Beranda blog Halaman 5

Mengulik Pesan Inspiratif dari Film Animasi JUMBO

0

Film animasi JUMBO telah sukses meraih lebih dari 2 juta penonton sejak awal penayangannya, menjadi bukti bahwa cerita didalamnya mampu menyentuh hingga menarik perhatian masyarakat luas.

Dirilis pada 31 Maret 2025 lalu, karya animasi dari Ryan Adriandhy ini bukan sekadar hiburan, melainkan terdapat pesan moral yang relevan bagi segala usia. Diproduksi oleh lebih dari 420 kreator Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun, JUMBO mengangkat isu perundungan anak yang masih menjadi masalah serius di tengah masyarakat, disampaikan lewat alur cerita penuh warna dan emosi yang menggugah.

Dalam suasana libur Lebaran, banyak keluarga mencari tontonan yang tak hanya menghibur, tetapi juga memiliki nilai edukatif. JUMBO hadir sebagai jawaban, menyuguhkan visual animasi berkualitas tinggi, yang tak kalah dari produksi internasional, serta cerita yang mengangkat nilai-nilai universal seperti persahabatan, keberanian, dan kasih sayang keluarga.

Cerita ini berfokus pada Don, bocah bertubuh gempal yang kerap diejek “Jumbo” oleh teman-temannya. Dalam usahanya membuktikan diri, Don mengikuti pertunjukan bakat dengan dukungan sahabatnya, Mae dan Nurman, serta sang Oma. Namun, konflik muncul saat buku dongeng peninggalan orang tuanya dicuri oleh Atta, salah satu perundung. Dalam proses pencariannya, Don bertemu Meri, arwah gadis kecil yang kehilangan orang tuanya. Pertemuan ini menjadi awal petualangan ajaib yang mempertemukan mereka dengan berbagai pelajaran penting tentang keberanian, kepercayaan diri, dan kekuatan untuk berubah.

Lewat perjalanan Don dan sahabat-sahabatnya, film animasi JUMBO mengajarkan berbagai nilai kehidupan yang relevan dan menyentuh loh, Sigmania! Apa saja yah? Yuk simak penjelasan berikut!

1. Jangan Meremehkan atau Membully Teman
Perundungan bisa menghancurkan rasa percaya diri. Film ini mengingatkan pentingnya saling menghargai dan menciptakan lingkungan yang mendukung.

2. Berbagi Masalah dengan Orang yang Dipercaya
Memendam perasaan hanya akan memperburuk keadaan. Film ini menekankan pentingnya keterbukaan untuk meringankan beban dan mendapatkan bantuan.

3. Percaya pada Diri Sendiri
Setiap orang punya potensi yang bisa berkembang. Don belajar untuk melihat kekuatan dalam dirinya, bukan dari penilaian orang lain.

4. Menepati Janji adalah Bentuk Tanggung Jawab
Janji yang diingkari bisa merusak kepercayaan. Film ini menanamkan pentingnya integritas dan komitmen.

5. Belajar Mendengarkan Orang Lain
Mendengarkan adalah bentuk empati yang sederhana tapi bermakna. JUMBO mengajarkan bahwa perhatian pada orang lain bisa menyembuhkan luka yang tak terlihat.

6. Berani Keluar dari Zona Nyaman
Perubahan butuh keberanian. Don harus menghadapi ketakutan dan rasa tidak percaya dirinya demi menjadi pribadi yang lebih baik.

Dengan cerita yang menyentuh dan visual memikat, JUMBO tidak hanya menghibur, tapi juga mengajak penonton, baik anak-anak maupun orang dewasa, untuk merefleksikan nilai-nilai penting dalam kehidupan. Film ini adalah pengingat hangat untuk memeluk sisi anak-anak dalam diri, serta belajar menjadi pribadi yang lebih peduli dan pemberani.

Penulis: Frida
Editor: Lydia

Indonesia Darurat Pelecehan Seksual? Sistem Negara Bobrok Jadi Pelindung Kekuasaan

0

Indonesia saat ini sedang menghadapi darurat pelecehan seksual. Dimulai dari kampus, pesantren, instasi pemerintah, ruang publik hingga ruang pribadi, yakni rumah sendiri. Ironisnya, meskipun kasus pelecehan yang makin marak, respons pemerintah terlihat masih lamban, bahkan cenderung permisif.

Negara seperti kehilangan daya, untuk melindungi warganya dari kekerasan yang menggerogoti martabat manusia. Di tengah gemuruh demokrasi, tubuh perempuan rentan menjadi medan eksploitasi.

Berdasarkan laporan Komnas Perempuan 2023 mencatat bahwa terdapat 457.895 kasus kekerasan terhadap perempuan, angka ini kian meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Dari jumlah itu, sebagian besar merupakan kasus kekerasan seksual, yang terjadi di ranah personal dan komunitas.

Salah satu kasus ditemukan datang dari seorang mahasiswi di salah satu kampus negeri ternama. Pelecehan yang dilakukan oleh dosennya sendiri, namun ketika melapor, ia justru diintimidasi dan dijatuhi sanksi akademik. Dosen tersebut dilindungi oleh status dan jaringan kekuasaan, sementara korban dituduh merusak nama baik institusi. Ini bukan insiden tunggal, ini pola. Pola yang menunjukkan bagaimana kekerasan seksual dinormalisasikan oleh sistem yang bobrok.

Fakta yang lebih mengerikan, tak sedikit pelaku berasal dari kalangan akademisi dan aparatur negara. mereka yang seharusnya menjadi penjaga moral publik dan hukum. Kampus dan institusi pemerintahan, yang semestinya menjadi tempat menegakkan etika dan integritas, justru menjadi ruang aman bagi predator seksual.

Dengan status sosial dan kekuasaan struktural yang mereka miliki, para pelaku dapat mengendalikan narasi, memutarbalikkan fakta, dan menghentikan suara korban. Mereka bukan hanya pelaku individu, mereka bagian dari jaringan kekuasaan yang saling melindungi.

Sering kali, institusi menutup-nutupi kasus demi menjaga citra. Laporan korban dianggap aib yang bisa merusak reputasi lembaga, bukan sebagai alarm moral yang menuntut perbaikan sistem.

Di kalangan birokrasi, korban dipaksa tunduk karena pelaku adalah atasan langsung, dan dalam banyak kasus, pemegang otoritas anggaran maupun karier. Bukannya mendapat perlindungan, korban justru kehilangan pekerjaan, dirotasi secara paksa, bahkan dikriminalisasi dengan tuduhan pencemaran nama baik.

Perempuan yang melapor justru sering kali disalahkan. Mereka diinterogasi layaknya pelaku: “Kenapa pakai baju seperti itu?”, “Kenapa tidak melawan?”, “Kenapa baru sekarang melapor?” Pertanyaan-pertanyaan ini lebih menyakitkan dari luka fisik yang mereka alami. Ini bukan sekadar kegagalan hukum, tapi juga kegagalan moral bangsa.

Mirisnya, Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) No. 12 Tahun 2022 yang dirancang untuk memberikan perlindungan hukum yang lebih komprehensif terhadap korban kekerasan seksual dan untuk memastikan bahwa pelaku mendapatkan sanksi yang sesuai, masih belum mampu menjawab urgensi keadilan.

Bahkan, Pasal 5 ayat (1) menyebut bahwa korban berhak atas penanganan, perlindungan, dan pemulihan. Namun kenyataannya, aparat penegak hukum masih sering kali tidak sensitif gender, bahkan mengintimidasi korban. Undang-undang yang seharusnya menjadi pelindung justru menjadi pasal mati jika implementasinya hanya sebatas simbol.

Lebih mengerikan lagi, ruang digital yang seharusnya menjadi tempat aman justru berubah menjadi ladang baru bagi predator seksual. Kekerasan berbasis digital seperti sextortion, penyebaran konten intim tanpa persetujuan, dan perundungan seksual meningkat drastis. Ketika korban melawan, mereka justru dibungkam, dilabeli “baper”, atau bahkan diancam balik dengan UU ITE. Negara gagal memahami bahwa kekerasan seksual tak mengenal batas ruang.

Pendidikan yang seharusnya menjadi benteng terakhir pun gagal total. Pendidikan seksual masih dianggap tabu, padahal itulah senjata pertama untuk pencegahan. Sementara anak-anak dan remaja dijejali konten pornografi bebas di internet, mereka tidak dibekali pemahaman tentang batas tubuh, konsen, dan hak atas rasa aman.

Ketakutan atas moralitas justru membunuh pendidikan yang membebaskan. Akibatnya, kita hanya menciptakan generasi yang kerap bungkam terhadap pelecehan, atau lebih parah, generasi pelaku yang tak sadar bahwa mereka telah melanggar.

Situasi ini adalah cermin dari negara yang memihak pelaku dan menelantarkan korban. Selama sistem hukum, budaya, dan institusi sosial tidak berpihak pada penyintas, maka kita sedang menciptakan negara yang secara sistemik melindungi kekerasan seksual.

Ini bukan sekadar krisis sosial, melainkan bentuk pengkhianatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Korban tidak hanya berjuang melawan pelaku, tetapi juga melawan sistem yang rusak dari akar.

Sudah waktunya masyarakat menolak diam. Kita butuh solidaritas, bukan simpati sesaat. Kita perlu dukung komunitas pendamping korban, desak reformasi institusi penegak hukum, dan dorong pendidikan seksualitas komprehensif di setiap tingkat. Jangan biarkan kekerasan seksual menjadi bagian dari normalitas sosial kita. Jika dari diri pribadi kita kerap abai akan masalah ini, maka kita semua adalah bagian dari kekerasan itu.

Penulis: Frida
Editor: Lydia

Zakat: Ibadah Penyuci Harta Umat Islam

0

Zakat adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu, berupa pemberian sebagian harta kepada golongan yang berhak menerimanya (mustahik). Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga dan memiliki peran penting dalam membersihkan harta serta membantu kesejahteraan umat.

Zakat berasal dari bahasa Arab zaka, yang berarti suci, berkembang dan berkah. Secara istilah, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh seorang Muslim, yang memenuhi syarat untuk diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya, sesuai ketentuan syariat Islam.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka” (QS. At-Taubah: 103)

Zakat merupakan salah satu rukun Islam, yang wajib ditunaikan oleh setiap Muslim, yang telah memenuhi syarat-syaratnya. Namun, ada beberapa waktu yang diharamkan dalam membayar zakat yang perlu diketahui, agar ibadah ini dapat diterima dan sesuai dengan tuntunan syariat Islam.

Selain itu, di lansir dari jurnal yang berjudul “Analisis Zakat Fitrah dan Zakat Mal dalam Islam” yang ditulis oleh Fatmawati dkk, menjelaskan bahwa Waktu wajib membayar zakat fitrah adalah ketika terbenam matahari pada malam Idul Fitri.

Adapun beberapa waktu membayar Zakat Fitrah sebagai berikut:

a) Waktu Mubah, awal bulan Ramadhan sampai hari penghabisan Ramadhan.

b) Waktu Wajib, mulai terbenamnya matahari di akhir bulan Ramadhan

c) Waktu Sunah, sesudah sholat subuh sebelum sholat Idul Fitri.

d) Waktu Makruh, sesudah shalat idul fitri tetapi sebelum terbenam matahari pada hari raya Idul Fitri.

e) Waktu Haram, sesudah terbenam matahari pada hari raya Idul Fitri.

Zakat ini wajib dikeluarkan dalam bulan Ramadhan sebelum shalat ‘ied maka apa yang diberikan bukan termasuk zakat fitrah tetapi merupakan sedekah, hal ini sesuai dengan hadis Nabi SAW dari ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah Saw mewajibkan zakat fitrah itu sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan perkataan yang kotor dan sebagai makanan bagi orang yag miskin. Karena itu, barang siapa mengeluarkan sesudah shalat maka dia itu adalah salah satu shadaqah biasa.” (HR Abu Daud dan Ibnu Majjah).

Zakat adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu. Selain sebagai bentuk ibadah, zakat juga berperan dalam kesejahteraan sosial.

Jadi SigMAnia, Memahami waktu-waktu yang diharamkan atau dimakruhkan dalam membayar zakat sangat penting bagi umat Muslim agar ibadah ini lebih sempurna dan diterima oleh Allah SWT.

Penulis: Ayunda
Editor: Lydia

Loetoeng Kasaroeng Jadi Tonggak Perfilman Indonesia? Begini Mulanya

0

Hari lahir perfilman Indonesia diperingati setiap 30 Maret, tapi tahukah kalian film pertama apa yang di putar oleh Indonesia untuk pertama kalinya?

Di lansir dari laman Kompas.com, tanggal 30 Maret ini sebenarnya merujuk pada pemutaran perdana film “Loetoeng Kasaroeng” yang di anggap sebagai tonggak awal perfilman di Indonesia. Film ini diangkat dari cerita rakyat sunda dengan judul yang sama.

Uniknya, meskipun film ini berasal dari cerita rakyat, ternyata di sutradarai oleh orang Belanda, yaitu L. Heuveldorp dan G. Kruger. Film ini juga di produksi oleh perusahaan film Java Film Company. Tetapi, para aktor yang memerankan berasal dari masyarakat sunda pribumi dari golongan priyayi.

Saat itu, penayangan film ini masih berupa gambar bergerak tanpa ada suara sama sekali. Meskipun begitu, film ini ternyata pernah dibuat ulang selama dua kali pada tahun 1952 dan 1983.

Film ini diputar pertama kali di Bioskop Majestic, Bandung pada 30 Maret 1926. Kisah Loetoeng Kasaroeng sebenarnya berisikan nasihat untuk tidak memandang sesuatu dari kulitnya saja.

Di dalam ceritanya, tokoh Purbasari diejek oleh kakaknya karena memiliki kekasih seekor lutung (monyet dalam bahasa sunda). Sedangkan kakaknya, yaitu Purbararang selalu membanggakan kekasihnya, indrajaya seorang manusia. Tetapi ternyata, Lutung merupakan seorang pangeran tampan, titisan dewi Sunan Ambu.

Tetapi, meskipun Loetoeng Kasaroeng dinobatkan sebagai film pertama Indonesia. Ternyata, Hari Film Nasional yang biasa di peringati pada 30 Maret tersebut, merujuk pada hari pertama syuting film “Darah dan Doa” pada 30 Maret 1950. Film ini merupakan karya dari Usmar Ismail, yang saat ini di kenal sebagai tokoh besar dalam sejarah perfilman Indonesia, yang di juluki sebagai Bapak Perfilman Indonesia.

Penulis: Nabel
Editor: Lydia

DATA PEMUDIK TAHUN 2016-2025

0

SUMBER: Pusat Data Kontan

https://pusatdata.kontan.co.id/infografik/83/Jumlah-Pemudik-2016-2025

Setiap tahun, menjelang hari raya idulfitri, jutaan manusia berbondong-bondong melakukan perjalanan mudik untuk bertemu keluarga serta merayakan momen-momen penting bersama di kampung halaman. Tradisi ini tidak hanya momen silaturahmi, tetapi juga sebuah fenomena sosial. Jumlah pemudik dari tahun 2016 hingga 2025 menunjukkan fluktuasi yang signifikan, mencerminkan dinamika sosial serta kebijakan yang berlaku di Indonesia.

                                            Sumber: Pusat data kontan

Data ini menggambarkan fluktuasi jumlah pemudik di Indonesia dari tahun 2016 hingga tahun 2025, pada tahun 2016 hingga 2019, jumlah pemudik masih relatif stabil, berkisar antara 18,30 juta orang hingga 19,50 juta orang. Penurunan drastis terjadi pada tahun 2020 dan 2021, masing-masing jumlah pemudik hanya mencapai 0,29 juta orang dan 1,50 juta orang, penurunan ini diakibatkan oleh larangan mudik dari pemerintah dikarenakan masa pandemi COVID-19 pada kala itu. Pada tahun 2022 jumlah pemudik perlahan meningkat menjadi 8,50 juta orang. Puncaknya pada tahun 2023, jumlah pemudik meningkat secara drastis dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu mencapai 123,80 juta orang. Kemudian naik lagi pada tahun 2024, jumlah pemudik mencapai 193,60 juta orang. Namun untuk tahun 2025, hasil survei terbaru dari Kementerian Perhubungan (Menhub) yang bekerja sama dengan Litbang Kompas menunjukkan jumlah pemudik mengalami penurunan menjadi 146,48 juta orang atau penurunan sebesar 24,34%.

Faktor-faktor yang menjadi pendorong lonjakan pemudik:

  1. Pelonggaran aturan perjalanan: Tidak adanya pembatasan perjalanan seperti yang terjadi pada masa pandemi Covid-19.
  2. Peningkatan infrastruktur transportasi: Pembangunan dan peningkatan jalan tol turut mempermudah masayarakat untuk mudik.
  3. Mudik Gratis: Program mudik gratis juga menjadi faktor masyarakat untuk melakukan mudik.
  4. Pemulihan Ekonomi: Pemulihan ekonomi setelah masa pandemi turut berkontribusi terhadap peningkatan pemudik karena daya beli yang meningkat.

Cahaya Ramadan di Pinggir Jalan

0

Bagian Empat: Kesempatan di Akhir Kemenangan

Angin dini hari membelai wajah kami saat lelaki tua itu mengulurkan tangannya. Di matanya, ada kelembutan yang tak pernah kami temukan di jalanan. Namun, hatiku tetap diliputi keraguan. Bertahun-tahun hidup dalam gelap, membuat cahaya terasa asing. Apakah benar ada orang sebaik ini? Apakah kami layak menerima kebaikan?

Aku menoleh ke arah Elang. Bocah itu menggigit bibirnya, menatap tangan lelaki tua itu, seperti seorang pengelana yang ragu menyentuh sumber air. Lalu, dengan ragu-ragu, ia menggenggamnya. Aku tahu, Elang memilih percaya. Tapi aku?

Lelaki tua itu tidak memaksa. Ia hanya tersenyum dan berkata, “Ramadan adalah bulan kesempatan, Nak. Kesempatan untuk kembali, kesempatan untuk berubah. Allah selalu memberi jalan pulang bagi siapa pun yang mau melangkah.”

Aku memejamkan mata. Kata “pulang” terasa asing bagiku. Rumah adalah ilusi yang tak pernah kukenal. Namun, apakah aku akan selamanya menggelandang dalam ketidakpastian? Apakah aku akan terus menutup pintu kesempatan?

Langit mulai berubah warna. Ufuk timur merona jingga. Aku menarik napas panjang, lalu mengulurkan tanganku, bukan hanya untuk lelaki tua itu, tetapi juga untuk diriku sendiri. Untuk pertama kalinya dalam hidup, aku memilih percaya.

Kami berjalan meninggalkan masjid, meninggalkan trotoar, tempat kami selama ini bertahan. Tak ada yang tahu bagaimana hari esok. Namun, malam ini aku belajar satu hal: selama masih ada secercah cahaya, jalan pulang selalu ada.

Dan Ramadan ini, kami diberi kesempatan untuk menemukannya.

Ketika langkah kami semakin menjauh dari jalanan, rasa asing menyergap dadaku. Apakah ini benar keputusan yang tepat? Namun, genggaman Elang di tanganku terasa erat, seolah memberi keyakinan bahwa kami telah memilih jalan yang benar.

Lelaki tua itu membawa kami ke sebuah rumah kecil di ujung gang. Rumah sederhana dengan lampu temaram yang memancarkan kehangatan. “Kalian tidak perlu takut,” katanya, “Allah selalu punya rencana untuk setiap hambanya.” Kata-kata itu menggema dalam hatiku, mengikis sedikit demi sedikit ketakutan yang selama ini membelenggu.

Di ambang pintu rumah itu, aku menghela napas panjang. Mungkin ini awal dari sesuatu yang baru. Mungkin, Ramadan kali ini benar-benar menjadi titik balik dalam hidup kami. Aku melangkah masuk, meninggalkan masa lalu dan untuk pertama kalinya, menatap masa depan dengan secercah harapan.

Hari-hari berlalu. Kami mulai terbiasa dengan kehidupan baru. Elang membantu lelaki tua itu di warung kecilnya, sementara aku mulai belajar membaca dan menulis dari beberapa buku yang ia pinjamkan. Ramadan semakin mendekati akhir dan untuk pertama kalinya dalam hidup, aku merasa memiliki tempat untuk kembali.

Malam takbiran tiba. Suara takbir menggema dari segala penjuru, membelah malam dengan lantunan yang menyentuh kalbu. Aku dan Elang duduk di depan rumah, menatap langit yang dipenuhi cahaya lampu dan kembang api di kejauhan. “Besok kita akan salat eid, Kak?” tanya Elang pelan.

Aku menoleh padanya, lalu tersenyum. “Iya, kita akan salat bersama. Kita akan memulai lembaran baru.”

Elang menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku menatap ke depan, ke jalanan yang dulu kami anggap satu-satunya rumah. Kini, aku sadar, rumah bukan sekadar tempat berteduh. Rumah adalah tempat di mana hati merasa aman, di mana cahaya selalu ada untuk mereka yang mau melangkah.

Dan malam ini, aku tahu, aku telah menemukan rumahku.

TAMAT

Penulis: Frida
Editor: Lydia

Ngariung: Tradisi Masyarakat Sunda yang Ajarkan Kebersamaan dalam Spiritual

0

Masyarakat Sunda, memiliki berbagai tradisi yang erat kaitannya dengan kebersamaan dan musyawarah. Salah satunya adalah Riungan, yaitu kegiatan berkumpul yang bertujuan untuk membahas berbagai hal, baik dalam lingkup keluarga maupun pemerintahan adat. Riungan bukan sekadar pertemuan biasa, melainkan untuk mempererat silaturahmi, serta melestarikan nilai-nilai budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Di sisi lain, ada juga tradisi Ngariung, yang lebih berfokus pada aspek keagamaan dan spiritual. Ngariung merupakan tradisi unik masyarakat Banten yang diisi dengan doa bersama, shalawat, serta pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an sebagai ungkapan rasa syukur. Biasanya, ngariung dilakukan untuk memperingati momen-momen penting, seperti hari kemerdekaan, kelahiran bayi, akikah, dan acara lainnya.

Secara etimologis, kata ngariung berasal dari dua unsur bahasa Sunda, yaitu “nga” yang berarti melakukan suatu kegiatan, dan “riung” yang berarti berkumpul dalam satu kelompok. Ngariung biasanya dilakukan di tempat yang dianggap bersih dan suci, seperti masjid, musholla atau rumah warga yang menjadi tuan rumah acara.

Menurut jurnal Keislaman dan Ilmu Pendidikan yang ditulis oleh Suntiyah dkk, ngariung atau selametan merupakan tradisi berkumpul, yang melibatkan seluruh kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, khususnya kaum laki-laki, untuk berdoa bersama. Salah satu bentuk ngariung yang masih lestari adalah tradisi Panjang Mulud Nabi, yaitu perayaan yang diadakan dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad.

Dalam pelaksanaan Panjang Mulud Nabi, makanan yang telah didoakan akan dibagikan kepada masyarakat sekitar. Tujuan dari pembagian makanan ini adalah agar seluruh warga, termasuk mereka yang kurang mampu, dapat menikmati hidangan yang mungkin jarang mereka miliki. Makanan tersebut dibagikan secara acak dan tidak selalu merata, tetapi tetap mencerminkan semangat kebersamaan dan berbagi.

Ngariung memiliki dampak yang signifikan dalam kehidupan masyarakat Sunda, baik dari segi spiritual maupun sosial. Dari sisi spiritual, tradisi ini menjadi sarana untuk mempererat hubungan dengan leluhur serta memperdalam rasa kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Ngariung juga diyakini memberikan ketenangan batin dan keyakinan bahwa doa-doa yang dipanjatkan akan didengar dan dikabulkan oleh Tuhan.

Dari aspek sosial, ngariung berperan sebagai ajang untuk mempererat hubungan antaranggota masyarakat. Melalui kegiatan ini, warga saling mendukung, berdoa bersama, dan memperkuat solidaritas. Kehadiran seluruh lapisan masyarakat dalam ngariung mencerminkan nilai gotong royong dan kebersamaan yang menjadi ciri khas budaya Sunda.

Seiring perkembangan zaman, tradisi ngariung tetap bertahan, karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya masih relevan dan dihargai oleh masyarakat. Hingga kini, ngariung tetap dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, wujud kepedulian sosial, serta sarana untuk memohon perlindungan dan keberkahan dari Tuhan.

Meskipun mengalami penyesuaian dengan perubahan zaman, esensi dari ngariung tetap sama mempererat hubungan sosial, berbagi kebahagiaan, dan menjaga nilai-nilai kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Penulis : Davina
Editor : Lydia

Unik! Negara Ini Cuma Punya Waktu Satu Jam untuk Puasa?

0

Saat ini kita sudah menjalani hampir satu bulan puasa, tapi tahukah kalian SiGMAnia bahwa ternyata ada salah satu wilayah di muka bumi ini yang melangsungkan puasa hanya selama satu jam dalam satu hari. Emang ada?

Mari kita cek faktanya!

Seorang WNI melalui akun X @ommi_siregar, membagikan pengalamannya yang melaksanakan puasa hanya dalam 1 jam saja. Pengalaman tersebut ia dapatkan ketika berada di Murmansk, Rusia.

Hal ini di sebabkan karena letak geografis Murmansk yang berada di dekat Kutub Utara. Bahkan uniknya lagi, di bulan Desember matahari tidak terbit sama sekali selama seharian penuh.

Daerah Murmansk memang mengalami fenomena malam kutub atau polar night ketika musim dingin, yang artinya matahari tidak terbit sama sekali selama sebulan penuh.

Murmansk sendiri memiliki waktu shalat yang berdekatan seperti subuh, isya, dan magrib. Ketiga waktu solat tersebut dilaksanakan dalam satu waktu. Bahkan menurutnya pada beberapa sumber dan tanggal yang berbeda menyatakan bahwa shalat dzuhur dan ashar hanya berbeda 10 menit saja untuk waktu pelaksanaanya.

Nah SiGMAnia, karena letak geografisnya maka dari itulah Murmansk memiliki waktu shalat yang berdekatan dan puasa yang singkat, hal ini disebabkan oleh durasi waktu siang hari yang sangat singkat dan dapat berpengaruh kepada waktu ibadah.

Penulis: Nabel
Editor: Lydia

Waktu yang Pas untuk Berolahraga Saat Berpuasa, Simak Penjelasannya

0

Lebaran hanya tinggal beberapa hari lagi, setelah itu datanglah waktu untuk mudik, aktivitas yang mengharuskan tubuh siap menjalani perjalanan jauh. Meskipun berpuasa, menjaga kebugaran tubuh tetap penting untuk mempersiapkan diri, terutama menghadapi aktivitas lebaran yang padat.

Olahraga saat puasa sebenarnya bisa dilakukan, asalkan memilih waktu yang tepat. Salah satu waktu yang sangat dianjurkan adalah sebelum berbuka puasa. Pada saat ini, kadar gula darah berada dalam kondisi rendah, yang memungkinkan tubuh untuk lebih mudah membakar lemak sebagai sumber energi. Aktivitas ringan seperti jalan kaki atau jogging santai bisa menjadi pilihan yang efektif. Selain itu, olahraga sebelum berbuka juga membantu meningkatkan sensitivitas insulin tubuh, yang memungkinkan tubuh untuk menggunakan gula darah dengan lebih efisien setelah berbuka puasa.

Dikutip dari Jurnal berjudul “Pandangan Mahasiswa Terhadap Olahraga di Bulan Ramadhan” yang ditulis oleh Muhammad Rizky Kurniawan, dkk bahwa, walau olahraga sebelum berbuka memberikan banyak manfaat, durasi dan intensitas olahraga perlu diperhatikan agar tubuh tidak terlalu kelelahan. Cukup 20-30 menit dengan intensitas ringan sudah cukup efektif. Waktu lainnya yang juga baik untuk berolahraga adalah setelah berbuka puasa. Setelah berbuka, tubuh sudah mendapatkan asupan makanan dan cairan yang diperlukan, sehingga lebih siap untuk melakukan aktivitas fisik dengan energi yang lebih banyak. Berolahraga setelah berbuka juga membantu tubuh mengembalikan stamina dan menghindari risiko dehidrasi, yang sering terjadi jika berolahraga saat perut kosong.

Setelah berbuka, jenis olahraga bisa ditingkatkan, seperti bersepeda atau latihan kekuatan ringan, karena tubuh sudah mendapatkan pasokan energi dari makanan yang dikonsumsi. Namun, sebaiknya hindari olahraga yang terlalu berat, agar tubuh tetap dalam kondisi prima dan tidak terlalu lelah.

Selain memilih waktu yang tepat untuk berolahraga, menjaga tubuh tetap sehat dan bugar menjelang mudik juga sangat penting. Mudik lebaran sering kali melibatkan perjalanan panjang, yang bisa membuat tubuh mudah lelah. Oleh karena itu, berolahraga secara rutin selama bulan puasa dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah kelelahan saat mudik. Dengan tubuh yang kuat, perjalanan panjang pun bisa lebih mudah dijalani tanpa merasa cepat lelah.

Dilansir dari Kementerian Kesehatan, tips makan saat sahur dengan makanan tinggi serat dan hindari makanan berminyak, berbuka puasa secara bertahap dimulai dengan air putih dan makanan manis, hindari makan berlebihan saat malam, tetap beraktivitas fisik minimal 30 menit, dan menjaga pola tidur dengan tidak begadang terlalu larut. Dengan mengikuti tips ini, tubuh akan tetap bugar dan siap menjalankan ibadah dengan baik.

Dengan menjaga kebugaran tubuh selama bulan puasa dan memilih waktu olahraga yang tepat, puasa dan mudik bisa dijalani dengan penuh energi tanpa mengorbankan kesehatan. Olahraga sebelum atau setelah berbuka merupakan pilihan yang aman dan efektif untuk mempersiapkan tubuh agar tetap bugar selama Ramadan dan menjelang perjalanan mudik lebaran.

Penulis: Indah
Editor: Lydia

Transformasi Metabolisme Tubuh Selama Puasa

0

Puasa, terutama yang dilakukan selama bulan Ramadhan, memberikan dampak signifikan pada tubuh kita. Selama sebulan berpuasa, tubuh melakukan penyesuaian metabolisme, mulai dari perubahan pola makan hingga pengelolaan energi. Menurut jurnal “Pengaruh Puasa pada Kesehatan Tubuh, Kesehatan Mental, dan Prestasi Belajar”, puasa dapat meningkatkan sensitivitas insulin yang mengatur kadar gula darah, mengurangi peradangan, serta membantu mengontrol berat badan. Meski demikian, efek positif tersebut bergantung pada cara puasa dilakukan, terutama dalam pola makan yang sehat dan teratur.

Selama bulan puasa, tubuh kita mengubah cara mengolah energi. Ketika tidak ada asupan makanan dan minuman, tubuh akan mulai menggunakan cadangan energi berupa glikogen dan lemak untuk bertahan. Proses ini dapat meningkatkan metabolisme tubuh, yang berfungsi untuk mengatur berat badan dan mendukung kesehatan jantung. Puasa juga memberi kesempatan bagi tubuh untuk melakukan detoksifikasi, mengurangi beban pada sistem pencernaan, serta memperbaiki keseimbangan hormon.

Namun, perubahan pola makan yang drastis setelah Ramadhan atau saat Lebaran bisa mengganggu efek positif tersebut. Makan berlebihan yang tinggi gula atau lemak setelah berpuasa dapat mengganggu metabolisme tubuh dan merusak hasil positif yang sudah dicapai selama puasa. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menekankan pentingnya menjaga pola makan yang seimbang setelah Ramadhan untuk memastikan tubuh tetap sehat dan metabolisme tetap berfungsi optimal.

Selain itu, perubahan drastis dalam pola makan setelah Ramadhan juga dapat menyebabkan gangguan pencernaan. Sistem pencernaan yang telah beradaptasi dengan pola makan terbatas selama puasa, mungkin akan “terkejut” jika langsung diberikan makanan berat atau berlemak. Oleh karena itu, disarankan untuk memperkenalkan makanan secara bertahap dan menghindari konsumsi berlebihan yang bisa menyebabkan masalah pencernaan seperti perut kembung atau mulas.

Kementerian Kesehatan (KEMENKES) juga menyarankan agar masyarakat tetap memperhatikan pola makan sehat meskipun tidak sedang berpuasa. Diet yang kaya akan buah, sayur, protein sehat, dan menghindari makanan olahan atau tinggi gula tetap menjadi kunci utama dalam menjaga metabolisme tubuh yang sehat. Kemenkes juga merekomendasikan agar pola makan seimbang dilengkapi dengan olahraga ringan untuk menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh.

Selain makan yang sehat, tidur yang cukup juga menjadi faktor penting untuk mendukung kesehatan tubuh setelah Ramadhan. Kualitas tidur yang buruk dapat mengganggu metabolisme tubuh, memperlambat proses pemulihan, dan memengaruhi keseimbangan hormon. Oleh karena itu, penting untuk kembali ke pola tidur yang teratur dan cukup setelah bulan puasa untuk menjaga keseimbangan tubuh.

Secara keseluruhan, dampak puasa terhadap metabolisme tubuh dapat sangat positif jika dilakukan dengan bijak. Namun, menjaga keseimbangan antara pola makan sehat, aktivitas fisik, dan kualitas tidur setelah Ramadhan sangat penting untuk mempertahankan hasil yang telah dicapai selama bulan puasa. Dengan pendekatan yang tepat, tubuh dapat tetap sehat dan bugar setelah Ramadhan berakhir, serta menghindari dampak negatif yang dapat timbul jika pola makan dan gaya hidup berubah secara drastis.

Penulis: Indah
Editor: Lydia