Serang, lpmsigma.com | Presiden Joko Widodo resmi teken Undang-Undang (UU) Cipta Kerja pada Senin, (2/11/2020) lalu. Pemerintah menyiapkan aturan turunan berupa 35 Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Presiden (Perpres).
Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang diwakili oleh 9 orang turut hadir dalam dialog dengan Staf Khusus Presiden dari kalangan milenial Aminuddin Ma’ruf di Kompleks Istana Kepresidenan, membahas terkait UU Cipta Kerja. Jakarta, Jumat (6/11/2020).
Usai pertemuan, Ongky Fachrur Rozie selaku Koordinator Pusat DEMA PTKIN se-Indonesia mengatakan kalau mereka tidak sepenuhnya menolak UU Cipta Kerja, tetapi memberikan catatan tentang UU tersebut.
“Kami tidak menolak keseluruhan undang-undang ini, namun ada sejumlah pasal dan klaster yang perlu kami kritisi. DEMA PTKIN juga menolak Pasal 10 paragraf 2 tentang kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang yang terdapat dalam BAB 3 tentang peningkatan ekosistem dan kegiatan berusaha (klaster administrasi pemerintahan),” katanya, dilansir dari Tempo.co.
Turut juga hadir dalam kesempatan pertemuan tersebut, Dema UIN Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten yang diwakili oleh Wakil Dema-U Fauzan, ia mengatakan bahwa pihak Dema lah yang meminta untuk berdialog mengenai UU Cipta Kerja tersebut. “Harus di verifikasi bahwa Dema PTKIN tidak di undang Staf Khusus Presiden atau pun Kementrian mana pun. kami yang mengirim surat untuk bisa berdialog dengan mereka,” ujarnya, Sabtu (7/11/2020).
Fauzan menerangkan bahwa dialog tersebut adalah penyampaian hasil kajian dari Dema PTKIN kepada Staf Khusus. Ia berharap presiden mengeluarkan Perpu walaupun memang kemungkinannya kecil.
“Memang kami sedikit kecewa tidak langsung bertemu dengan presiden. Karena, STAFSUS tidak langsung bisa menjawab secara langsung dengan apa yang kami catat sebagai kritisan” terangnya.
Fauzan menjelaskan tidak ada tawaran sama sekali kepada Dema PTKIN untuk posisi jabatan sebagai staf khusus milenial ” saya jamin tidak ada pembicaraan ke arah sana. selanjutnya kami akan membawa UU ini ke MK” tutupnya.
Namun disamping itu, Muhammad Ihsan Kamil Sekjen Sekolah Mahasiswa Progresif (Sempro) ia menilai bahwa “Aksi-aksi pemogokan nasional buat nolak omnibuslaw selain buruh yang turun di kawasan-kawasan industri, banyak juga kaum muda dari pelajar, mahasiswa, pengangguran yang tumpah ruah turun ke jalan, Nah pertemuan itu memperlihatkan kalau negara butuh legitimasi kalau mereka sudah memfasilitasi kaum muda bersuara terkait omnibuslaw. Padahal kenyataan dilapangan, banyak anak-anak muda yg turun aksi justru di represi dan di kriminalisasi,” jelasnya.
Kamil menjelaskan Kalau pertemuan dema PTKIN dengann stafsus presiden pada akhirnya hanya melemahkan gerakan pemuda mahasiswa dalam penolakan omnibuslaw cipta kerja, artinya memang benar ada pengkhianatan. Kalau sudah ada pengkhianatan, benar adanya kalo DEMA PTKIN sudah tidak relevan, dan wajib dibubarkan.
Delegasi yang hadir adalah Ongky Fachrur Rozie Koordinator Pusat DEMA PTKIN yang berasal dari UIN Sunan Ampel Surabaya, Fatimah Presiden Mahasiswa IAIN Samarinda, Ahmad Rifaldi Presiden Mahasiswa UIN Sunan Kaligaja Yogyakarta, Ahmad Aidil Fahri Presiden Mahasiswa DEMA UIN Alauddin Makasar, M. Munif Presiden Mahasiswa IAIN Lampung, Mahfud Presiden Mahasiswa IAIN FM Papua, M. Fauzan dari UIN Banten, Rubait Burhan Presiden Mahasiswa UIN Semarang, dan Aden Farih Presiden Mahasiswa UIN Malang.
Menyambut bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW yakni bulan robiul awal (dalam kalender Islam), merupakan salah satu momen yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di dunia. Setiap memasuki bulan tersebut,umat muslim akan berbondong-bondong untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad karena dianggap momen sakral untuk menilik ulang sejarah perjuangan Rasulullah SAW.
Di berbagai wilayah, umat muslim dalam menyambut kelahiran Rosulullah SAW bermacam-macam, salah satunya di wilayah Provinsi Banten, masyarakatnya memeriahkan kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan cara mengadakan perayaan panjang maulid.
Panjang maulid merupakan tradisi perayaan keagamaan (maulid Nabi) khas dari masyarakat Banten khusunya Kota Serang. Panjang diartikan sebagai miniatur yang dibuat dari rangkaian bambu ataupun kayu, sehingga berbentuk bangunan atau yang lainnya. sedangkan maulid berasal dari kata walida yang berarti “kelahiran”.
Konon, sebagian besar masyarakat kota Serang meyakini bahwa dengan membuat panjang maulid sama dengan bersedekah, karena pada akhir acara isi panjang (miniatur yang dihias) yang bermacam-macam itu akan dibagikan pada banyak orang. Tidak heran jika banyak masyarakat yang membuat panjang hingga menghabiskan puluhan juta rupiah, karena mereka meyakini rezeki yang dikeluarkan atau disedekahkan akan kembali dengan jumlah lebih besar.
Hal yang menarik dalam pembuatan Panjang, biasanya masyarakat membuat kreatifitas berupa miniatur kapal, masjid, ka’bah, dan lain-lain. Namun dari pembuatan Panjang maulid ini, ada juga yang membuat miniatur menyerupai bentuk makhluk bernyawa seperti manusia, hewan, siluman dan lain sebagainya. Hal ini membuat banyak pertanyaan di kalangan masyarakat luas, apakah pembuatan miniatur tersebut dalam perayaan Maulid Nabi diperbolehkan?
Menurut pandangan berbagai ulama, pembuatan panjang diperbolehkan selama tidak menyimpang dari syariat Islam. Dalam hal ini, salah satu tokoh agama di daerah Serang, Yunus ikut menanggapi ihwal pembuatan Panjang yang menyerupai makhluk bernyawa.
“Sebenarnya benda apapun yang dibentuk menyerupai makhluk bernyawa hukumnya adalah haram, karena kalau begitu apa bedanya dengan umat yang membuat patung berhala kemudian di sembah,” ucapnya. (06/11)
Pendapat Para Ulama 4 Madzhab Mengenai Tradisi Perayaan Maulid
Hukum melaksanakan maulid nabi mendapatkan berbagai pandangan dari berbagai kalangan ulama, disini penulis akan merangkum beberapa pendapat ulama’ dari 4 madzhab mengenai tradisi tahunan tersebut.
Al-Imam al-Suyuthi dari kalangan ulama’ Syafi’iyyah mengatakan:
“Perayaan maulid termasuk bid’ah hasanah, pelakunya mendapat pahala. Sebab di dalamnya terdapat sisi mengagungkan derajat Nabi SAW dan menampakan kegembiraan dengan waktu dilahirkannya Rasulullah SAW”.
Dari kalangan Hanafiyyah, Syaikh Ibnu ‘Abidin mengatakan:
“Ketahuilah bahwa salah satu bid’ah yang terpuji adalah perayaan maulid Nabi pada bulan dilahirkan Rasulullah Muhammad SAW.
Al-Imam Ibnu al-Haj ulama’ dari kalangan madzhab Maliki mengatakan:
“Tidaklah suatu rumah atau tempat yang di dalamnya dibacakan maulid Nabi SAW, kecuali malaikat mengelilingi penghuni tempat tersebut dan Allah memberi mereka limpahan rahmat dan keridhoan”.
Al-Imam Ibnu Taimiyyah dari kalangan madzhab Hambali mengatakan :
“Mengagungkan maulid Nabi dan menjadikannya sebagai hari raya telah dilakukan oleh sebagian manusia dan mereka mendapat pahala besar atas tradisi tersebut, karena niat baiknya dan karena telah mengagungkan Rasulullah Saw”.
Penjelasan disarikan dari Syekh Yusuf Khathar Muhammad, al-Mausu’ah al-Yusufiyyah, juz. 1, halaman 407.
Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi merayakan maulid Nabi SAW merupakan bid’ah hasanah (disunahkan), meski tidak pernah dilakukan pada zaman Nabi SAW, karena di dalamnya terdapat sisi mengagungkan dan kecintaan kepada Rasulullah SAW.
Selain itu, didalam peringatan maulid Nabi terdapat kegiatan memberi makan orang yang membutuhkan tanpa didasari perbuatan berdosa. Kegiatan semacam ini termasuk salah satu amalan kebaikan. (Mg.Febi/Dani/SiGMA)
Serang, lpmsigma.com | Sukimo atau akrab disapa Bapak Cimol tampak sedang asik menggoreng cimol pada wajan yang cukup besar, selain cimol ia juga kerap menjual otak-otak dan kentang goreng, tempatnya di kantin kampus I Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten.
Dengan ditemani beberapa pedagang yang lain, ia terlihat masih bersemangat meski umurnya sudah terbilang tidak lagi muda, selama 15 tahun ia menekuni profesinya dan datang setiap pagi ke kampus lalu mempersiapkan dagangannya.
“Setiap pagi saya kesini, sudah sekitar 15 tahun, dari mahasiswa UIN masih bisa di hitung jari sampai rame seperti ini,” tutur Sukimo kepada calon kru LPM SiGMA, Kamis (05/11).
Sukimo yang berumur 50 tahun ini mengaku mengalami penurunan omset, sebelum pandemi ia bisa memperoleh sekitar Rp. 1.000.000 dalam sehari, namun setelah pandemi ini penghasilannya turun drastis, hanya sekitar Rp. 300.000 dan itupun kadang-kadang.
“Kalo lagi gak covid penghasilan kotor itu sekitar satu juta, kalo lagi covid paling tiga ratus, kan mahasiswanya sedikit,” imbuhnya.
Sebelum UIN SMH Banten ini ramai, dengan mudah para pedagang bisa keluar masuk area kampus, akan tetapi ketika perkembangannya semakin membaik dan ramai semuanya menjadi sedikit di persulit, pedagang juga harus membayar tempat dan mendapatkan izin dari pihak kampus.
“Dulu gratis karena sepi pedagang, kalo udah rame gini ya bayar, izin juga,” ujar Bapak Cimol.
Saat ditanya mengenai kelakuan mahasiswa, Sukimo mengatakan, ia tidak pernah di tipu oleh mahasiswa, meskipun mahasiswa lupa untuk membayar, keesokan harinya mahasiswa itu akan datang kembali dan membayarnya sesuai dengan makanan yang ia ambil.
“Gak pernah, ini kan anak Mahasiswa, UIN lagi. Jadi kalo mereka lupa bayar besoknya datang lagi dan bayar sesuai dengan yang dia ambil,” tegasnya.
Sebagai seorang pedagang, Sukimo juga kerap mendapatkan suka duka, ia kerap bahagia saat jualannya habis terjual dan ia juga kerap bersedih saat perkuliahan libur karena ia tidak dapat penghasilan, namun itu bisa menjadi waktu untuk ia istirahat.
“Sukanya kalo lagi laku, dukanya kalo lagi libur, harus tutup, kan bukan pegawai negeri yang kalo libur berpenghasilan,” ujarnya sambil melayani beberapa pembeli.
Selain itu, Sukimo juga memberi saran untuk mahasiswa UIN, ia kerap mendoakan para mahasiswa semoga sukses dimasa yang akan datang.
“Mudah-mudahan semua mahasiswa sukses di pendidikannya,” saran Sukimo.
Ade Hikmah, Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-qur’an dan Hadits (IAT) Semester Sembilan mengatakan bahwa hadirnya pedagang kentang di area kampus membantu mahasiswa yang sedang kelaparan. “Kehadirannya membantu yang kelaparan, kadang kan kita bukan hanya ingin makan nasi aja, tapi juga ngemil,” ujarnya. [Mg. Zara/DM/SiGMA].
Serang, lpmsigma.com | Pidato kontroversial Presiden Prancis Emanuel Marcon di Les Maureaux beberapa waktu lalu yang menunjuk umat Islam sebagai agama dalam krisis, menimbulkan amarah dari kaum Muslim di seluruh dunia, karena dianggap melecehkan umat Islam.
Dalam hal ini Forum Persaudaraan Umat Islam Banten (FPUIB) menggelar aksi bela Islam di Alun-Alun Kota Serang, sebagai bentuk kecaman terhadap pidato yang disampaikan oleh Presiden Prancis tersebut.
Pimpinan pondok pesantren Darussalam, Jawari mengatakan, aksi ini diikuti perkiraan sebanyakan 2.000 massa dari Kabupaten/Kota Serang. Ia meminta kepada pemerintah daerah untuk mengeluarkan kebijakan guna memboikot produk asal Negara Perancis.
“Aksi ini dilakukan sebagai kecaman atas statement yang dikeluarkan oleh presiden prancis yang menghina umat Islam dan meminta kepada pemerintah daerah untuk membikot produk prancis,” tegasnya Rabu, (04/11)
Sudah sepatutnya, lanjut Jawari, semua lapisan umat muslim baik dari pemerentihan, apparat kepolisan, dan aparatur sipil negara (ASN) harus mengecam presiden prancis dan memboikot produk prancis.
“Jadi, warga manapun yang merasa muslim, baik itu aparat pemerintahan atau pun masyarakat sipil kalau agamanya dihina tidak marah kita patut pertanyakan keimanannya,” pungkasnya
Aksi yang berlangsung dari pukul 1 siang hingga 4 sore ini berlangsung damai. [Uqel/Agan/SiGMA]
Serang, lpmsigma.com – Setelah keluarnya Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 361 tahun 2020, tentang tugas pedoman program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah pada Perguruan Tinggi Keagamaan, yang mewajibkan perguruan tinggi melakukan pembinaan akademik dan non akademik kepada mahasiswa penerima KIP Kuliah, Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten menggagas kampung santri dilingkungan Ciceri Jaya, Sumur Pecung.
Ketua Pelaksana Kampung Santri Tatu Raudhatul Hasanah mengatakan, adanya program kampung santri merupakan respon terhadap KMA Nomor 361 tahun 2020 dan jawaban atas keresahan para Wakil Dekan III bidang kemahasiswaan ihwal pemerataan pembinaan non akademik mahasiswa.
“Program ini jawaban atas keresahan para Wadek dan respon terkait keputusan menteri agama,” ujar Tatu, panggilan akrabnya. Rabu (04/11)
Tatu juga menuturkan, akan ada sebelas asrama kampung santri yang bekerjasama langsung dengan pemilik kost dilingkungan Ciceri. Selain itu, 105 peserta santriwati yang sudah mendaftar pun dibebaskan dalam pemilihan tempat asrama sesuai kemampuan, karena fasilitas dan harga sewa kost berbeda.
“Kita bekerja sama langsung dengan pemilik kost dan membebaskan santriwati memilih asrama sesuai kemampuan,”tuturnya.
Senada dengan Tatu, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Efi Syarifudin, merespon terkait hadirnya program kampung santri. Ia mengatakan, kampung santri sebagai inovasi positif membangun komunitas mahasiswa Islam yang berbaur langsung dengan masyarakat.
“Sangat menarik dengan pengajaran yang tematis untuk memperkuat bidang akademik para santri,” respon Efi kepada Kru magang SiGMA.
Serang, lpmsigma.com | Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten mengaku kecewa lantaran Gubernur Banten Wahidin Halim dan Walikota Serang Syafruddin batal hadir dalam acara Seminar Pendidikan.
Kekecewaan disampaikan langsung Ketua DEMA Universitas Ade Riyad saat diwawancarai kru magang SiGMA, Rabu (04/11).
“Mereka itu Gubernur dan Wali Kota sudah mengabari saya dari jauh-jauh hari, tapi entah kenapa hari ini pada ngebatalin,” ucapnya.
Seminar terbuka yang semestinya dihadiri oleh tiga pemateri dari Gubernur Banten, Wali Kota Serang dan Wakil Rektor III UIN SMH Banten, namun hanya dihadiri oleh Wakil Rektor III yakni Wawan Wahyudin. . Hal ini memicu kekecewaan dari 100 peserta yang hadir termasuk tamu undangan. . “Gubernur Banten tidak ada perwakilan dan baru ngabarin jam 10 pagi. Kalau Wali Kota Serang perwakilannya Kepala Dinas Pendidikan tapi tidak ada kabar juga,” ujar Ade Riyad saat diwawancarai kru magang SiGMA di Aula Sedzeli Hasan. . Ditempat yang sama, Ketua Pelaksana Sobirin juga ikut menanggapi terkait ketidakhadiran para pemantik luar. . “Tadinya acaranya tanggal 28 Oktober, tapi ini diundur jadi tanggal 4, karena adanya cuti bersama. Selain itu belum adanya kesiapan dari DEMA-U. Niatnya sih acara ini mau di adakan lagi, karena kan kita liat pendidikan di Banten kurang memadai,” tuturnya.
Serang, lpmsigma.com | Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Wawan Wahyudin mengatakan, ada beberapa tantangan dalam melaksanakan pembelajaran dimasa pandemi. Akan tetapi tantangan harus dijadikan peluang untuk sebuah perubahan. . Hal tersebut disampaikan dalam acara diskusi publik yang diselenggarakan oleh Dewan Mahasiswa Universitas (Dema-U) UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten di Aula Sadzeli Hasan Lt.2, Rabu (4/11). . “Tantangan adalah peluang untuk sebuah perubahan. Jadi santai saja, apapun yang terjadi pasti Terjadilah,” Ujarnya. . Menurutnya Indonesia ini Negara yang sangat luas, untuk menerapkan sistem pendidikan daring tidaklah mudah. Tantangan pertama dalam pembelajaran daring adalah terbatasnya akses internet dibeberapa wilayah di Indonesia.
“Jangankan internet, masih ada daerah di Indonesia yang listrik saja belum tersentuh, hal ini menjadikan pendidikan secara daring menjadi tidak maksimal,” Imbuhnya.
Disamping itu, minimnya fasilitas yang dimiliki siswa menjadi kendala utama dalam proses pembelajaran Dalam Jaringan (Daring). . “Kendala dalam pembelajaran daring tak hanya dari tugas dan pekerjaaan rumah yang membebani siswa. Masih banyak siswa yang tidak memiliki handphone,” Tuturnya. . Senada dengan Warek III, Wakil Ketua Dewan Mahasiswa Fakultas (DEMA-F) Tarbiyah dan Keguruan Fara Apriyanti menyatakan, Tantangan dalam proses pembelajaran secara Daring terbatasnya gawai yang dimiliki Guru dan siswa. . “Tantangan dalam melaksanakan pembelajaran secara daring, masih banyak guru dan siswa yang mempunyai keterbatasan dari sisi akses internet maupun pemanfaatan gawai yang dimiliki. Kemandirian siswa dalam belajar dirumah pun tidak sepenuhnya dilakukan dengan baik,” Terangnya. . Selanjutnya, ia memberikan apresiasi kepada DEMA-U yang telah memfasilitasi ruang untuk berdiskusi. Semoga dilain waktu kita dapat berdiskusi langsung dengan Gubernur Banten dan Walikota Serang. [Mg. Zahra/Nada/SiGMA]
Sohibudin Ardiansyah (20), sosok laki-laki yang bertempat tinggal di Desa Malangsari, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, Banten, sejak kecil ia sudah dididik keagamaan oleh orangtuanya. Hingga, ia memperoleh banyak kejuaran di tinggkat Provinsi. Pada tahun 2020 ini Bray panggilan akrabnya, dalam Lomba Qiroatul Kutub MTQ Provinsi Banten, ia berhasil mendapat Juara Ke-2. Qiroatul Kutub merupakan pelajaran yang mengajarkan bagaimana seorang murid bisa membaca kitab gundul.
Tentu dalam memperoleh itu semua pasti melalui proses yang panjang. Berawal sejak tahun 20.. tepatnya kelas 4 Sekolah Dasar (SD), ia sudah memasuki Pondok Pesantren RiyadhulMubtadiin yang bertempat di Cipanas, Lebak, Banten. Bahkan hingga saat ini ia menjadi Mahasiswa di Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten, SohibudinMasih berada di lingkungan Pondok Pesantren.
Sohibudin mempunyai hobi membaca kitab-kitab kuning untuk menambah wawasan hukum dan melatih diri tentang penerapan Ilmu Nahwu Shorof pada kitab. Ketika waktu luang ia sering mengisinya dengan berbagai kegiatan positif, namun kebanyakan waktu luangnya disempatkan untuk Muroja’ah kitab-kitab Nahwu Shorof seperti Hijrijurumiyah, Nadzhom maksud, Aliyah dan Ibnu Malik. Ia mempunyai prinsip seperti hadist nabi yaitu “uthlubul ilma minal mahdi ilal lahdi” tunggulah ilmu dari mulai buaian hingga kelianglahat. “saya selalu niatkan untuk berjihad dan berbagi ilmu dengan yang lain tanpa ada dalam hati niat untuk mengungguli orang lain” ungkapnya.
Perjalanan Karir
Sohibudin memulai karir kitabnya ketika kelas 2 Madrasah Tsanawiyah (MTS) yang setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP), ia pernah mengikuti lomba tingkat Kecamatan yang berada di daerah Lebak. “saya pernah ikut lomba tingkat kecamatan di daerah saya ketika kelas 2 MTS dengan kitab Riyadhul Badiah dan mendapatkan juara pertama, pokonya setiap tahun selalu ikut event QiroatulKutub” Jelas Sohibudin, dalam wawancara melalui whatsapp, rabu, 4 november 2020.
Kejuaran lain yang berhasil Sohibudin raih yaitu, lomba Kompetisi Sains Madrasah (KSM) yang diadakan oleh Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Lebak Rangkasbitung pada tahun 2017 dan mendapatkan Juara Ketiga, Selanjutnya KSM yang diadakan di MAN 2 Lebak, Tingkat Kabupaten yang ada di Bayah pada tahun 2018. Puncaknya ia mendapatkan Juara Pertama yaitu ditingkat provinsi pada tahun 2018 yang diadakan di MAN 1 Kabupaten Serang.
Ketika ingin berproses raihlah proses itu secara tinggi, raihlah impian secara tinggi supaya kita itu semangat untuk meraihnya. Dan yang terpenting ketika kita berproses, jika kita sudah mencapai impian kita hilangkan rasa ingin dan hilangkan rasa akan dalam artian jangan menjadi orang yang perasa namun tetap rendahkan hati rendahkan diri. Jangan merasa semuanya itu milik kita, jangan merasa kita itu yang paling pintar, jangan merasa kita yang paling segalanya. Ketika ingin meraih sesuatu raihlah dengan rasa ikhlas penuh dengan ketawaduan niscaya Insyaallah impian kita akan tercapai. [Mg.Tya/SiGMA]
Siang ini akan menjadi hari yang bersejarah dalam hidup seorang gadis yang bernama Sicilia, ia Mahasiswa di salah satu Universitas yang ada di Indonesia.
“Sic, kantin yuk!” Ajak Mira teman dekatnya.
“Duluan Mir, gua ada urusan bentar,” jawabnya cepat.
“Mau kemana lu?” Tanya Mira.
“Kebelet,” jawab Sicilia asal.
“Kebelet pipis apa nikah?” celetuk Risa yang sendari tadi berdiri di ambang pintu menunggu teman-temannya.
“Dua-duanya oke, biar jadi paket komplit, enak,” jawab Sicila terkekeh.
“Bener nih ditinggal?” Mira memastikan.
“Iya Mir, sorry ya!”
Setelah pundak temannya tak terlihat lagi Sicila segera keluar kelas, hari ini ia akan bertemu dengan orang yang selama ini ia cintai.
“Sic,” satu pesan mendarat dari On-Gia.
“Iya bentar lagi dijalan,” balasnya cepat.
“Takutnya kamu amnesia atau phobia.” Sicilia tersenyum saat membaca jawaban pesan dari On-Gia “Tidak akan mungkin, Gi,” gumanya dalam hati.
Ia sedikit berlari karena tak sabar akan perjumpaan langka itu, sampai-sampai ia menabrak salah satu mahasiswa,”Bruuu….k.”
“Eh sorry!!” Ucap Sicilia kelapakan.
“Kalo jalan pake mata dong!!” Lelaki berkacamata itu menatap tajam ke arah Sicilia.
“Iya maaf ya, mataku sudah buta karenanya, hehe…” Sicilia berkata pelan seperti berbisik pada dirinya sendiri, tapi ternyata suaranya tetap terdengar oleh pemilik buku itu.
“Udah salah, ngebucin lagi,” bentaknya.
“Eeeee… beneran maaf banget, aku gak sengaja, serius!”Ucap Sicilia, ia menempelkan kedua tangannya seperti orang yang sedang memohon.
Dengan cepat, Sicilia mengumpulkan buku-buku yang beserakan di lantai lalu memberikan buku itu pada lelaki yang berdiri mematung di hadapannya. Sicilia tersenyum kecut dan meninggalkan lelaki itu, ia tetap berlari sambil mengangkat jari telunjuk dan tengah dengan menggambarkan huruf V dalam arti mengajak damai.
Setelah menuruni puluhan anak tangga karena lift sedang bermasalah, lalu menerbos beberapa lorong bangunan akhirnya ia sampai di Taman Belakang Kampus (TBP), tempat favorit lelaki yang akan ia temui karena TBP tempat paling aman untuk mengasingkan diri dari hiruk pikuknya dunia kampus. Sicilia gugup saat ia yakin bahwa lelaki itu benar-benar manusia yang selama ini ia cintai. Ia diam sejenak, menarik nafas dalam-dalam lalu menatap lelaki itu dari kejuhan, hati Sicilia bagaikan drumband yang sedang di pukul dag dig dug, detak jantungnya pun tak teratur. Ketika kekuatannya sudah terkumpul, iamelangkahkan kaki mendekati seorang lelaki yang sedang duduk dengan beberapa judul buku.
“Hey, selamat….” Sicila belum selesai merangkai kalimat yang akan di ucapkan, namun lelaki yang berambut ikal itu dengan cepat melanjutkan kalimatnya.
“….Selamat datang,” sambung Gian, Sicilia tersipu malu.
“Gimana kabarnya?” Tanya Sicilia.
“Duduk aja belum udah nanya kabar, rajin banget,” ucap Gian tanpa memandang ke arah Sicilia.
“Ah dasar Gian selalu saja aneh,” Sicilia menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya tepat saat ia duduk di samping Gian. “Kenapa kamu selalu aneh, Gi?” tanyanya.
“Kenapa aku harus gak aneh, Sic?” bukannya menjawab, Gian malah balik bertanya membuat Sicila salah tingkah dibuatnya.
“Tuhan, jika pertemuan ini hanya akan membuat rumit pikiran dan hidupku dengan semua perkataan dan tingkah laku Gian, lebih baik aku tak di pertemukan meskipun rindu ini nyata adanya,” Sicilia tertunduk, bergumandalam hati.
Saat Gian menyadari Sicilia diam, akhirnya ia pun menjawab dengan nada bicara yang datar seperti memberi penjelasan “Sic, kalo gak aneh bukan aku.”
“Kalo bukan kamu berarti gak aneh,” timpal Sicilia.
“Nah, itu tahu,” jelas Gian.
Siang itu cuaca sangat bagus, langit biru yang dihiasi dengan gumpalan awan nan indah semakin mempercantik keadaan alam. Dua makhluk ciptaan Tuhan terdiam, keduanya pura-pura fokus dengan buku yang kini mereka baca. Raga mereka memang sedang berdampingan namun pikirannya nan jauh disana menjelajahi dunia masing-masing. Sicilia dihantui bayangkan masa lalu, Gian membayangkan kehidupan di masa depan.
“Gi,” ucap Sicila pelan, matanya masih tertuju pada buku.
“Aku disini,” jawab Gian sama pelannya.
“Tumben….” Sicilia seperti ingin mengatakan sesuatu.
”Kenapa?” tanya Gian, sedikit memalingkan wajah pada Sicilia.
”Es batunya udah meleleh ya, Gi?” Sicilia bertanya dengan sangat hati-hati.
“Mugkin iya, mungkin enggak,” jelas Gian.
“Oh, gitu,” Sicilia mengangguk-angguk. Anggukan menghargai meski sejujurnya itu tanda tak faham.
Semesta kembali sunyi, mengajak mereka diam. Diam-diam Gian memperhatikan rambut Sicilia yang sesekali terterpa angin. “Dia, tak cantik!” tegas Gian dalam hati.Diam-diam juga Sicilia berguman “Gian, am under your spell.”
“Sudah jam satu, Sic.” Gian yang sendari tadi diam berupaya membuyarkan lamunan Sicilia, sekaligus mengingatkan.
“Iya, aku punya jam kok,” jawab Sicila sambil memperlihatkan jam perak yang ia kenakan di tangan kanannya.
“Mau masuk?” tanyanya.
“Apa lanjut ngobrol?” Sicilia balik bertanya dengan santai.
“Wah… udah berani bolos ya,” ucap Gian terkekeh.
“Diajarin kamu,” Sicilia membela.
“Perempuan selalu benar,” sindir Gian yang pandangannya kembali berpura-pura fokus pada buku yang tebalnya sekitar 500 halaman itu.
“Bagi para lelaki yang kehabisan akal,” Sicila menimpali sindiran Gian.
“Nyindir?” tanya Gian.
“Kamu merasa?” Sicilia tak kehabisan kata untuk menyekak perkataan Gian.
Gian diam, Sicilia juga sama, hening dalam keramaian. Mereka tidak tahu keheningan itu pertanda kebahagiaan atau malah salah satu cara menyapa kesedihan. Mahasiswa satu persatu kembali ke kelasnya masing-masing. Hanya tersisa mereka berdua di taman belakang perpustakaan.
“Sic, kenapa kamu mau diajak ketemu?” tanya Gian tiba-tiba.
“Kenapa kamu malah ngajak? Timpal Sicilia.
“Kamu sekarang suka membalik-balikan ya.” Gian terkekeh.
“Asal tidak membalikan perasaan pada tempat yang salah, hahaha…” Sicilia tertawa lepas, seakan dia puas dengan apa yang telah ia ucapkan.
“Dasar bucin, kebanyakan makan micin,” Kata Gian sambil tersenyum kecut.
“Dari dulu dong,” jawab Sicilia bangga, namun ia langsung diam saat sadar suaranya begitu keras.
“Dulu, aku gak tau kalo dulu,” sanggah Gian.
“Iya, hanya aku dan Tuhan yang tau,” Sicilia menimpali.
#DULU
Empat tahun lalu, di pusat kota, di salah satu SMA terkenal, Sicilia melanjutkan Sekolah. Meski hanya SMA dan terdengar biasa saja tapi banyak sekali siswa pendatang yang berjodoh dengan sekolah itu, tak terkecuali dengan Gian. Lelaki unik dan cenderung aneh, ia hobi menghabiskan waktunya dengan memikirkan dan melakukan sesuatu yang tidak pernah terbesit di pikiran orang lain. Terlihat sangat introvert meski aslinya ia layak disebut ekstrovert karena meskipun cover sikapnya yang pendiam, diam-diam ia seorang provokator yang mampu membuat teman-temannya tunduk. Jika sudah berbuat ulah, tak satupun mampu merendam kelakuan buruknya itu.
Pernah suatu hari ia berencana memutuskan tali yang ada pada tiang bendera, dan tak disangka idenya berhasil berkat bantuan teman-temannya. Alasannya sangat simpel, ia tak ingin ikut upacara bendera, yang menurutnya membosankan. Selain itu, ia juga pernah menentang guru Matematika bersama beberapa temannya, guru itu sangat marah dan puncaknya menangis lalu mengadu pada kepala sekolah.
Mereka semua dipanggil, Gian sebagai provokator mendapat perlakuan yang paling kasar dari kepala sekolah dan guru Matematika dengan penuh kejengkelan menatap sinis ke arahnya, lalu berkata “Gian, orang seperti kamu tidak akan sukses!” Mendengar ucapan gurunya, Gian melontarkan kata “sejak kapan kalian jadi Tuhan?” lalu ia meninggalkan tempat itu tanpa menunggu jawaban.
Keesokan paginya, Raju memberikan secarik kertas pada Gian “Rangkum buku Matematika 1 buku fulllllllllllll tanpa cacat, tanpa kelewat!!!!!!”
“Dari siapa, Ju?” tanya Gian.
“Bu, Sri,” jawab Raju, singkat.
Sepulang sekolah, tak biasanya Gian duduk di depan kelas 10, di dalam kelas sana ada bu Sri. Saat anak-anak berhamburan keluar, ia menyusup masuk dan menemui bu Sri, ia meminta maaf atas kesalahan yang telah ia perbuat. Dengan senang hati bu Sri memaafkannya.
“Bu, apa benar saya harus merangkum buku Matematika setebal itu?” tanya Gian sambil memperlihatkan buku dengan tebal sekitar 600 halaman.
“Iya, Gi,” tegas bu Sri.
”Apakah hukuman Allah untuk orang yang telah bertobat tetap sama?” tanya Gian lagi, Bu Sri cukup lama terdiam saat mendengar pertanyaan Gian yang tak pernah terbesit dipikirannya.
“Baiklah Gian, Ibu mengerti maksud kamu, silahkan kamu rangkum 1 BAB saja,” jelas bu Sri sambil terkekeh.
“Nah… begitu dong, terimakasih, bu.” Gian tersenyum, senyum yang jarang sekali diperlihatkan kepada khalayak banyak.
“Oiya Bu, jangan bilang-bilang ke yang lain kalo saya menemui ibu. ini rahasia kita, janji ya, bu!” ucap Gian dengan wajah serius, Bu Sri hanya tersenyum dan mengangguk.
“Saya pamit,” ucap Gian, menyalami dan meninggalkan Bu Sri.
“Anak aneh,” guman bu Sri sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Begitulah Gian, di hadapan semua orang ia selalu menunjukan segala keburukannya. Dengan sangat sengaja ia juga sering menentang kebijakan kepala sekolah atau beberapa guru yang tidak sependapat dengannya, seperti kasus yang tadi. Selain menemui gurunya langsung, biasanya ia juga mengirim tulisan dalam bentuk kertas yang isinya adalah sebuah kritikan, lalu ia akan menempelkannya di Mading Mamluk yang berada di area sekolah dengan menitipkan kepada siapa saja yang ia temui.
Dibalik semua kelakuan buruknya, lelaki yang terkenal pendiam itu diam-diam juga berupaya sekeras tenaga menyimpan semua kebaikan yang ia lakukan. Gian ternyata sangat rajin belajar bahkan setara dengan manusia kutu buku diluaran sana. Selain itu ia juga pandai membaca Qur’an bahkan pernah menjadi juara MTQ tingkat Provinsi. ia sering mengikuti kajian dan termasuk salah satu siswa yang sangat cerdas bahkan melebihi beberapa guru yang ada disana. Gian menguasai berbagai macam ilmu, kecuali yang berhubungan dengan hitung-hitungan.
Sikap Gian yang seperti itu jarang sekali diketahui oleh orang-orang disekitarnya, kecuali oleh mereka yang ingin mengenalnya lebih dalam, termasuk Sicilia.
Sicilia jatuh hati padanya saat ia tau jika Gian seorang kutu buku, dan Sicilia dibuat menjadi kutu buku karenanya, meski tanpa kata dan aba-aba. Kemanapun Gian pergi, buku tak pernah lepas dari genggamannya.
Suatu hari Gian ditanya oelh salah satu temannya “Gian, kenapa kamu selalu bawa buku?”
“Kenapa saya harus menjawab pertanyaan kamu?” Jawab Gian santai, membalikan pertanyaan.
Orang yang bertanya itu hanya menggelengkan kepala lalu pergi begitu saja, sepertinya ia sudah faham dengan sikap dan sifat yang melekat pada diri Gian.
Beberapa perempuan yang mengenal Gian lebih dalam akan selalu jatuh hati padanya, termasuk Sicilia yang amat terkenal sangat mencintainya. Meskipun Gian bersikap dingin, sepertinya ia akan terus yakin jika ia akan mampu mersanding dengannya.
Dimanapun, Sicilia hanya berbicara tentang kebaikan Gian, terutama pada teman sekelasnya. Entah itu benar nyatanya atau ia sulap keburukannya menjadi kebaikan.
“Sic, gak ada topik gitu selain Gian? Gian lagi, Gian terus, Gian… Gian. Gian… jangan-jangan kamu suka dia?” grutu Amey teman sebangkunya.
“Engga kok biasa aja, kenapa emang?” sanggah Sicilia.
“Sering banget gitu,” timpal Amey yang mulai terlihat kesal.
“Eh Mey, dari pada kita ngomongin kejelekan orang, lebih baik kebaikannya. Iya gak?” jawab Sicilia, menunggu persetujuan.
“Sic, kamu tau gak kalo dia sering banget dapet hukuman?” tanya Amey lagi
“Tau dong, dan kamu harus tau tidak semua yang dihukum itu salah,” Sicilia bersikukuh membela Gian.
“Dan orang yang jatuh cinta selalu dibutakan,” celetuk Lala yang tiba-tiba ikut nimbrung.
“Kamu beneran suka dia?” Tanya Amey dengan sangat polos.
“Gak, biasa aja kata aku juga, cuma dia tuh unik.”
“Mana ada maling ngaku, iya gak?” Lala semakin memojokan Sicilia, lalu mereka tertawa.
Semakin hari, perihal Sicilia mencintai Gian semakin ramai dibicarakan, bahkan sampai ke telinga beberapa guru muda. Tak sedikit orang yang dengan sengaja mengatakan hal itu langsung di depan Gian, namun ia tak pernah peduli. Gian juga tau jika beberapa guru seringsekali menyinggungnya dan ia malah menunjukan rasa kesal yang amat dalam.
Sebetulnya, Gian dan Sicilia sering chat lewat Massager, namun untuk berbincang secara langsung hanya terjadi sekitar 4-5 kali saja dalam kurun waktu 3 tahun, itu pun dalam keadaan urgent. Oleh karena itu, pertemuan hari ini sangat spesial bagi seorang Sicilia.
#Sekarang
“Gi, kamu masih ingat gak kalo dulu pernah mutusin tali di tiang bendera biar gak jadi upacara?” tanya Sicila, sedikit mengenang masa sekolahnya.
Gian terkejut, “Dari mana kamu tau?”
“Aku tau semua tentangmu,” jelas Sicilia.
“Dasar kepo,” ucap Gian, datar.
“Itu dulu, kepo itu wajar bagi mereka yang sedang dilanda ci….”
“….Cicak-cikcak di dinding,” potong Gian mengalihkan, Sicilia tertawa.
“Eh kamu sadar gak, kalo dulu kamu itu aneh?” tanyaSicilia.
“Oke masih joking nih, ya.” Ucap Sicilia dengan nada yang sedikit kesal.
“Mau serius?” tanya Gian, menatap Sicilia.
“Kenapa harus serius, kalo becanda lebih mencairkan suasana,” jawab Sicilia.
“Nah, pinter!” Gian memuji sekaligus merendahkan Sicilia.
“Gi, tapi aku beneran heran, kenapa dulu banyak perempuan yang suka sama kamu dan kamu selalu dibanggakan banyak orang sebetulnya sih oleh diriku juga. Pedahal aku tau kalo kamu biasa saja, malah cenderung brutal, kenapa, Gi?” tanya SIicilia.
“Aku lebih heran,” jawabnya simpel dan datar.
“Apalagi kalo kamu sudah menentang kepala sekolah, kadang aku tak habis pikir kenapa orang secerdas kamu bisa melakukan itu,” kini obrolan mereka mulai mencair.
“Sebetulnya aku juga heran sama kamu, kenapa setiap kali tali ditarik, kamu selalu ngulur?” Gian terkekeh.
“Karena kalo pendek gak asik,” Jawab Sicilia asal, mereka diam sejenak.
“Sicilia, aku ingin bertanya,” Ucap Gian dengan sangat serius.
“Nanya aja, feel free kok,” Sicilia mempersilahkan.
“Kenapa kalo aku narik kamu selalu ngulur?” tanya Gian dengan nada yang sangat lembut.
“Kan sudah aku jawab, kalo pendek gak asik.”
“Sicilia, aku serius!”
Lelaki yang bernama Gian itu menatap tajam ke arah Sicilia, ia menutup buku yang sendari tadi ia baca, seakan menunggu jawaban yang akan Sicila berikan. Sicilia tertunduk, ia kesal kenapa harus dalam situasi seperti ini Gian bertanya tentang hal itu. Memori tentang masa kelam kembali memenuhi pikirannya.
“Jelasin dulu maksudnya!” pinta Sicilia.
“Sic, aku tahu kamu engga bodoh,” tegas Gian, Sicilia semakin diam, terlalu sakit untuk di ingat.
“Sic, aku tanya loh,” Gian menepuk pundak Sicilia dengan buku.
“Gian, siapa yang mampu menghindar dari cinta?” Sicila balik bertanya. Namun Gian tetap diam karena ia tau Sicila akan melanjutkan perkataannya.
“Dulu, kacamataku buta akan semua keburukanmu, aku hanya memakai kacamata kebaikan tentang dirimu. Dulu aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Tapi, sekarang aku tidak begitu yakin bahwa itu adalah cinta…” Sicilia menghela nafas “…Karena dulu aku hanya ingin kamu jadi milikku, tanpa peduli kebahagiaanmu, tanpa berpikir perasaanmu. Menurutmu apa itu cinta?” tanya Sicilia.
Gian terdiam mencerna kata demi kata yang Sicilia ucapkan.
“Makasih udah mau jujur,” kata Gian sambil tersenyum.
“Jujur doang gak repot kok,” jawab Sicilia lega.
“Sicilia, mungkin ini bukan berita atau informasi penting, tapi sepertinya aku harus mengucapkan hal ini,” sepanjang yang Sicilia tau baru kali ini Gian memperlihatkan mimik sangat serius ketika akanberbicara.
“Sejak dulu, aku tau kalo kamu suka aku, temankubanyak yang ngasih kode dan tak sedikit juga yang bilang langsung. Aku peka, aku tahu bahkan aku juga faham,tapi aku selalu diam seakan telingaku tuli, seakan pandanganku buta, but actually I feel what you feel…” Gian menghela nafas panjang “…Sicilia, mungkin kamu harus tau, dulu aku punya mood sendiri yang seolah-olah aku sendiri aja gak bisa ngaturnya, sampai akhirnya aku menjauh, aku gak mau buat goresan di lembaran orang lain, apalagi terlalu dalam. Betapa sangat pecundangnya aku jika membuat goresan pada hati seorang wanita hanya karena mood dalam diriku. Sic, intinya waktu itu aku gamau kamu sakit hati karena aku,” jelas Gian.
#Dulu
Malam itu udara tak begitu dingin, tapi badan Siciliamenggigil hebat. Ia yang kala itu tinggal di kosan meminta salah satu temannya untuk datang ke kamar.
“What happen, Sic?” ucap Rere sambil membuka pintu.
“Tau nih dingin, kayanya masuk angin,” jawab Sicilia.
“Gila emang, pake acara masukin angin segala.”
“Emangnya ini mau gua, aneh lu,” Sicilia mendumel.
“Ini apaan?” Tanya Rere, mengambil selembar kertassambil sibuk mengunyah keripik.
“Kertas,” jawab Sicilia sengan malas.
“Gua juga tau kali, ya maksud gua ini kertas surat buat siapa? Kok pake tinta merah gini???” tanya Rere dengan kesal.
“Bisa baca, kan?” Singgung Sicilia.
“Dasar lu ya, lagi sakit juga masih bisa ngatain gitu.”
“Gak usah banyak tanya makanya.”
Rere sahabat kecil Sicilia. Hanya saja saat duduk di bangku SMA mereka beda kelas karena mengambil periodi yang berbeda.
“Ini gilaaaa……….” teriak Rere.
“Re, malem! Mulutmu itu gak bisa di kontrol,” Kedua tangan Sicillila menutup rapat mulut Rere yang masih mengaga.
“Sakit, boi!!” ucap Rere sambil berusaha melepaskan tangan Sicilia.
“Lu sih….”
“Haha sorry alias maaf,” Rere mengangkat dua jarinya dengan membentuk huruf V.
“Beliin obat dong,” pinta Sicilia.
“Obat? Gak usah. Gua tau lu sakit bukan karena demam, tapi lu sakit karena terlalu mengharapkan si Gian itu kan?” sindir Rere.
“Apaan sih? Cepetan beliin obat, pengen tidur nih,” Sicilia mulai kesal dengan kelakuan Rere.
“Mata lu sembab, kayanya lu abis nangis ya?” Goda Rere.
“Rere……..” Sicila memeluk perempuan yang bernama Rere itu, ia menangis sesegukan.
“Yah nangis, cemen lu kaya bukan Sicilia tralalalalalala aja,” Rere berusaha menghibur sahabat kecilnya itu.
“Re, kali ini gua beneran suka, gak main-main,” ucap Sicilia dalam tangis.
“Ya lu gitu, Gian sebaliknya, susah Sic, realita emang gak seindah khayalan kita.”
Mendengar penjelasan Rere, tangis Sicilia semakin pecah. Selang beberapa menit ia berusaha tegar kembali sebagaimana biasanya.
“Gamalu nangis?” Tanya Rere memojokan.
“Hahaha, jahat lu Re….” Satu bantal terbang dan mendarat di wajah Rere.
“Jijik banget gua, sejak gua kenal lu di bangku TK, baru kali ini deh gua liat lu kaya manusia asing di depan gua,” ucap Rere dengan heran.
“Iya Re, lu juga harus tau, baru kali ini gua bener-bener suka sama orang,” jelasnya.
#Sekarang
“Bagus Gi, kamu mengambil jalan yang tepat. Andai saja kamu mengambil jalan yang lain, mungkin aku semakin terpuruk karenamu.” Sicilia berusaha tersenyum, pedahal ia diam-diam menahan tangis yang sebentar lagi akan tumpah.
“Ya, begitu,” ucap Gian.
“Dulu, aku pernah demam gara-gara kesal dengan semua sikap kamu, badanku menggigil, Aku menulis panjang dengan linang air mata dan hanya Rere yang tau tentang hal itu,” ucap Sicilia sambil mengenang kejadian pahit itu, sebetulnya ia sudah mengubur semua kenangan itu, namun keadaan memaksanya untuk menggali kembali.
“Nah, baru segitu sudah tergores, gimana kalo lebih dalam, iya kan?” tanya Gian.
“Iya, Gi.”
Sicilia tersenyum mendengar semua penjelasan itu, ternyata selama ini cintanya tidak bertepuk sebelah tangan, hanya saja orang yang ia cintai takut melukai hatinya, bukankah itu lebih baik?
“Kamu mau kemana?” Tanya Gian saat melihat Sicilia beranjak dari duduknya.
“Ke kelas,” jawanya polos.
“Lima menit lagi keluar,” Gian mengingatkan.
“Iya kah?” tanya Sicilia.
“Udah, duduk lagi!” pinta Gian.
“Eh, tapi itu…”
“Apa?” tanya Gian.
“Tasku,” jelas Sicilia.
“Minta tolong Mira aja,” kata Gian.
“Haha iya, ide bagus,” timpal Sicilia.
Sicilila segera fokus ke layar hape, mencari kontak Mira dan segera mengirimkan pesan.
“Sic,” ucap Gian yang kini sudah kembali berdansa dengan bukunya.
“Baik,”
“Kamu masih suka aku?” tanya Gian.
“Kalo iya, kenapa? Kalo enggak, kenapa?” Sicilia balik bertanya.
“Jawab dulu pertanyaanku bukan balik bertanya, ga sopan itu.” Gian menyimpan bukunya kedalam tas.
“Haha, iya,” jawab Sicilia.
“Iya apa?” tanya Gian.
“Apa aja yang perlu di iyakan,” jawab Sicilia.
“Iya suka kan?” tanya Gian, memastikan.
“Iya,” Jawab Sicilia dengan santai.
“Alhamdulillah,” ucap Gian sambil mengelus dadanya.
“Kenapa emang Gi?” kini bagian Sicilia yang bertanya.
“Aku juga suka kamu dari dulu, dan sekarang waktu yang tepat untuk mengutarakannya,” jelas Gian.
“Suka doang, repot banget sih,” ucap Sicilia dengan raut wajah santai meski dalam hatinya tak ada kesantaian sedikit pun. Ingin sekali rasanya segera ketemu Rere dan menceritakan tentang semua itu.
“Kita menjalin hubungan yang lebih serius ya,” ajak Gian.
“Aku sih….” Sicilia mencari kalimat yang tepat.
“Sic….” ucap Gian lembut.
“Sic….” ucap Gian mendekat.
“Sic….” ucap Gian menunggu jawaban. Namun Sicilia masih diam, ia tertunduk.
“Sicilila, bagaimana???” tanya Gian.
“Gian, dengarkan aku baik-baik untuk kali ini saja,” pinta Sicilia, ia menatap tajam wajah Gian “Gi, mencintai bukan untuk saling memiliki, belajarlah untuk sampai pada puncak cinta yaitu ikhlas, kabahagiaan orang yang kita cinta lebih penting dari pada status itu sendiri. Aku mencintaimu, dulu, sekarang dan mungkin sampai masa yang akan datang, tapi aku tak bisa menjalin hubungan serius denganmu karena aku dan kamu akan tetap menjadi diri masing-masing meski dalam kategori kita. Kecuali takdir kita memang berjodoh dan itu sekenarionya sudah Tuhan siapkan.” Jelas Sicilia.
Gian terdiam lesu, hatinya patah, sepatah-patahnya, Meski begitu, ia masih mampu memberikan senyuman pada Siclia, senyuman yang selama ini Sicilia tunggu.
“Terimakasih Sic, kamu baik, “ ucap Gian, menahan air mata yang akan tumpah.
“Kamu juga, Gi,” Sicilia lalu pamit untuk pulang.
(Puncak cinta itu ikhlas, cinta itu Rahwana pada Sinta, Umbu pada kekasihnya seperti bulan pada malam).
Fransiskus Xaverius Seda Seso, atau yang akrab dipanggil dengan nama Frandy aktif sebagai Ketua Pemuda Katolik Serang. Frandy bercerita bahwa hingga kini jemaat Katolik di Cilegon kesulitan mendirikan gereja yang dapat dijadikan tempat ibadah.
Meskipun, disampaikan Frandy, stasi Cilegon memiliki gedung serba guna yang digunakan jemaat. Gedung serba guna yang sudah memiliki izin mendirikan bangunan (IMB) itu berada tepat di Sekolah Mardiana, Kecamatan Jombang.
“Gedung itu untuk kegiatan keagamaan, masyarakat sekitar ngelarang dijadikan gereja,” tambahnya.
Penolakan keras dari masyarakat terhadap pendirian gereja Katolik mungkin bisa jadi gambaran pembenaran hasil survey yang dilakukan oleh Setara Institute, seperti dilansir dari tempo.co, yang menyebutkan bahwa Kota Cilegon adalah kota paling intoleran di urutan ke-empat seluruh Indonesia. Ini tentu saja bukan peringkat yang mambanggakan mengingat masyarakat Cilegon sejatinya sangat beragam dengan agama dan suku berbeda. Apalagi kondisinya sebagai kota industri, Cilegon kerap kedatangan pendatang dari mana saja.
Bagi Frandy ada indikasi historis sejarah yang memengaruhi mengapa sikap masyarakat sulit menerima keberadaan masyarakat beda agama di Cilegon. Diceritakan bahwa dulu sekali pernah ada perjanjian antar-ulama di sana. Tujuan perjanjian itu adalah selain umat Islam, tidak diperbolehkan masyarakat lain mendirikan rumah ibadah di Cilegon.
“Perjanjiannya sudah berlangsung selama puluhan tahun hingga sekarang ini. Masyarakat banyak yang meyakininya,” imbuh pemuda kelahiran dari tanah Flores yang kini tinggal di Banten.
Hingga kini Frandy sampaikan bahwa umat Katolik di Cilegon masih kesulitan mendirikan rumah ibadah dikarenakan penolakan masyarakat sekitar. Bahkan menurutnya pemerintah Kota Cilegon juga tidak mampu memediasi antara kebutuhan akan rumah ibadah dengan masyarakat sekitar.
“Diupayakan secara persuasif tapi masyarakat masih menolak, tidak menerima perbedaan,” sahutnya.
Kota Cilegon sendiri memiliki populasi jemaat Katolik paling banyak di wilayah Banten Barat dengan total kurang lebih 3.000 jiwa. Namun, hingga kini kegiatan keagamaan mereka selalu dilakukan di gedung serba guna bekas sebuahsekolah.
“Sebenarnya untuk Stasi Cilegon melihat infratruktur, jumlah umat dan bangunan sudah siap dijadikan Paroki, namun masyarakat menolak, tidak memperbolehkan ada pendirian rumah ibadah,” cerita Frandy.
Padahal kalau melihat jauh ke dalam sejarah, keberadaan umat Katolik di Banten sebenarnya sudah ada sejak 1930. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan gereja Katolik yang sudah ada di sisi lain Banten, Rangkasbitung dan Serang.
Apa yang dialami umat Katolik dengan terkendalanya pembangunan gereja mereka, kondisi yang berbeda terjadi di selatan Banten, yaitu Rangkasbitung. Romo Toto nurbeus Trisapto bercerita banyak tentang bahwa di Rangkasbitung ada sebuah gereja Katolik yang sudah berdiri dan memiliki izin. Pun interaksi dengan masyarakat sekitar terjalin dengan baik.
“Interaksinya hingga sekarang harmonis, masih guyub sejak ratusan tahun lalu hingga sekarang,” tambahnya.
Ditambahkan Romo Toto dulu jemaat gereja adalah pendatang yang bekerja di wilayah tersebut. Kini banyak jemaat yang terlibat dalam pekerjaan sosial untuk kemanusiaan di Rangkasbitung. Seperti turut membantu dalam pembangunan rumah sakit dan memberikan pelayanan kesehatan.
“Hal ini yang membuat jadi masyarakat saling berbaur, masyarakat di luar jemaat juga menerima dengan baik. Tetap menjaga nilai-nilai kebhinekaan lah hingga saat ini,” sahutnya.
Menjaga kerukunan antarumat beragama dan bermasyarakat, itulah yang selalu diupayakan oleh Ferdinand, jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Serang. Dikarenakan keaktifannya tersebut ia kerap terlibat dalam pembangunan gereja Katolik di wilayah itu, termasuk pembangunan gereja di Cilegon.
Ferdinand menceritakan bahwa kesulitan membangun rumah ibadah juga dirasakan oleh umat Protestan di Cilegon. Disampaikannya hingga ini masyarakat di Cilegon sulit menerima kehadiran umat Kristiani. Dulu sudah pernah dilakukan koordinasi dengan masyarakat sekitar untuk rencana pembangunan gereja.
“Sudah ngobrol, koordinasi, namun ada yang provokasi jadinya rencananya dibatalkan karena alasan perizinan, padahal sudah koordinasi dengan pemkot juga,” tambahnya.
Kondisi tersebut terjadi hingga pada hari ini dan upaya-upaya guna menumbuhkan nilai keberagaman di tengah masyarakat masih terus digencarkan oleh Ferdinand melalui gerakan keberagaman bersama komunitas Gusdurian Banten.
“Ya, saya kemana ajah masuk bareng temen-temen Gusdurian, ini bagian upaya saya untuk mewujudkan makna Bhineka Tunggal Ika yang sesungguhnya,” ujar kang Ferdinand penuh harap.
Sementara itu, Director Human Rights Working Group (HRWG) Daniel Awirga, melihat kondisi masyarakat Cilegon saat ini dikarenakan dipicu oleh peraturan yang tertuang dalam Surat Keterangan Bersama (SKB) 3 Menteri soal pendirian rumah ibadah.
Bagi Aigra, peraturan itu sendiri diskriminatif dan tidak memberikan hak untuk melakukan peribadatan bagi seluruh pemeluk agama. Dalam kasus yang terjadi di Kota Cilegon, hal tersebut bisa dilihat bahwa untuk mendirikan rumah ibadah membutuhkan izin dari kelompok yang sama-sama masyarakat.
Awigra menjelaskan, secara terminology, izin itu dilakukan atas dasar kegiatan tersebut tidak boleh dilakukan, maka dari itu harus ada izin. Sedangkan soal melakukan kegiatan keagaman itu hak tiap penganut agama yang diberikan secara penuh oleh negara. Artinya SKB 3 Menteri tidak menjamin kebebasan beragama dan beribadah seluruh warga.
“Izin itu kalau secara terminolgi, itu kan sesuatu yang gak boleh kemudian dia minta izin baru dikasih izin, jadi isi peraturan SKB tiga menteri itu adalah sarang atau pun musuh bersama dari sulitnya mendirikan rumah ibadah,” jelasnya.
Dengan melihat kondisi kehidupan bermasyarakat berbeda agama di Cilegon dan Banten secara keseluruhan, Frandy berharapagar pemerintah daerah dapat menjembatani dan memediasi kebutuhan seluruh masyarakat umat beragama. Pemerintah juga harus mensosialisasikan tentang nilai-nilai keberagaman dengan turun langsung ke masyarakat dan melibatkan organisasi lintas agama supaya nilai-nilai kemajemukan dapat diterima.
“Untuk anak-anak muda, semoga dapat menebar kesejukan dengan karya-karya yang dibuat, untuk menciptkan toleransi antar umat beragama,” pintanya.
Hal ini juga diamini oleh Ferdinand. Menurutnya penolakan pembangunan tempat ibadah yang terjadi di Cilegon bukan hanya dialami oleh umat Kristen, tetapi umat Budha juga mengalami hal yang sama.
“Hadirlah pemerintah untuk merepresentasikan makna kebergaman supaya semua warga negara bisa terjamin hak untuk melakukan peribadatannya,” harap Ferdinand menutup pembicaraan.
***
Tulisan ini bagian dari program Workshop Pers Mahasiswa yang digelar Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) kerja sama dengan Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit (FNF) dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.