuk menghindari begadang yang dilansir dari sumber vivahealth.co.id :
    Pertama, konsisten melaksanakan jadwal tidur, mencoba untuk pergi tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari, termasuk akhir pekan dan libur bertujuan untuk membiasakan tubuh memiliki siklus tidur yang baik.
    Kedua, membuat suasana kamar tenang, mematikan lampu kamar dan menjaga ketenangan kamar dapat memberikan ketenangan pada pikiran sehingga dapat membuat tubuh lebih mudah untuk istirahat.
    Ketiga, memiliki jadwal untuk berolahraga aktifitas fisik seperti berolahraga yang teratur dapat membantu untuk tidur lebih cepat dan berkualitas.
    Keempat, mengurangi konsumsi alkohol dan kaffein dapat menyebabkan sulit untuk tidur, terutama ketika akan tidur.
    Kelima, melakukan kegiatan yang dapat membantu menenangkan pikiran, dapat dilakukan sebelum tidur. Pikiran yang tenang dapat membantu untuk lekas tidur. [Mg. Alya/Sugandi/SiGMA].

Arti Pahlawan masa kini di mata milenial

0
OPINI

Pahlawan bukan hanya yang ikut berperang di medan tempur untuk membela kebenaran, tapi pahalawan adalah lebih dari itu. Lebih dari sekedar ikut berperang. Makna pahlawan sebenarnya sangat luas, dan seiring waktu selalu berubah-ubah.

Dengan perkembangan zaman yang ada, makna pahlawan dapat diartikan sebagai manusia yang memberikan dampak positif bagi orang lain. Pahlawan di masa sekarang tidak harus bersertifikat, dan tidak harus juga ikut medan perang, bisa dimulai dari diri sendiri seperti membantu meringankan beban orang tua, dan membantu masyarakat banyak serta dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.

Semakin banyak yang dihadapi oleh kaum milenial, maka artian dari pahlawan itu semakin luas, menurut sejarawan Bondan Kanumoyoso menuturkan, generasi sekarang itu cakupan permasalahan yang mereka hadapi jauh lebih luas. Permasalahan itu sudah melingkupi hampir semua aspek kehidupan, tadi kita dengar ada macam-macam hal yang dibicarakan, mulai dari isu tenaga kerja, sampai masalah lingkungan hidup. Hampir semua hal yang ada dalam kehidupan ini memiliki permasalahannya masing-masing dan menuntut adanya satu tindakan ataupun satu perbuatan untuk memperbaiki dampak-dampak negatif dari semua itu, dan itu kira-kira yang disebut sebagai pahlawan, kata Bondan.

Selain mampu menyelesaikan suatu permasalahan, menurut Mantan Ketua MPR Amien Rais mengungkapkan, pahlawan harus mempunyai tiga sifat kepahlawanan yaitu berani, jujur, dan pantang menyerah. Pertama Berani, seorang yang berani dalam menyampaikan pendapat, berani dalam mengambil keputusan serta mau bertanggung jawab atas keputusan itu, termasuk dalam salah satu sifat seorang pahlawan. Selanjutnya Jujur, seperti halnya Nabi Muhammad SAW yang memiliki sifat ini. Jujur dalam berbicara, setiap perkataanya bisa di percaya dan dapat dibuktikan kebenarannya. Kemudian pantang menyerah, setiap pahlawan harus selalu berusaha, dan berjuang dalam kondisi apapun, layaknya Nabi Muhammad SAW yang pantang menyerah dalam menyebarkan syiar Islam

Diri sendiri adalah pahlawan

Setiap hari kita adalah pahlawan di hidup kita atau tidak dengan sengaja pahlawan di kehidupan orang lain. Kita yang bertanggung jawab atas diri kita sendiri, orang lain tidak bertanggung jawab atas kehidupan kita. Menurut Adam Kurniadi Lukman dalam artikelnya yang berjudul Pahlawan Masa Kini: Pahlawan Bagi Diri Sendiri, menjelaskan, perlu diingat bahwa sebelum kita mampu untuk “menyelamatkan orang lain”, kita juga harus mampu untuk “menyelamatkan diri kita sendiri.”

Menyelamatkan diri sendiri disini dapat juga diartikan sebagai bentuk tanggung jawab pada diri sendiri. Di kehidupan yang serba individualis ini, menyelamatkan diri sendiri sangat penting, karena tidak akan ada yang selalu menyelamatkan kita selain diri sendiri. Mungkin ada beberapa orang yang akan menjadi pahlawan di hidup kita, namun tidak selamanya orang itu ada untuk kita.

Contoh dari menyelamatkan diri sendiri adalah dengan jangan memaksakan diri, tapi tetap harus berusaha. Jangan memaksa diri disini adalah kita harus mengetahui batas kemampuan kita. Jika kita tidak bisa melakukan sesuatu maka katakana tidak bisa, atau mintalah bantuan, jangan memaksakan semuanya sendiri. Begitu pula dalam hal menjadi pahlawan di hidup orang lain. Jika kita tidak bisa membantunya maka katakan tidak bisa.

Namun perlu diingat lagi membantu adalah hal yang mulia. Bantu lah jika kita bisa membantunya, karena sekecil apapun bantuan itu mungkin akan sangat berharga bagi orang lain, dan jangan memaksakan diri jika kita tidak bisa membantu.

Banyak hal-hal yang menurut kita sederhana mungkin saja bisa membantu orang lain. Seperti membawa minum saat teman kita tersedak, itu adalah contoh hal kecil untuk membantu orang lain. Menjadi pahlawan untuk diri sendiri bukan lah perkara yang egois, itu adalah prihal menyelamatkan diri sendiri, dan menjadi pahlawan untuk diri sendiri. [Mg.Shovi/Dani/SiGMA].

Meneladani Rasulullah Sebagai Pahlawan Umat Manusia

0
KHAZANNAH

Banyak sekali nama pahlawan yang berjejer dalam ingatan. Namun pernahkah kita berpikir, bahwa ada seseorang yang luar biasa menjadi pahlawan bagi seluruh manusia khususnya umat Islam? Iya, dialah Muhammad Rasulullah SAW.
Apa jadinya jika Allah SWT tidak mendatangkan Rasulullah ke dunia, mungkin dunia ini tetap dalam masa kegelapan yang buta akan pengetahuan. karena beliau lah kini dapat membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang seperti saat ini. Beliau tidak hanya jujur dalam berperilaku tapi dalam perkataan pun dapat dipercaya, serta mencerminkan sosok yang mandiri dan tidak mudah menyerah, sifat-sifat tersebut sangat sulit ditemui, pada diri anak muda di zaman sekarang.
Di masa muda Rasulullah, beliau tidak pernah membuang-buang waktu dengan melakukan hal-hal yang tidak penting seperti, berghibah atau membicarakan orang lain, tapi dimasa mudanya beliau dihabiskan dengan hal yang positif, seperti bermuamalat atau berbisnis. Dalam berbisnis, Rasulullah selalu menunjukan rasa penuh tanggung jawab dan kejujuran, yang dijadikan sebagai etika dasar dalam bermuamalat, sehingga beliau dijuluki Al-Amin oleh bangsa Arab pada masanya.
Peranan Rasulullah terhadap umat manusia
Salah satu tokoh agama di Kota Tangerang, Ahmad Ihsan menuturkan, mengenai peranan Rasulullah terhadap perkembangan Islam, yang memiliki beberapa peranan penting dalam perkembangan Islam dari zaman dahulu hingga sekarang yang patut kita teladani dan ikuti. Rasulullah berperan penting terhadap perkembangan Islam, peranannya seperti Al-Bayan diterangkan dalam surat An-nahl ayat 64 dimana dalam ayat tersebut Allah SWT memerintahkan kepada rasul untuk menjelaskan kepada seluruh umat manusia dalam meluruskan apa yang mereka perselisihkan berupa urusan tauhid, kebangkitan, dan syariat Islam. Yang kedua adalah uswatun hasanah, diterangkan dalam surat Al-ahzab ayat 21 bahwa Rasulullah adalah suri tauladan yang baik bagi kita untuk mengharapkan rahmat Allah.Yang ketiga legislator terhadap perkembangan Islam pada masa itu, yang terakhir Mutho’an atau yang wajib diikuti, Allah SWT berfirman dalam surat An-nisa ayat 64 yang dijelaskan bahwa Allah SWT mengutus seorang rasul melainkan untuk dipatuhi perintahnya dengan kehendak dan ketetapan-ketetapan Allah.
Peranan Rasulullah memiliki peran penting untuk peradaban manusia. Yang pertama Al-Bayan sebagai penjelas apa yang manusia perselisihkan seperti urusan tauhid, kebangkitan dan hukum-hukum syariat. Kedua, Uswatun Hasanah sebagai suri tauladan yang baik untuk kita yang harus kita ikuti. Yang ketiga adalah, legislator yang bijak dan adil terhadap menyelesaikan suatu perkara. Dan yang terakhir, Mutho’an, sebagai acuan kita untuk mengikuti perintah atas kehendak Allah SWT.
Islam juga membawa manusia pada kesetaraan hak dan kewajiban, saat banyak sekali pertentangan dan konflik yang mengatas namakan kesukuan, karena Islam yang dibawa Rasulullah Saw, wanita bisa mulia. Memiliki hak dan kewajiban setara di hadapan Allah.
Menjadi penegas antara hak dan bathil, kehadiran Islam terbukti membawa kemaslahatan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. 13 abad dalam kekuasaan Islam membawa pengaruh besar bagi peradaban manusia. Saat ilmuwan dengan penemuannya lahir. Para Ulama hadir dengan karya yang hingga saat ini menjadi rujukan umat.
Kepahlawanan bukan semata-mata tentang konflik, perang, dan pertentangan. Kepahlawanan adalah tentang bagaimana memberi keteladanan di tengah-tengah lingkungan yang miskin keteladanan. Kepahlawanan adalah tentang keberanian yang berbeda dari yang lain dengan keyakinan bahwa sikap yang memang pantas untuk diperjuangkan, seperti sikap keteladanan Rasulullah dalam memperjuangkan kemaslahatan umat manusia dan juga para umat islam, yang sangat pantas kita apresiasi dan teladani.
Jelas sudah keberadaan Rasulullah SAW sebagai pahlawan sejati, yang patut kita contoh, sebagai suri tauladan yang baik, melihat perjuangannya dalam berdakwah, berhasil membawa manusia menuju kemerdekaan hakiki. [Mg.Nadia/Dani/SiGMA]

SUARA-SUARA DITELINGA KARABAONG

0
KHAZANAH

Oleh : Nanda Fauzan

merayap di sela dinding telinga Karabaong, seturut pengakuan Mantri Sarip, tak lain sepasang serangga mungil yang tiap tepi sayapnya menguarkan kilau keemasan. Ketika ujung senter mengarah ke daun telinga, cahaya yang memancar dari tabung kacanya kalah sorot, dan itu membuat kerja Pak Mantri Kesehatan ini menjadi silang-selimpat; pandangannya berkunang-kunang sebab kesilauan.
Karabaong meraung setiap beberapa detik sekali, suaranya saling jejal dengan aroma obat-obatan dan bekas guyuran karbol yang masih mengilap di permukaan lantai. Mula-mula memang ia sesumbar bahwa telinga bukan sesuatu yang penting, dan kehilangan pendengaran tak lebih ngeri ketimbang kehilangan kucing peliharaan atau kehilangan satu judul buku yang ia benci atau kehilangan kaus kaki bermotif papan catur yang ia terima dari mantan kekasihnya lima tahun lalu. Karabaong hemat dalam urusan bercakap-cakap, dan ia pikir bukan malapetaka serius seandainya telinganya dipensiunkan lebih dini.
Adapun alasan kini ia terbaring di atas permukaan ranjang di tengah ruang kerja Mantri Sarip, tak lain suara yang saling sambut di kepala. Tak ada gambaran persis yang bisa menerangkan derita semacam itu, tetapi jika kau pernah berdiri penuh konsentrasi di tengah pasar yang riuh dijejali manusia, kau akan sedikit mengerti. Karabaong terlalu naif. Atau lupa, barangkali, ia memang bisa menerima kehilangan, namun tidak dengan siksa kejinya. Ia mungkin bisa terbiasa, tetapi jelas tak segegas itu.
“Seperti sekumpulan hewan kerdil yang menari-nari, Pak.” Demikian Karabaong menjelaskan tatkala ditanya keluhan pertama kali, ia berusaha merahasiakan kehadiran suara-suara sebab bagaimanapun itu terdengar konyol.
“Apakah sebelum ini kau berupaya menanganinya sendiri. Maksudku, mengorek-ngorek dengan alat tertentu?”
“Ya. Agaknya tubuh serangga ini semakin menjorok ke dalam, dan nyaman bersarang di sana.”
Mantri Sarip tegak berdiri di tepian ranjang, mengucek kedua matanya dengan gerak konstan, lalu meminta izin ke ruang sebelah demi mencari sebotol minyak zaitun. Ia juga meminta Karabaong untuk memiringkan kepalanya dan sedikit bersabar. Si pesakitan hanya menganggukkan kepalanya sebanyak dua kali, untuk kemudian meraung dan mengumpat sebanyak yang ia mampu.
“Tidak akan lama,” tegas Mantri Sarip sembari membalikkan tubuh. “Serangga itu akan semakin menggila jika kau tak bisa diam barang sejenak.”
*
Suara itu terdengar akrab, lembut, dan kekanak-kanakan. Persis gaya turut Karabaong semasa boca sebelum pita suaranya mengenal asap rokok, sebelum laring berubah posisi karena pubertas yang menjadikannya sengau. Sesekali, suara itu terdengar lincah dan ringan seperti milik Ibunya. Tak jarang pula seperti suara orang-orang yang semakin hari semakin ia lupakan; barangkali suara kawan kecilnya, atau suara guru mengaji di langgar dulu. Yang lebih penting dari fakta itu adalah, suara tersebut mewartakan pertanyaan yang lekas jadi ancaman.
Pukul satu dini hari, ketika Karabaong merasakan sesuatu merasuk di dinding telinganya untuk pertama kali, suara itu berbisik pelan dan riang, “Tidakkah kau mengubur mayatnya dengan layak?”Karabaong tak risau. Ia tambahkan daya tiup kipas reot menuju angka tertinggi untuk mengusir rasa gerah. Dan yang terjadi beberapa menit kemudian ialah hadirnya kilatan listrik dari stop kontak, lalu ledakan kecil menyusul tak lama.
Karabaong berusaha tenang. Ia duduk dan mengguncangkan kepalanya beberapa kali dengan harapan makhluk yang baru saja merasuki telinganya terusir, tetapi usaha itu nihil sama sekali. Ia justru merasakan pening yang dahsyat, denyut telinganya seperti menjalar liar meremas-remas batok kepala. Bulir keringat bermunculan di kening dan ujung hidung, ia tak acuh dan membiarkan seluruhnya menggumpal-gumpal. Karabaong menggoyang pelan bungkus rokok untuk mendeteksi keberadaan jumlah batang di dalamnya.
“Tidakkah kau mengubur jasadnya dengan layak?” suara itu datang kembali.
Karabaong sedikit cemas, ia teringat pada perempuan itu. Sebentar kemudian ia selipkan sebatang rokok di sela bibir, lalu memantik geretan. Dengan keajaiban yang muskil dijelaskan, api menyambar dan menjilati separuh bulu alisnya. Karabaong mengumpat sekali lagi, tetapi hanya dalam hati.
Malam kian larut, angin berembus menghantam benda-benda yang mampu ia jangkau, sementara Karabaong belum juga sanggup memicingkan mata. Suara-suara itu kian asyik-khusyuk mengusik si empunya pendengaran. Semakin sunyi malam, ruang di telinganya semakin pejal—gaungnya bak deru ombak menghantam tebing terjal. Riuh tanpa jeda. Sampai-sampai ia tak lagi mampu memahami, dan bahkan mengenali, maksud dari suara-suara tersebut. Segalanya saling baur, segalanya menjadi kabur.
Karabaong melewati malam dengan mata yang meralip. Direbahkannya punggung di atas dipan berkayu jati beralas gombal, sementara lengannya terus mengapit dua sisi kepala dengan bantal busa begitu kencang. Sesekali ia mengangkat tubuhnya dari pembaringan untuk sekadar mencecap teh manis bekas tadi malam, yang isinya hampir menyentuh dasar gelas.
Saat kokok ayam pertama berkesiur merobek udara, Karabaong langsung menyambar jaket suede dan topi favoritnya, lalu melenggang menyusuri jalan Desa. Di titian jembatan, ia melongok arus deras yang dua hari lalu menghanyutkan jasad seorang perempuan di dalam karung.
*
Ia memanggil-manggil nama Mantri Sarip, tetapi yang bersangkutan masih meraba-raba almari tempat tumpukan obatnya di ruang seberang. Karabaong tak lagi kuasa dengan bunyi-bunyi yang kian tak teratur. Ia berniat meluluhlantakkan sumber suara itu secepat mungkin, dengan sedikit tenaga yang masih tersisa di tubuhnya. Ia bangkit dan menyambar gunting bedah yang tergeletak sembarang. Ia menimbang-nimbang dengan kerut muka mensyaratkan keraguan. Tetapi, suara itu seolah tak bisa diajak berkompromi, ia bahkan tak merasa gentar dengan ancaman.
Di ruang seberang, tatkala Mantri Sarip berhasil berjumpa dengan minyak zaitun yang ternyata terselip di antara setumpuk parasetamol, jeritan pasiennya begitu nyaring sehingga membuat seekor nuri yang hinggap di atap langsung terbang menjauh, dan kucing-kucing di beranda rumah meringis ketakutan.
*
Jika bukan karena reputasiku di Desa, boleh jadi tiga orang polisi yang saat ini menggelandangku akan memberi perlakuan yang kurang menyenangkan. Sebab, bagaimanapun, satu mayat lelaki dengan tiga luka tusuk tergeletak di atas ranjang kerjaku adalah temuan keji yang menggemparkan. Mungkin aku akan didakwa sebagai pembunuh.
Seorang paling muda di antara mereka, yang beberapa hari lalu terkena influenza dan mengunjungiku bersama kekasihnya, membukakan pintu mobil dan menuntunku masuk. Ia lalu bertanya apa yang sebetulnya terjadi. Kutarik napas dalam-dalam, mencari duduk senyaman mungkin, dan mulai bercerita.
“Pagi sekali, seorang pemuda kurus dengan rambut kusut masai, datang dan mengeluhkan ada sepasang serangga dengan kilau keemasan di telinganya. Aku memeriksa dengan teliti, berkali-kali. Aku terawang tak ada suatu apa pun terselip di sana. Tidak seekor semut, tidak pula bengkakan radang.”
“Tetapi, ia merajuk dan tetap teguh pada pendiriannya bahwa keberadaan serangga itu betul-betul nyata. Ia membenturkan kepalanya berkali-kali ke tepian ranjang, menggigit pergelangan tangannya hingga lebam. Ia cemas dan gelisah, matanya merah redup. Kukira, bukan telinganya yang bermasalah.”
Aku menundukkan kepala, mengambil jeda pembicaraan, sekilas memperhatikan kedua lengan yang kini tak leluasa bergerak karena dirogol borgol. Tiga orang polisi itu hanya berdiam, seolah-olah mulut mereka memang diciptakan Tuhan untuk melulu bungkam.
“Aku memutuskan untuk menyetujui dugaannya bahwa seekor serangga dengan sayap berkilauan memang menari-nari di lubang telinganya, setidaknya agar ia merasa tenang. Aku beranjak menuju ruang samping, tempat aku menyimpan pelbagai obat-obatan, berusaha mengecoh. Terdengar beberapa kali raungan. Ketika aku datang kembali, tubuhnya telah bersimbah darah, dengan luka tusuk yang mengundang mual. Sebagaimana yang kalian saksikan.”
Dua polisi di bangku depan menyimak dengan saksama. Polisi muda di sampingku tak kalah antusias. Raung sirene membelah jalan Desa, laju roda mobil bergerak cepat tanpa hambatan berarti. Di lajur kiri kulihat pohon karet berjejer rapi, dua orang bocah mengayuh sepeda dengan gerak lambat di tepian. Sepintas lalu mereka terlihat terlibat dalam percakapan serius dan sengit, seolah keduanya musuh abadi.
“Kau ingin dengar satu lelucon, Pak Mantri?” Polisi dengan tampang paling sepuh memecah keheningan. “Pemuda itu yang menggila di tempatmu adalah orang yang tengah kami sasar atas tuduhan pembunuhan seorang gadis beberapa hari lalu. Dan, ya, mendengar pengakuanmu atas sikapnya yang aneh, aku kian teguh pada dugaan.”
Aku sedikit terkesima. Teringat raut putri sulungku, Selena, yang sudah terlambat beberapa hari pulang dari Kota. Tiba-tiba terdengar suara saling membisik, sesekali saling menimpali, bunyinya meninggalkan gaung di telinga kananku.

Syahrudin: Kegagalan Adalah Awal dari Kesuksesan

0

Serang, lpmsigma.com | Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya. Namun, Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya seperti yang dikatakan oleh Syahrudin, seorang anak dari keluarga sederhana yang mengaku gagal masuk di empat Perguruan Tinggi pada tahun 2016 silam.

“Kegagalan itu hal biasa dan semuanya akan merasakannya, saya pernah daftar di SBMPTN Universita Ageng Tirtayasa Banten , Politeknik Manufaktur Bandung, STAN Jakarta bahkan PCMB UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten dan itu gagal semua,” tuturnya

Tidak lolosnya seleksi dalam masuk Perguruan Tinggi tentu menimbulkan rasa sakit yang mendalam, bagi Syahrudin ini menjadi pembelajaran yang berharga. Ia memutuskan untuk masuk Pondok Pesantren Tahfidz Al–qur’an dan mempelajari banyak hal mengenai Khotmil Qur’an serta teknik mengaji lainnya.

“Rasa sakit hati dan putus asa yang sudah bersemayam dalam diri saya, Selama satu tahun hidup di pesantren dan mempelajari Al-qur’an serta teknik mengaji lainya, seketika rasa ingin kuliah lagi pun membara dan rasa percaya diri saya pun menggebu serta optimis akan diterima,” ujarnya Syahrudin.

Dari hal tersebut, ia mulai terpacu rasa semangatnya sehingga bertekad membuka keinginannya untuk berkuliah, hingga akhirnya mendaftarkan diri kembali di UIN SMH Banten
“Alhamdulillahnya saya diterima di UIN SMH Banten,” ujarnya

Melalui Al-quran, Mahasiswa Semester tujuh ini merasakan dampak positif dalam dirinya berkat mempelajari Al-quran. Salah satunya prestasi yang diraih lewat kemahiran melantunkan ayat-ayat suci Al-quran. Tidak hanya itu, ia juga merupakan seorang penyair yang tulisanya menjadi tulisan terbaik (a great writer) pada ajang lomba puisi Internasional yang diselenggarakan oleh pusat lomba seni.

“Alhamdulillah berkat Al-qur’an saya mendapatkan juara pertama Musabaqah Fahmil Qur’an pada MTQ Kabupaten Karawang tahun 2017 dan Kabupaten Lebak pada tahun 2019 serta menjadi Great Writer pada bulan Mei 2020 kemarin,” tuturnya

Mahasiswa jurusan Ekonomi Syariah ini mengatakan bahwasanya dengan mengikuti berbagai lomba ia lebih di kenal dengan orang-orang yang luar biasa dan hebat  sehingga dipercayai menjadi Guru privat serta Guru Madrasah Aliyah (MA) disela-sela kesibukan menyusun skripsinya.

“Berawal dari Al-quran saya dikenal oleh orang-orang hebat dan menjalin pertemanan sehingga sekarang saya dipercaya untuk mengajar di sekolah maupun di privat dan semua ini berkat keberkahan Al-qur’an,” pungkasnya [Mg. Baidoi-Munawaroh/Esti/SiGMA]

Milad Ke-30, LPM SiGMA Adakan Bedah Film Pertama

0

Serang, lpmsigma.com | Dalam merayakan ulang tahun yang ke-30 tahun Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) SiGMA memproduksi sebuah Film Pendek yang berjudul “Roy (Menulis adalah kebebasan)”. Film ini merupakan hasil produksi LPM SiGMA sendiri yang nantinya akan ditayangkan dan diulik pada malam puncak Milad pada Sabtu (21/11) mendatang.

Ketua pelaksana Milad SiGMA Sahril mengatakan ini merupakan sebuah terobosan baru dari LPM SiGMA untuk mengangkat Eksistensi SiGMA kedepanya melalui film perdana yang telah diproduksi oleh LPM SiGMA selama dua Minggu.

“Film Perdana yang di produksi oleh kru SiGMA akan di tayangkan saat acara Milad SiGMA dan Film Roy ini sudah digarap selama dua Minggu,” ujarnya.

Penayangan film atau pembedahan film “Roy” akan ditayangkan setelah acara potong tumpeng selesai, Hal ini juga dikatakan oleh Pimpinan Umum (Pinum) SiGMA Ari Dwi Purnomo bahwasanya, film ini ditayangkan setelah kegiatan tersebut.

“Kegiatan kita yang pertama Potong tumpeng lanjut saresehan dan setelah itu bedah film hasil dari kerja keras kru SiGMA selama dua minggu terakhir ini,” tegas Ari sapaan akrabnya.

Dengan mengusung tema “Merefleksikan pengalaman untuk sebuah pendalaman” Ari menjelaskan maksud dipilihnya tema tersebut adalah untuk mengenang kembali memori dari para alumni LPM SiGMA sebagai ilmu yang dibagi untuk juniornya.

“Kita memutar kembali memori-memori yang telah lalu dari para alumni atau senior yang ilmunya untuk di sharing,” Jelasnya.

Milad LPM SiGMA ini rencananya akan dilaksanakan di Lapangan Syariah UIN SMH Banten. Acara milad ini sebagai perantara untuk menghubungkan senior, junior dan alumni dalam menjaga kebersamaan agar tetap berjalan lancar dan tidak ada sekat terpisah. Untuk harapan jangka panjangnya, Ari mengharapkan momentum Milad ini dapat menjadikan LPM SiGMA kedepannya menjadi lebih baik, kreatif, inovatif dan independent.

“Harapan dari diadakannya milad SiGMA ini supaya sistem kebersamaan bisa terjalin lancar dan tidak ada sekat pemisah antara junior, senior dan alumni. Untuk kedepannya semoga menjadi SiGMA yang lebih baik, lebih kreatif, inovatif, dan independent,” Ujar Ari.

Sahril selaku Ketua Pelaksana juga mengharapkan acara milad ini dapat berjalan lancar serta dapat menjaga kekompakan dan kekeluargaan dari kru SiGMA dan menjaga keharmonisan yang sudah dipupuk sejak dulu.

“ Semua manusia pasti menginginkan acaranya lancar, dan saya juga seperti itu ingin lancar tanpa kendala sedikitpun,” Ujar Sahril. [Mg. Baidoi-Munawaroh/Esti/SiGMA]

Efek Digitalisasi Di Tengah Pandemi

0

Oleh : Wardah

Sejak pandemi virus corona merambah ke Indonesia, seluruh aktifitas masyarakat banyak yang beralih menggunakan teknologi. Tanpa sadar, pandemi telah merubah masyarakat untuk mengejar kemajuan teknologi dengan pesat.

Kini pendigitalisasi merebah keseluruh sektor kehidupan manusia, mulai dari politik, industri hingga ke sektor pendidikan.
Melansir dari Suteki Technology, dampak dari pandemi yang merambah dunia pendidikan memicu percepatan transformasi pendidikan. Mulai dari pendidikan sekolah dasar hingga perguruan tinggi, akibat perubahan di sektor tersebut, pola pembelajaran pun berubah secara drastis yang semula tatap muka menjadi pembelajaran dalam jaringan (daring).

Hal ini merujuk pada penyelarasan era Revolusi Industri 4.0. Dengan berbagai aplikasi belajar online sebagai penunjang pembelajaran. Misalnya, platform aplikasi Google Meet, Zoom, Google Classroom, dan E-learning.
Hal ini membuat metode pembelajaran memerlukan akses internet serta sebuah gadget atau leptop yang terkoneksi dengan jaringan.


Namun permasalahannya, di beberapa wilayah di Indonesia, masih kesulitan terkait akses internet dan bahkan belum terjamah teknologi. Akibatnya, kegiatan pembelajaran daring menjadi terhambat dan materi ajar tidak tersampaikan.
Disamping itu, aktivitas belajar mengajar dilingkungan kampus sangat dibatasi, bahkan banyak kampus yang memilih lockdown. Keputusan tersebut diterapkan untuk memutus rantai penyebaran virus corona.


Salah satu mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Silfiani mengaku terkena imbasnya. Mahasiswa yang berdomisili di Bayah ini merasa kesulitan saat melakukan pembelajaran daring.

Mulai dari telat masuk mata kuliah, bahkan tidak ada kabar saat mata kuliah daring dimulai. Serta minimnya sinyal yang berada di Bayah ia katakan menjadi faktor utamanya.
“Di Bayah emang susah banget nyari sinyal, sekalinya ada suka hilang-hilangan, apalagi kalau hujan, terus mati lampu. Kadang kalo bener-bener ngga ada sinyal harus keluar dulu, biasanya nyari sinyal suka sampe ke rumah kaka yang lumayan jauh dari rumah,” tuturnya. Minggu (08/11)

Dilain hal, salah satu kebijakan dari kampus yang meluncurkan bantuan berupa kartu kuota khusus belajar sebesar 10 Giga Byte dan kuota internet 200 Mb yang dinilai kurang efektif karena kualitas sinyal di berbagai daerah berbeda-beda.
“Kalau di kartunya ngga ada sinyal mah percuma ada kuota juga. Kartu kuota dari kampus kalau dipake Zoom suka ngga bisa, bakal keluar terus,” lanjut Ifi, panggilan akrabnya.

Dari beberapa kasus yang ditemukan, bisa dilihat masih terdapat ketidak maksimalan dari pembelajaran daring tersebut. Diantaranya waktu yang habis hanya untuk mencari sinyal yang bagus, kemudian bisa saja saat sudah menemukan sinyal tapi jam perkuliahan sudah habis, serta faktor cuaca juga turut menjadi alasannya.
Jika hal ini terus berlanjut, kegiatan akademis mahasiswa akan terkena pengaruhnya, mulai dari kehadiran, tugas yang terhambat, bahkan bisa berujung Tidak Lulus (TL) pada mata kuliah yang diikutinya.
Dalam hal ini, pihak akademis kampus seharusnya lebih memperhatikan kondisi dari para mahasiswa, terutama pada kebijakan kartu kuota untuk mahasiswa yang berada di wilayah pelosok.

Kebijakan kartu kuota bisa digantikan dengan bantuan kuota langsung sesuai dengan kartu yang digunakan mahasiswa dan disesuaikan dengan daerah domisili setiap mahasiswa tersebut. Dengan pendataan yang dikolektif oleh masing-masing bagian kemahasiswaan setiap fakultas.

Hal ini akan dirasa lebih efektif karena mahasiswa tidak harus melakukan registrasi kartu terlebih dahulu, dan tidak harus beradaptasi dengan kartu baru yang belum tentu cocok dengan jaringan yang ada didaerahnya, sehingga akan memudahkan mahasiswa dalam melakukan pembelajaran daring. (Mg.Wardah/Nada/SiGMA)

Geger Banten Kembali Gelar Aksi Tolak Omnibus Law

0

Serang, lpmsigma.com | Puluhan Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Geger Banten kembali melakukan aksi unjuk rasa menolak Undang-undang Omnibus Law di Alun-alun Kota Serang, Selasa (10/11).

Humas Aliansi Geger Banten, Mohammad Ishak Paokuma menuturkan, aksi ini sebagai bentuk  terhadap penolakan atas sikap Pemerintah  yang telah mengesahkan Undang-Undang  Omnibus Law, sekaligus refleksi hari pahlawan.

“Hari pahlawan ini menjadi momentum untuk melakukan refleksi bagaimana kita mengenang para pahlawan yang berjuang untuk Indonesia,” tuturnya.

Ia juga menjelaskan, aksi ini dilatarbelakangi karena hari ini bertepatan dengan hari pahlawan serta membuat tagar #mositidakpercaya terhadap pemerintah ini dilakukan karena kita tidak mempercayai Institusional Indonesia,

Ia juga menganggap, pemerintah kurang memperhatikan akibat yang ditimbulkan dari Undang-Undang Cipta Kerja yang berimbas buruk terhadap kaum pekerja buruh

 “Pemerintah tidak memikirkan dampak dari di sahkannya Undang-Undang (UU) No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang membuat resah para pekerja buruh,” tutur Ishak, sapaan akrabnya.

Senada dengan Ishak, Sekertaris Jendral Sekolah Mahasiswa Progresif  (SEMPRO) Ihsan Kamil menyampaikan bahwa dampak dari di sahkannya UU cipta kerja terdapat pada pasal 127 ayat 3 tentang hak guna usaha (HGU).

“Sebelum disahkan nya hak guna usaha korporasi itu hanya 75 tahun tapi setelah disahkannya UU Cipta Kerja ditambah menjadi 90 tahun,” ucapnya

Ihsan Kamil menjelaskan,  banyaknya mahasiswa yang berasal dari anak seorang buruh, dimana jika tidak digagalkannya UU Cipta Kerja ini membuat pengaruh perekonomian Indonesia menjadi tidak baik sebab  hak pengelolaan dapat  dikonversi menjadi Hak Guna Usaha (HGU)  bagi kepentingan pemodal.

“Sebenarnya kita sudah susah sejak dulu, mayoritas masyarakat indonesia memiliki sumber penghasilan rendah dan ini dampak dari HGU. Upaya menggagalkan Omnibus Law ini agar kita tidak susah ke depannya,” jelasnya. [Mg. Munawaroh-Ahmad Baidoi/Dani/SiGMA]

Antusias Masyarakat Lihat Pameran Artefak Peninggalan Nabi Muhammad

0
Jenggot Rasulullah SAW. di Pameran Artefak YAN Banten

Serang, lpmsigma.com | Antusiasme masyarakat Banten dalam pameran artefak Nabi Muhammad SAW. Sangat besar. Pameran yang dibuka sejak tgl 1 November ini terhitung sudah dihadiri oleh ratusan pengunjung. Pameran tersebut diselenggarakan Di Yayasan Anak Negeri (YAN) Banten yang terletak di Kelurahan Pancur, Kecamatan Taktakan Kota Serang.

Ranti salah satu pengunjung asal Tangerang mengatakan, ia sangat senang menghadiri pameran tersebut. Menurutnya, selain dapat menambah pengetahuan terhadap sejarah, tapi juga dapat menambahkan kecintaan dan keyakinan terhadap Nabi Muhammad SAW.  “Acara ini bagus sekali, kita tidak perlu jauh-jauh ke Mekkah untuk melihat artefak Nabi Muhammad SAW,” Ujarnya. Selasa (10/11).

Hal tersebut senada dengan ucapan Fahmi selaku ketua Pelaksana Pameran tersebut, Tujuan di adakan nya pameran ini, sebenarnya termasuk rangkaian memperingati hari besar Islam, dan juga untuk meningkatkan rasa cinta serta keyakinan Masayarakat Banten terhadap Nabi Muhammad SAW.

Argi selaku pengurus artefak peninggalan Rasul menjelaskan, beberapa artefak yang ditampilkan adalah janggut, kiswah, kantong air yang sering dibawa jika Rasul melakukan perjalanan. Selain itu, terdapat juga artefak peninggalan sahabat Rasul, yaitu pedang Khalid Ibn Al- Walid, dan juga bongkahan dinding Ka’bah.

Barang-barang tersebut sudah mendapat sertifikasi dari yang berwenang. Sehingga tidak sembarangan orang diperbolehkan menyentuh artefak tersebut, karena akan meninggalkan sidik jari. “Karena jika sering dipegang akan meninggalkan sidik jari dan susah dibersihkan,” katanya kepada kru. [Mg. Shovi-Alya/Mey/SiGMA].

Mahasiswa Nilai UU Cipta Kerja Tidak Transparan

0

Serang, lpmsigma.com | Kebijakan Pemerintah terkait Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang bertujuan untuk meningkatkan Investasi, dinilai tidak transparan. Sehingga publik tidak mengetahui inti dari Undang-Undang tersebut.
.
Hal itu disampaikan oleh Ikhsan Kamil selaku Sekretaris Jendral Sekolah Mahasiswa Progresif (SEMPRO) dalam acara Dialog Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, melalui Zoom meeting. Minggu, (8/11).
.
Menurutnya, pemerintah seharusnya belajar dari sejarah bahwa pergerakan untuk investasi itu tidak maksimal. Terlebih pada saat Rancangan UU Cipta Kerja disampaikan, sudah sering dilakukan penolakan oleh para Buruh dan juga Mahasiswa se-Indonesia.

“Gerakan atau penyampaian lewat aksi demo sudah dilakukan berulang kali.” Ketidakhadiran petinggi negara saat menanggapi aksi demonstrasi membuktikan bahwa RUU Cipta Kerja sudah menunjukkan satu watak kebijakan politik,” tegasnya.
.
Senada dengan Ikhsan Kamil, Wakil Ketua DEMA UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Fauzan menilai RUU Cipta Kerja tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan No. 17 Tahun 2011 terkait Intelijen Negara.
.
“Undang-undang No.10 secara formil dan imateril yang tak sesuai perpu No.17 tahun 2011, yang mana jauh dari sikap demokratis serta kurangnya partisipasi publik,” terangnya.
.
Selanjutnya ia menambahkan, adanya rancangan yang bermasalah pada pasal 10 pada paragraf ke dua, dinilai memotong kebijakan pemerintah daerah. [Mg.Nadia-Mg.Doi/Nada/SiGMA]