Beranda blog Halaman 4

Dalam Upaya Melahirkan Kehidupan yang Berkebudayaan dan Berkeadaban

0

Oleh: Adam Nuryana – Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Adab

Kebudayaan adalah ide yang bernilai dan lahir dari kerangka berfikir, lalu di terjemahkan lewat sikap di kehidupan nyata. Berbicara tentang rumah jagal raksasa, dengan sistem di tanah yang mental kekerasan maupun penindasan lebih mendarah daging, daripada berfikir dan bertindak soal kemanusiaan dan kebenaran yang lahir dari akal sehat. Memang menarik dan harus terus di lakukan, sebab suara-suara kebenaran harus di perlihatkan lewat tarian-tarian dari kealamian dan kesucian cinta.

Ada salah satu cabang filsafat bahasa yaitu hermeneutika kritik, teori ini merupakan salah satu cabang dari filsafat linguistik, yang memfokuskan teorinya untuk mengkaji dan menafsirkan kebijakan-kebijakan yang di keluarkan dan di putuskan oleh pemegang kekuasaan, untuk bagaimana kita bisa mengkritisi kebijakan yang datang dan hadir. Sebab, jika kita membuka mata dan mengaktifkan pisau analisa kita terhadap sistem, tak akan pernah ada negara yang mau berbuat baik, sebab kita semua adalah daging segar dimata penguasa, begitupun alam nya.

Eksploitasi terus berjalan, demi perut mereka entah sampai kapan, sedangkan di sisi lain, pada pendidikan khususnya universitas-universitas sudah tidak sesuai dengan tujuan awal, terlihat jelas di zaman yang serba canggih, kampus hanya mengajarkan salam, baca Power Point (PPT) dan tata cara memakai toga, jauh dari orientasi tridharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pengabdian terhadap sekitar.

Dimana jalan untuk menempuh itu, jika sistem pendidikan di kita, tidak membentuk mahasiswa-mahasiswanya menjadi mahasiswa yang kritis, peka terhadap apa yang sedang terjadi dan berlangsung di sekitarnya. Tanpa kita sadari, pendidikan statis hanya melahirkan orang-orang yang bermental cuek di tengah lingkungan yang menderita.

Lalu apa artinya berfikir?

Bila kita semua sedang dalam upaya di pisahkan dari derita lingkungan oleh negara, dengan hadirnya berbagai macam peraturan yang tidak masuk akal, contoh kecil nya, di Univeraitas Islam Negri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten, terdapat gedung PUSGIWA (pusat kegiatan mahasiswa ), tapi tidak ada kegiatan apa-apa di sana, yang ada hanya kios-kios yang di sewakan dan klinik kesehatan yang tidak esensial, gedung yang di sewakan untuk kamar penginapan.

Disisi lain, ada dua fakultas yang di jadikan satu gedung, dimana letak masjid, kita sedang tidak berbicara tentang agama, tapi kita berbicara tentang simbol bahwa Universitas yang kita pijak adalah Universitas Islam, apakah mahasiswa yang ada di sana sudah terlena dengan kegiatan yang absurd? Yang setiap harinya di isi dengan ketidakjelasan, berangkat kuliah, kekantin, pulang ke kosan dan itu selalu terulang terus-menerus, tanpa merasa bosan, lalu ketika selesai kuliah hanya akan menambah angka pengangguran, sebab bingung harus apa?

Saya yakin, bahwak eksistensi kita hari ini akan melahirkan esensi kita di kemudian hari, sebab nilai angka dan ijazah yang kampus berikan sudah tak lagi berguna.

Upaya Perkuat Ketahanan Lingkungan, PKD Mapala Se-Banten Gelar Mangrove Camp II

0

Pandeglang, lpmsigma.com — Dalam rangka memperkuat ketahanan lingkungan terhadap dampak perubahan iklim dan mengatasi ancaman abrasi di wilayah pesisir, Pusat Koordinasi Mahasiswa Pencinta Alam Se-Banten, sukses menggelar kegiatan Mangrove Camp dua di Kampung Cibungur Pamagar Sari, Desa Cibungur, Kecamatan Sukaresmi, Sabtu (26/4).

Kegiatan ini diikuti oleh 200 peserta, terdiri dari Siswa Pencinta Alam dan Mahasiswa Pencinta Alam dari berbagai kabupaten atau kota di Provinsi Banten.

Acara ini bertujuan untuk membangun kesadaran generasi muda, tentang pentingnya hutan mangrove sebagai benteng alami dalam menghadapi perubahan iklim, menjaga garis pantai dari abrasi, dan melestarikan ekosistem pesisir.

Salah satu rangkaian kegiatan Mangrove Camp II adalah diskusi tematik bertajuk “Peranan Penting Mangrove dalam Ekosistem Pesisir”. Diskusi ini, mengupas peran strategis mangrove dalam mitigasi perubahan iklim melalui penyerapan karbon, melindungi daratan dari abrasi, serta menjaga keanekaragaman hayati pesisir.

Sebagai bentuk aksi nyata, dilakukan juga penanaman 5.000 bibit mangrove di sepanjang aliran Sungai Ciliman. Penanaman ini diharapkan dapat membantu memperkuat kawasan pesisir, yang rentan terhadap dampak kenaikan permukaan air laut dan cuaca ekstrem akibat perubahan iklim.

Selain itu, kegiatan Halal bihalal Organisasi Pencinta Alam Se-Banten turut menjadi bagian penting dalam acara ini. Melalui Halal bihalal ini, seluruh peserta diharapkan dapat mempererat tali silaturahmi dan memperkuat kolaborasi antar komunitas pencinta alam, untuk terus bergerak bersama dalam upaya konservasi lingkungan.

Pada kegiatan ini, Nasrullah atau akrab disapa Tamol selaku Koordinator PKD Mapala Banten, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi wadah khususnya untuk generasi muda agar lebih peduli akan lingkungan.

“Kegiatan ini merupakan bentuk nyata komitmen generasi muda Banten, dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global. Melalui penanaman mangrove, kita tidak hanya menjaga ekosistem, tetapi juga mengamankan masa depan pesisir dari ancaman abrasi dan bencana lingkungan lainnya. Kami berharap gerakan ini terus meluas dan mendapat dukungan dari berbagai pihak,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Siti Nuraeni, salah satu peserta dari SISPALA Giri Raksa MAN 4 Pandeglang, turut membagikan kesannya dalam mengikuti acara tersebut. Ia berpendapat bahwa kegiatan tersebut memberikannya banyak ilmu dan memunculkan rasa tanggung jawab untuk lebih menjaga alam.

“Saya sangat bersyukur bisa mengikuti Mangrove Camp dua ini. Kegiatan ini memberikan saya banyak ilmu baru tentang pentingnya menjaga mangrove untuk masa depan lingkungan. Menanam langsung bibit mangrove membuat saya merasa lebih dekat dan bertanggung jawab terhadap alam. Semoga acara seperti ini terus diadakan dan lebih banyak generasi muda yang terlibat,” ungkap Siti.

Pusat Koordinasi Mahasiswa Pencinta Alam Se-Banten menegaskan bahwa kegiatan seperti Mangrove Camp II akan terus dilaksanakan secara berkelanjutan, guna memperkuat aksi konservasi lingkungan dan memperkokoh jejaring kolaborasi dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Pusat Koordinasi Mahasiswa Pencinta Alam Se-Banten
Ig : @pkd_mapalabanten
Wa : 08888459310 (Nasrullah “Tamol”)

Reporter: Frida
Editor: Dhuyuf

UIN Banten dan IMLA Dukung Aplikasi Al-Fatihah Berbasis AI

0

Serang, lpmsigma.com – Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten bersama Ikatan Pengajar Bahasa Arab di Indonesia (IMLA) memberi dukungan penuh terhadap Bajdah Educational, dalam mengembangkan Aplikasi Al-Fatihah berbasis kecerdasan buatan (AI). Dukungan ini disampaikan langsung dalam acara, Seminar Internasional yang bertempat di Auditorium Lantai tiga Kampus dua UIN SMH Banten, Kamis (24/4).

Kerja sama ini bertujuan untuk mendigitalisasi pembelajaran surat Al-Fatihah melalui teknologi AI, yang mencakup pelatihan pelafalan, pemahaman makna, dan pembelajaran bahasa Arab secara interaktif.

Rektor UIN SMH Banten, Wawan Wahyudin, menyatakan bahwa kolaborasi ini merupakan bagian untuk mengintegrasikan teknologi dalam pendidikan Islam dan mendorong mahasiswa untuk siap bersaing dalam skala internasional, khususnya dalam bahasa asing dan Al-Qur’an.

“Kami mendukung penuh langkah IMLA dalam menjadikan Al-Qur’an lebih mudah dipelajari, dengan pendekatan modern dan digital. Agar kampus kita ini lebih siap lagi dalam skala internasional baik dalam bahasa asing, seperti Arab dan Al-Qur’an,” ungkapnya.

Sementara itu, Khalid Ibrahim An-Namlah, selaku Ketua Dewan Pengawas Bajdah Educational, menyampaikan bahwa aplikasi Al-Fatihah ini bertujuan untuk mengajarkan dan mengoreksi bacaan surah Al-Fatihah bagi masyarakat Indonesia.

“Aplikasi Al-Fatihah ini dikembangkan dengan gratis, sebagai sarana latihan untuk menunjang kecakapan dalam pelafalan Surah Al-Fatihah dan surah lainnya, secara baik dan benar bagi masyarakat yang ada di Indonesia,” katanya via online.

Aplikasi ini juga dilengkapi dengan fitur pengenalan suara, koreksi pelafalan, serta sertifikat resmi untuk mengukur seberapa baik dan benar seseorang dalam melafalkan Al-Fatihah. Kolaborasi ini menjadi langkah baru untuk UIN SMH dalam memperkuat transformasi digital pendidikan Al-Qur’an di Indonesia.

Reporter: Frida
Editor: Lydia

Jangan Terlewat! Pendaftaran UM-PTKIN 2025 Dibuka, Berikut Alurnya

0

Pendaftaran Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negri (UM-PTKIN) 2025 resmi dibuka, sejak 22 April hingga 28 Mei 2025.

Adapun syarat pendaftarannya sebagai berikut:

1. Peserta yang berhak mendaftar adalah siswa pada Satuan Pendidikan MA/MAK/SMA/SMK/SPM/PDF/PKPPS/sederajat lulusan tahun 2023, 2024 dan 2025.
2. Peserta lulusan tahun 2023 atau 2024 wajib memiliki Ijazah/Surat Keterangan Lulus (SKL) dan Peserta lulusan tahun 2025 wajib memiliki salah satu dari Surat Keterangan Lulus (SKL)/Pengumuman Lulus/KTP/Kartu Siswa.
3. Peserta wajib memiliki:
a. Nomor Induk Siswa Nasional (NISN);
b. Email yang aktif dan dapat dihubungi;
c. Nomor WhatsApp yang aktif dan dapat dihubungi.
4. Peserta melakukan pendaftaran secara mandiri pada laman https://um.ptkin.ac.id.
5. Peserta melakukan pembayaran biaya pendaftaran melalui bank yang ditetapkan oleh Panitia Nasional. Biaya pendaftaran yang sudah dibayarkan tidak dapat ditarik kembali dengan alasan apapun.
6. Peserta memilih maksimal 3 (tiga) Program Studi pada PTKIN/PTN.
7. Peserta memilih PTKIN/PTN Titik Lokasi Ujian.
8. Pendaftaran peserta dinyatakan selesai apabila peserta telah melakukan Finalisasi Pendaftaran dan mencetak Kartu Peserta Ujian.

Timeline Tahapan UM-PTKIN 2025

1. Pendaftaran (22 April 2025 pukul 08.00 s/d 28 Mei 2025 pukul 15.00 WIB)
2. Pembayaran (22 April 2025 pukul 08.00 s/d 28 Mei 2025 pukul 23.59 WIB)
3. Cetak kartu peserta ujian (Dimulai pada 01 Mei 2025 pukul 08.00 WIB)
4. Pelaksanaan ujian (10 – 18 Juni 2025)
5. Pengumuman 30 Juni 2025

Tata Cara Pendaftaran UM-PTKIN 2025

Buat Akun
a. Kunjungi laman https://um.ptkin.ac.id. dan klik DAFTAR UM-PTKIN
b. Gunakan NISN dan Tanggal lahir untuk membuat akun. Masukkan Nomor Hp dan email (aktif). Apabila berhasil, username dan password akan dikirim melalui email.
c. Bagi pendaftar yang sebelumnya telah memiliki akun SPAN-PTKIN 2025, tidak perlu membuat akun, pendaftar bisa langsung ke tahapan login.

Login dan Mengisi Biodata
a. Kunjungi laman https: um.ptkin.ac.id. dan klik LOGIN.
b. Lakukan login dengan username/NISN dan password.
c. Mengisi biodata (pastikan semua data terisi dengan benar), selanjutnya Klik SIMPAN. Apabila berhasil maka akan mendapat INVOICE, nomor Virtual Account (VA), informasi nominal yang harus dibayarkan, dan tata cara pembayaran.

Pembayaran
a. Lakukan pembayaran melalui Bank Mandiri (ATM, Livin, Teller) atau bank lain (ATM dan Transfer) menggunakan nomor VA sesuai dengan tata cara.

Lanjutkan Pendaftaran
a. Kunjungi laman https://um.ptkin.ac.id/
b. Cek status pembayaran, apabila sudah terverifikasi, klik LANJUT.
c. Mengunggah File Pas Foto (3×4) dan Scan Ijazah (lulusan 2023 & 2024) atau Scan SKL/Pengumuman Lulus/ KTP/ Kartu Siswa (siswa/lulusan 2025)
d. Memilih program studi pada PTKIN/PTN (minimal 1, maksimal 3)
e. Memilih titik lokasi ujian (bebas, dapat memilih lokasi terdekat domisili)

Finalisasi dan Cetak Kartu
a. Pastikan kembali semua data lengkap dan benar. Apabila sudah yakin, maka klik FINALISASI (ingat, data yang sudah difinalisasi, tidak bisa diubah kembali).
b. Setelah finalisasi, muncul tombol LIHAT KARTU. Silakan klik dan lakukan cetak kartu peserta ujian (cetak kartu dapat dilakukan mulai 1 Mei 2025).

Nah SiGMAnia, itu tadi tata cara beserta timeline pendaftaran UM-PTKIN 2025, daftar sekarang dan jangan sampai terlewat yah!

Penulis: Enjat

Sumbu-Sumbu Literasi di Pinggir Kantin Kampus

0

Serang, lpmsigma.com – Sore hari di Kampus Dua UIN SMH Banten. Rintik hujan di luar membuat suasana kantin terasa lebih sunyi meskipun sedang diiringi penampilan lagu oleh UKM Gema Seni Budaya Islam Campus (GESBICA). Tapi ditepat arah masuk kantin, tepat di bawah spanduk bertuliskan besar “PANGGUNG SISYPHUS”, tiga mahasiswa duduk melingkar. Bukan untuk makan atau sekadar nongkrong. Di atas meja, buku-buku terhampar seperti menu utama.

Adam duduk di bangku kantin. Ia mengenakan topi miring ke kanan dan kaos abu-abu dengan lengan hitam. Di depannya terbuka beberapa buku, sebagian tampak mulai lusuh karena sering dibolak-balik. Di hadapannya, seorang mahasiswa lain menyimak dengan posisi tubuh condong ke depan, menandakan diskusi sedang berlangsung.

“Membaca itu harusnya melekat pada mahasiswa,” ujar Adam. Ia resah, terlalu banyak mahasiswa yang setelah kuliah hanya makan di kantin lalu pulang. Tak ada diskusi, tak ada percikan gagasan. Maka, ia memilih duduk di sini, dengan buku-buku di atas meja kantin, berharap ada sumbu yang tersulut.

Harapannya bukan tanpa nyala. Seorang ibu penjual teh hijau mendekat. Ia bertanya tiga buku yang sebelumnya sudah ia pegang.

“Ini minjem buku tiga, harus dicatet nggak nih?” tanyanya.

“Boleh, Bu. Kita catat aja ya,” jawab Adam dengan ramah.

“Ini kapan dibalikin-nya?” tanya si ibu lagi.

“Senin aja, Bu. Di sini. Hafal kan muka kita?” jawabnya sambil tersenyum.

Tak jauh dari meja itu, sebuah bendera besar bertuliskan Komunitas Mahasiswa Soedirman (KMS) tergantung mencolok. Di bawahnya, buku-buku lain dijajakan di atas meja. Sudut ini bukan lagi tempat makan semata, tapi juga ruang terbuka literasi.

Bento, Koordinator Umum KMS yang kerap hadir, menyuarakan keresahan serupa. Menurutnya, literasi mahasiswa sangat rendah. “Skripsi itu harusnya pakai referensi dari buku dan jurnal,” katanya. Maka, ia dan teman-temannya konsisten membawa dan menata buku-buku di kantin—bukan untuk dijual, tapi untuk dibaca dan, bila perlu, dipinjam.

Di tengah hujan yang turun perlahan, meja di kantin itu tak hanya menyajikan makanan, tapi juga pengetahuan. Dan dari spanduk “Panggung Sisyphus” dan Komunitas Mahasiswa Soedirman, semangat untuk terus mendorong batu literasi tetap hidup meski pelan, meski dari pinggir kantin.

Reporter: Enjat

Perempuan Berbicara, Kartini Hidup Kembali

0

Setiap 21 April, aroma melati menyelimuti senyum perempuan anggun dalam kebaya dan sanggul, menghidupkan kembali citra Kartini dengan balutan warna pastel. Di tengah riuh sorak-sorai dan kilatan kamera, semangat yang lebih mendalam muncul dengan keberanian perempuan Indonesia untuk tampil, berbicara, dan menjadi dirinya sendiri, tanpa takut kehilangan identitas.

Namun, di balik kemegahan perayaan ini, tersembunyi kenyataan yang sering terlupakan. Kartini hari ini, sering terperangkap dalam gambaran feminin yang terbatas, hanya dilihat sebagai lambang kelembutan dan ketaatan. Padahal, Kartini yang sesungguhnya adalah sosok yang memperjuangkan hak-hak perempuan dengan penuh keberanian. Dalam surat-suratnya kepada J.H. Abendanon, ia menulis, “Saya ingin melihat perempuan Indonesia berdiri sendiri, kuat, dan tidak hanya menjadi hiasan dalam kehidupan laki-laki.”

Warisan perjuangan itu, meskipun tersurat jelas, sering kali terdistorsi dalam citra perempuan pasif yang terkungkung dalam pengertian feminin yang sempit. Kartini yang memperjuangkan hak perempuan atas tubuh, suara, dan eksistensi mereka seringkali hilang di balik bayangan kebaya dan sanggul. Kenyataan ini tidak hanya terlihat dalam sejarah, tetapi juga dalam banyak kisah yang kini terungkap, seperti yang terjadi pada pekerja sirkus yang terperangkap dalam sistem yang membungkam mereka, memaksa menanggung penderitaan tanpa bisa melawan. Hal tersebut adalah pengingat bahwa hingga hari ini, perempuan masih berjuang untuk mendapatkan tempat yang layak, untuk hidup dengan martabat yang seharusnya mereka terima.

Sebagai masyarakat dan perempuan, kita mewarisi semangat perjuangan Kartini hari ini lebih dari sekadar lambang kelembutan. Semangat itu adalah seruan untuk berbicara, berdiri tegak, dan menuntut hak-hak kita. Kartini hari ini adalah mereka yang melawan penindasan, yang berani bersuara meski dunia berusaha membungkam mereka. Mereka ialah perempuan yang tidak takut menuntut hak untuk hidup dengan martabat, meskipun suara mereka bisa mengguncang kenyamanan yang ada.

Namun, dalam perjalanan ini, kita tak jarang terjebak dalam persaingan antar sesama perempuan, berusaha memenuhi ekspektasi luar yang justru memperburuk sistem yang membatasi kebebasan kita. Tanpa disadari, kita sering lupa bahwa perempuan tidak perlu bersaing satu sama lain untuk mendapatkan pengakuan atau afirmasi. Yang lebih penting adalah saling mendukung, menghargai diri kita sendiri dan hak-hak kita sebagai perempuan.

Kartini hari ini, bukan hanya mereka yang mengenakan pakaian adat atau merayakan hari Kartini dengan simbol-simbol manis semata. Kartini hari ini adalah mereka yang berani menyuarakan kebenaran, melawan diskriminasi dan kekerasan, serta menuntut hak untuk hidup dengan martabat. Mereka adalah pewaris sejati semangat perjuangan Kartini yang sesungguhnya: perempuan yang tidak takut melawan ketidakadilan dan berbicara meskipun dunia berusaha menutup suara mereka.

Penulis: Naila
Editor: Enjat

R.A Kartini: Penentang Feodalisme dan Pelopor Emansipasi

0

Raden Ajeng Kartini bukan sekadar tokoh emansipasi perempuan. Ia juga seorang pemikir tajam yang menentang sistem feodalisme yang membelenggu rakyat, terutama kaum perempuan dan masyarakat kelas bawah pada masa kolonial Hindia Belanda. Dalam surat-suratnya yang terkenal, Kartini terungkap sangat menaruh perhatian besar terhadap ketidakadilan sosial yang mengakar kuat dalam sistem feodal.

Feodalisme dimasa itu menjadikan status sosial sebagai penentu nilai seseorang. Bangsawan dipuja, rakyat jelata dianggap tak berharga. Perempuan dari kalangan priyayi (bangsawan) pun tak lepas dari jeratan budaya yang membelenggu. Mereka dipingit, tak boleh menempuh pendidikan tinggi, dan dipaksa tunduk pada adat yang kaku. Kartini, sebagai putri bangsawan, merasakan langsung tekanan ini. Namun alih-alih tunduk, ia memilih melawan melalui pemikiran dan tulisan.

Penolakan Kartini terhadap feodalisme juga terlihat dari sikapnya terhadap perjodohan paksa. Ia menolak dijadikan alat politik keluarga bangsawan dengan dijodohkan demi menjaga status sosial. Pada masa itu, Kartini sangat gelisah terhadap tradisi perjodohan dalam keluarga bangsawan Jawa, karena menurutnya praktik itu meniadakan suara perempuan dalam menentukan masa depannya.

Dalam buku yang berjudul “Kartini: Guru Emansipasi Perempuan Nusantara” karya Ready Susanto, menjelaskan peran penting R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional yang berjasa besar dalam perkembangan pendidikan perempuan di Indonesia pada masa penjajahan. Kartini dipandang sebagai guru terbaik dalam emansipasi perempuan Nusantara, karena perjuangannya melalui surat-menyurat dengan sahabat-sahabat penanya di Belanda, yang mengungkapkan ketidaksetaraan pendidikan dan pengekangan adat terhadap perempuan Indonesia.

Dengan cara surat-surat tersebut, Kartini mendapatkan dukungan untuk kesetaraan perempuan dan membuka sekolah yang bernama “Sekolah Gadis” sebagai langkah nyata memajukan pendidikan perempuan.

Melalui sekolah yang ia dirikan, Kartini membuka pintu bagi perempuan dari berbagai lapisan masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Ia ingin agar kaum perempuan bebas dari terbelenggunya budaya dan mampu berpikir mandiri, tidak lagi dilihat sebagai “anak bawang” dalam sistem sosial yang timpang.

Kartini percaya bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk menghancurkan tembok feodalisme. Dalam pandangannya, perubahan harus dimulai dari kesadaran berpikir. Oleh karena itu, ia mengkritik bukan hanya kaum lelaki atau adat istiadat, tapi juga struktur kekuasaan yang membiarkan ketimpangan terus hidup.

Sosok R.A Kartini adalah simbol keteguhan dalam melawan sistem yang menindas. Ia menunjukkan bahwa perlawanan tidak selalu berbentuk keras, suara paling berani, justru lahir dari pena dan hati yang tak rela melihat ketidakadilan yang berkepanjangan.

Hari ini, perjuangan Kartini masih relevan. Kita tidak lagi hidup dalam sistem feodal secara eksplisit, tapi warisan budaya yang menilai orang dari status, keturunan, dan kekayaan masih terasa. Semangat Kartini adalah panggilan untuk terus menentang segala bentuk ketidakadilan struktural, dan memastikan setiap orang, tak peduli dari kelas sosial atau gender untuk berjuang mendapatkan kesetaraan yang sama.

Penulis: Frida
Editor: Salma

LPM SiGMA Cetak Generasi Kritis Melalui MOS 2025

0

Pandeglang, lpmsigma.com – Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Sarana Informasi Gema Mahasiswa (SiGMA), kembali gelar kegiatan Masa Orientasi SiGMA (MOS) sebagai tahap kaderisasi pertama. Acara ini berlangsung selama tiga hari, dimulai dari tanggal 18 sampai 20 Februari 2025, bertempat di gedung KNPI Pandeglang.

Kegiatan ini diikuti oleh 49 peserta dari semester 4 dan 2, dengan mengusung tema “Menanamkan Jiwa Pers Mahasiswa Melalui Aksi Nyata Lewat Kata” dengan tujuan mencetak kader-kader pers mahasiswa yang kritis, peka terhadap isu sosial dan mampu menyuarakan realitas melalui tulisan.

Hakim, selaku ketua pelaksana menyampaikan, bahwasanya MOS merupakan salah satu tahap awal dari kaderisasi LPM SiGMA

“MOS merupakan salah satu rangkaian dari kaderisasi yang ada di LPM SiGMA,” ucapnya.

Ditempat yang sama, Najib selaku pimpinan umum LPM SiGMA mengatakan, bahwa pelaksanaan pengkaderan tahun ini memiliki perbedaan dari tahun-tahun sebelumnya, khususnya dalam hal pendekatan langsung kepada masyarakat.

“Tahun ini kita menambahkan agenda yang mengharuskan peserta terjun langsung ke masyarakat. Ini penting agar mereka tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu menangkap realitas sosial yang nantinya bisa mereka tuangkan dalam tulisan,” ungkap Najib.

Ia juga berharap, setelah dilaksanakan nya MOS kali ini, peserta bisa mengembangkan nalar kritis, keberanian serta menjaga integritas mahasiswa.

“Saya berharap setelah mengikuti MOS, peserta bisa terus mengembangkan nalar kritisnya, memiliki keberanian untuk menyuarakan kebenaran, dan tetap menjaga integritas sebagai mahasiswa. Karena sejatinya, perubahan dimulai dari keberanian menulis dan keberpihakan pada realitas,” tutupnya.

Reporter: Paiz
Editor: Lydia

PN Serang Gugurkan Gugatan Praperadilan Warga Cibetus

0

Serang, lpmsigma.com – Pengadilan Negeri (PN) Serang menggugurkan gugatan praperadilan yang diajukan oleh sembilan warga Kampung Cibetus, Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang (14/04). Gugatan tersebut terkait penangkapan warga oleh aparat kepolisian dalam konflik lingkungan dengan perusahaan peternakan ayam.

Majelis hakim menyatakan bahwa permohonan tidak dapat dilanjutkan karena telah memasuki pokok perkara, merujuk pada Pasal 82 KUHAP dan Surat Edaran Mahkamah Agung.

Kuasa hukum warga, Belly Stanio, menyayangkan keputusan tersebut. Ia menyebut masih ada tiga pemohon yang belum terdaftar dalam aplikasi SIPP, namun majelis hakim menilai seluruhnya sudah masuk.

“Kami tetap meminta permohonan praperadilan dilanjutkan. Tapi versi majelis semuanya sudah terdaftar. Jadi, secara aturan main yang buruk dari Pasal 82 KUHAP ini, praperadilannya gugur,” kata Belly.

Warga Kampung Cibetus juga mengungkapkan kekecewaan atas keputusan tersebut. Salah satu warga, Ita, yang merupakan istri dari salah satu korban penangkapan, menyatakan bahwa mereka merasa perjuangan mereka tidak mendapat keadilan.

“Kami sebagai masyarakat Kampung Cibetus kecewa banget. Dua kali sidang digugurkan. Ada apa ini? Kalian punya uang, kami punya Tuhan. Sampai kapan pun kami akan maju,” ujarnya.

Ita juga mengaku bahwa intimidasi terhadap warga masih terus terjadi. “Sampai sekarang masih ada intimidasi. Setiap malam selalu ada teror orang nggak dikenal berkeliling di kampung kita. Kemarin ada ancaman bahwa kita setelah Lebaran akan ditangkap semua,” ungkapnya.

Reporter: Enjat

FSOE Desak Keterbukaan Penyelewengan, DEMA U Klarifikasi

0

Serang, lpmsigma.com – Usai menyebarnya informasi terkait dugaan korupsi yang dilakukan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Universitas yang diunggah oleh akun Instagram @memeuinbanten, Forum Silaturahmi Organisasi Eksternal (FSOE) mendesak DEMA-U untuk memberikan keterbukaan.

Alif, selaku Koordinator Umum FSOE, mendesak DEMA-U untuk memberikan keterbukaan laporan keuangan dan membuka ruang evaluasi terbuka.

“Kami mendesak DEMA-U untuk membuka laporan keuangan, menjelaskan mekanisme pengambilan kebijakan, dan menyediakan ruang evaluasi terbuka. Jika tidak ada yang disembunyikan, maka tidak ada alasan untuk menutup-nutupi,” tuturnya saat ditemui (14/04).

Marzuki, selaku Ketua DEMA-U, memberikan klarifikasi bahwa dugaan penyelewengan anggaran tidak benar adanya, sebab seluruh anggaran dari PWNU tersebut sudah dialokasikan untuk kebutuhan acara Ramadhan Berbagi, mulai dari biaya santunan anak yatim, bagi takjil gratis, transport, cetak banner, cetak proposal, dan lain sebagainya.

“Benar kita dapat dana dari PWNU 1,5 juta, tapi anggaran tersebut tidak dikhususkan untuk santunan saja, melainkan mengakomodir seluruh anggaran pada acara tersebut,” jelas Marzuki saat diwawancarai (12/04).

Ia menegaskan bahwa isu penyelewengan anggaran tidak benar.

“Seluruh anggaran yang diberikan oleh PWNU sudah kita alokasikan semuanya untuk acara Ramadhan Berbagi, jadi mengenai isu penyelewengan anggaran tidak benar adanya,” katanya.

Reporter: Enjat