Beranda blog Halaman 112

Reina

0

Gemerlap malam dihiasi bintang yang berkelip,aku termenung di balkon rumahku sembari menatap ke arah langit,aku terus memperhatikan kedipan bintang itu, indah memang.

Aku sangat ingin menjadi seperti mereka, “Apa mungkin?” tanyaku dalam hati.

“Reina…” teriak seorang wanita paruh baya.

“Iya ibu..” balasku.

Aku Reina, usia ku 17 tahun, sekarang aku menginjak kelas tiga sekolah menengah atas, terlahir dari keluarga yang cukup terpandang. Yang memanggilku tadi ialah ibuku, ia sangat menyayangi aku, ia selalu mendukung setiap keputusanku asalkan itu baik untuk diriku.

Berbeda dengan Ayah, beliau selalu mengaturku, bahkan soal pendidikan ia sudah berencana akan menyekolahkan ku ke luar negeri pasca aku lulus di SMA, tapi aku menentangnya. Akan tetapi,ia tetap pada keputusannya karena semua anak rekan kerjanya bersekolah di luar. Aku tidak tau apa yang akan terjadi nanti.

“Rei ayo masuk sayang, udah larut malam, besok kamu harus sekolah,” tegas ibu.

“Iya bu, Rei masuk sekarang.”

Pagi hari yang cerah, aku sudah bersiap-siap berangkat sekolah, ku lihat ibu sudah menata rapih makanan di atas meja makan, ayah juga tengah berada di sana tengah duduk di sana.

“Rei, sini sayang sarapan dulu,sudah ibu siapkan,” ajak ibu.

“Enggak bu, Reina sudah telat nih,mau langsung berangkat aja,”jelasku.

“Oh ya sudah, bekal aja ya, makannya nanti di sekolah,”

Ibu memberikan kotak yang berisi makanan yang tadi di buat dan memasukannya ke dalam tasku, lalu aku mencium tangan pada ibu begitupun ayah.

“Reina berangkat,” 

“Kamu gak mau ayah anterin?,” tanya ayah.

“Engga yah,aku mau sendiri aja,” jawabku.

Aku melangkahkan kaki keluar rumah, menyusuri lorong depan rumahku, mewah memang, tapi apalah arti semua ini jika di dalamnya sudah seperti penjara bagiku, banyaknya peraturan.

“Non, mau saya antar?” ucap mang Yusri, sopir di rumahku.

“Enggak mang, Reina mau naik angkutan umum aja,” balasku.

Aku tidak ingin menjadi anak yang manja, aku ingin hidup sederhana seperti anak-anak yang lain, toh lebih seru naik angkutan umum, karena kita bisa belajar banyak tentang dunia luar dan bisa mempunyai banyak kenalan juga.

Aku melanjutkan langkah kaki yang sempat terhenti. Sesampainya di halte aku duduk menunggu angkutan umum yang dituju.

Aku melihat ke sekitaran jalan,banyak kendaraan berlalu lalang, ke sana kemari, pertanda orang-orang hendak memulai aktifitasnya.

“Rei gak kerasa yah bulan depan kita udah mau ujian akhir sekolah,” ucap dani teman dekatku.

Dani adalah salah satu teman dekatku semenjak aku masuk SMA, ia teman yang baik tidak pernah marah dan selalu mengalah kepadaku. Setiap kali kami pergi ke perpustakaan selalu ada saja buku yang menjadi rebutan tapi aku selalu menang karena dia selalu mengalah.

“Iya dan,gua juga bingung cepet banget,” 

“Namanya juga hidup hahaha,” ujar dani sambil tertawa kecil.

Aku menatap papan tulis yang berada dihadapan ku,entah kenapa perkataan ayah selalu menghantui pikiranku, berat rasanya.

“Udah ketebak, pasti lo mikirin ayah kan?” tanya dani sambil menebak-nebak.

“Iya gimana ini gua gak mau banget,” 

“Udah gak usah di pikirin dulu, fokus aja buat ujiannya,” ucapnya.

Bel berbunyi, terlihat semua penghuni sekolah mulai berhamburan keluar karena kelas telah selesai. Aku mulai merapikan buku-buku yang tadinya berserakan di meja bekas belajar. Setelah selesai aku langsung bergegas meninggalkan kelas dan kembali ke rumah.

“Rei, ayah udah daftarin kamu buat kuliah di Amerika, tempat tinggalnya juga ,pasti kamu bakalan betah di sana,” ucap ayah sambil menyeruput kopi buatan ibu.

“Kenapa sih yah, kan Reina udah sering bilang, Reina gak mau kuliah jauh-jauh apalagi sampe ke luar negeri gitu, aku gak mau jauh dari ayah sama ibu,” tegasku sambil meletakan buku yang barusan ku baca.

Seketika, ayah memandangku dengan tatapan yang tajam.

“Pokoknya ayah tidak mau tau, kamu harus nurut apa kata ayah, ini buat kebaikan kamu, masa depan kamu!”

“Gak mau!” tegasku kembali.

Kemudian aku pergi, dengan air mata yang tak bisa ku tahan ketika ayah sudah mengucapkan kalimat itu. Aku rasa Ayah tidak mengerti perasaanku. Demi rasa gengsinya, ia tega hendak memisahkan ku dari ibu dan teman-teman dekatku di sini.

“Sayang, boleh ibu masuk?,” tanya ibu yang tengah berdiri di pintu kamarku.

Aku menganggukan kepala, ku lihat tatapan wajah ibu yang penuh rasa iba kepadaku.

“Sayang, maafin ibu ya, ibu gak bisa berbuat apa-apa, kamu tau sendiri ayahmu sangat keras kepala,”

Aku memeluk erat ibu, yang tengah berada tepat di hadapanku sembari tangan yang mengusap air mata yang membasahi wajahku.

Perputaran waktu begitu cepat, kini aku tengah berada di penghujung jalan kebimbangan. Di sisi lain aku sangat bahagia karena telah menyelesaikan ujian akhir di sekolah akan tetapi di sisi lain teringat keputusan ayah.

“Dan,gimana lu udah mulai daftar kuliah?” tanyaku kepada dani yang tengah sibuk memakai sepatu.

“Iya rei, gua udah daftar di Universitas Kota, tinggal nunggu waktu tes aja,” jawabnya sambil melihat ke arahku.

“Ajakin gua daftar juga dong,” pintaku dengan wajah memelas.

“lah kan lu udah daftar di Amerika,hebat loh,” ujarnya.

Aku mengalihkan pandangan dan memasang wajah kesal dan pergi meninggalkan dani tanpa berucap apapun. Dani berteriak memanggilku tapi aku tidak menghiraukannya.

“Apa sih berisik!!” tukasku.

“Main pergi aja lu, maafin lah,”

“Lagian lu kan udah tau, gua ga suka kalo denger lo ngomong kayak gitu,” tegasku.

Kemudian, ide muncul dari kepalaku. Aku mengajak dani untuk main ke rumah sembari membujuk ayah untuk tidak mengirimku ke Amerika. Setelah sampai di rumah Ayah menyambut Dani dengan baik akan tetapi setelah kalimat permintaan tentangku keluar dari mulut Dani ayah langsung mengelak dan membentak Dani.

“Kamu jangan ikut campur soal Reina ya, saya ayahnya tau mana yang baik untuk anaknya!” bentak ayah.

“Tapi om, kasian Reina nanti dia tertekan dan itu ga baik juga buat dirinya nanti,” ucap Dani memohon.

Tanpa menghiraukan perkataan dani, kemudian Ayah malah mengusirnya dari rumah dengan tidak hormat. Melihat hal itu aku merasa sangat kecewa terhadap sikap ayah.

“Ayah kenapa sih,udah aku bilang beberapa kali aku gak mau.  Ayah Egois!” tegasku kembali.

“Oke jika itu mau kamu, ayah punya dua pilihan, kamu mau nurut apa kata ayah atau silahkan angkat kaki dari rumah ini!” ucap ayah dengan nada tinggi.

Air mataku kembali berjatuhan, aku tidak percaya bisa-bisanya ayah mengucapkan kalimat itu kepada anaknya sendiri. kemudian aku bergegas ke kamar dan membereskan pakaian untuk di masukan kedalam koper, koper berwarna biru muda yang biasa ku bawa berpergian.

“Sayang, kamu kemana?” tanya ibu dengan wajah panik.

Tanpa menjawab pertanyaan ibu, aku pergi keluar rumah. Mendengar ibu berteriak memanggil ayah.

“Ayah, lihat Reina mau pergi dari rumah,” teriak ibu.

Aku menyusuri trotoar jalan raya yang belum jauh dari rumahku sambil berlari-lari kecil, kala itu jalanan cukup ramai banyak kendaraan berlalu lalang. Ketika aku menengok ke belakang ternyata ibu dari tadi mengejarku.

“Reina sayang, tunggu ibu,”

Aku melihat wajahnya penuh dengan keringat. Kemudian aku menghentikan langkah kaki dan menghampiri ibu.

“Ibu ngapain ngikutin reina,ibu di rumah aja sama ayah,” 

Lalu ibu memelukku dengan erat, tak terasa air matanya mengenai pipiku.”Ibu pulang aja,biarin reina pergi,”ucapku sambil melepas pelukannya.

Langkah kaki membawaku untuk menyebrangi jalan aku tak melihat arah manapun selain fokus ke depan. Tiba-tiba ada yang mendorong ku sehingga aku terpental ke bahu jalan.

“BRAAKKK..”

Seketika aku langsung berdiri dan melihat kerumunan orang, aku bertanya-tanya dalam hati ada apa denganku.

“ibuuuu,” 

Aku langsung berlari kearah kerumunan tersebut,dan melihat ibu bersimbah darah dan tengah terbaring tak sadarkan diri. Kemudian,ambulan datang dengan bantuan orang lain dan membawa ibu ke rumah sakit.

“Ayah puas!?”

“Liat ibu yah, ibu belum sadar,” ucapku sambil mengalihkan pandangan dari ayah. 

Terlihat dari raut wajah ayah yang amat merasa bersalah, matanya tampak berkaca-kaca.

“Nak, maaf..”ucap ayah sambil bersimpuh di hadapanku.

Melihat hal itu sebenarnya aku sangat merasa tidak enak, karena bagaimanapun juga ia adalah ayahku, akan tetapi disisi lain aku sangat kecewa kepadanya.

“Uhukk..Uhukk…Reii sa..yang,” ucap ibu dengan terbata-bata.

Tangan ibu terlihat bergerak dan tiba-tiba memegang tanganku yang dari tadi berada di sampingnya.

“Ibu..ibu sudah sadar..” pekiku sambil memeluk tubuh ibu yang masih dalam keadaan lemah.

Ibu tampak berusaha untuk bangkit dari tidurnya akan tetapi aku menghalanginya karena melihat kondisinya yang baru saja sadar dengan balutan kain kasa di kepalanya.

“Rei maafin ayah ya sayang,” ujar ibu.

Mendengar ucapan dari ibu aku hanya diam seribu kata dan berusaha mengalihkannya. Ayah yang dari tadi hanya berdiri di sampingku tanpa berkata apapun kecuali menjatuhkan air mata.

Disepanjang ketika aku hidup bersama ayah dan ibu sebelumnya,belum pernah melihat air mata yang turun dari mata ayah. Kecuali saat ibu berjuang melahirkan ku ia terlihat menangis, itu terakhir kali air matanya jatuh, kata ibu.

“Sekali lagi Reina putri ibu sayang, maafin ayah,”ucap ibu dengan suara lembutnya.

Kemudian aku memandang wajah ayah sesekali,”Tapi bu,”

“Maafin ayah ya nak, ayah salah, ayah terlalu mengekang kamu,ayah janji mulai detik ini gak akan menghalangi kamu lagi, kamu bebas memilih tujuan hidup kamu asalkan itu baik ya nak,” ucap ayah kemudian memelukku dengan hangat.

Aku sudah tidak bisa menahan air mata yang dari tadi sudah terbendung, “Maafin reina juga ya ayah, Reina sudah kasar sama ayah,”

“Tidak nak, ini semua salah ayah”ujar ayah sambil mengelus kepalaku.

Aku kembali menatap wajah ibu, telah terukir senyum yang amat sangat cantik ketika ia melihat aku dan ayah bersama. Ibu selalu menjadi pemecah disetiap masalah yang ada dalam hidupku,aku sangat bersyukur atas apa yang telah di berikan tuhan.

Kini hidupku telah berjalan dengan bahagia, tidak ada lagi kekangan dan kebimbangan, ayahpun telah berubah menjadi sosok yang arif dan bijaksana dan Akupun berjanji tidak akan mengecewakan mereka. [Mg.Olis/Rani/SiGMA]

Wanita Kuat dan Hebat

0

Keterbatasan fisik akibat penyakit yang mengganggu kesehatannya tak membuat semangat Dr. Hj. Ilah Holilah, S.Ag., M.Si. seorang dosen di Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten surut untuk meraih cita-cita dam mimpinya. Lahir di Cilegon pada tanggal 6 Januari 1971 dari seorang pasangan yang Ayahnya bernama H. Masran Ardjawinata dan ibu bernama Hj. Hadriyah. Ia adalah anak ke-delapan dari Sembilan bersaudara. Divonis menderita penyakit lupus semenjak duduk dibangku kuliah yang membuat ia cepat lelah dan jatuh sakit.Akan tetapi hal tersebut tak menghalangi semangatnya untuk mengejar pendidikan dan meraih cita-citanya.


Saat ini ia tinggal di RJA DPR RI Kalibata, Jakarta Selatan. Ilah memulai pendidikannya di SDN IV Cilegon tahun 1983, kemudian Madradah Tsanawiyah (MTs) Negeri Anyer tahun 1996 dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Serang pada tahun 1989.
Beliau lahir dari keluarga taat beragama yang dididik dan dikekang untuk lebih mengedepankan agama. Ia sempat berpikir bahwa dirinya terlalu dikekang namun ia tersadar bahwa itu semua baik untuk masa depannya. Dengan latar belakang sebagai aktivis organisasi dan dukungan orang tua membuat ia pada akhirnya tertarik dengan dunia pendidikan. Sebagai seorang wanita, Ilah juga ingin membuktikan bahwa wanita juga memiliki kekuatan dan semangat yang tinggi.
Setelah lulus dari MAN Serang pada tahun 1989, beliau melanjutkan Pendidikannya di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengambil jurusan Bahasa Indonesia dan berhasil mendapatkan gelar S1 nya pada tahun 1995.
Walaupun dengan kondisi fisik dan kesehatan yang tidak memadai, akan tetapi semangatnya tidak pernah padam dalam mengejar pendidikan karena baginya itu bukan penghalang untuk tetap menggapai mimpi.


”Seorang aktivis digembleng untuk bisa berfikir banyak hal dan menyelesaikan masalah dalam satu waktu. Meskipun dalam kondisi fisik dan kesehatan saya sangat tidak memadai,” ujarnya.
Kemudian ia melanjutkan pendidikan Pascasarjana di Universitas Indonesia mengambil jurusan Manajemen Komunikasi. Akan tetapi, setelah sampai pada penyusunan proposal tesis, ia kembali sakit dan terpaksa harus berhenti kuliah.
Tak ingin penyakit yang diderita menghalangi semangatnya mengejar pendidikan, beliau kembali mendaftarkan pendidikan Pascasarjana di Universitas Sahid, memasuki kelas jauh yang berlokasi di Cilegon. Dengan usaha dan semangatnya ia berhasil menyelesaikan pendidikan S2 di tahun 2007.
Sebelum ia menjadi dosen, ia sempat bekerja sebagai sekretaris di Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Akan tetapi ia merasakan ada ketidakcocokan. Kemudian, ia keluar dan mulai mengabdi sebagai dosen di Institut Agama Isam Negeri (IAIN) Sultan Maulana Hadanuddin (SMH) Banten. Dari situ ia mulai merasa bahwa hidupnya lebih bersemangat dan berwarna. Dapat bertemu dengan mahasiswa yang berbeda-berbeda pola fikir dan pemahaman, hal tersebut merupakan sebuah tantangan baginya.


Setelah berpindah profesi menjadi seorang dosen, kemudian ia diangkat menjadi Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN SMH Banten pada tahun 2004-2009. Setelah itu, ia juga menjadi Ketua Pusat Studi Wanita (PSW) IAIN SMH Banten tahun 2009-2014. Pada tahun 2017 ia diangkat menjadi Kepala Pusat Studi Gender dan Islam di PPPM UIN SMH Banten tahun 2017-2018. Ia menjadi dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia di Fakultas Tarbiyah IAIN SMH Banten (1998), dosen Mata Kuliah Ilmu Komunikasi di Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN SMH Banten (2007) dan menjadi dosen tetap Mata Kuliah Ilmu Komunikasi di Fakultas Dakwah UIN SMH Banten dengan jabatan fungsional Lektor Kepala (IV/a).


Disamping menjalani profesi sebagai dosen, ia melanjutkan Program S3 Kajian Dakwah dan Komunikasi di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan perjalanan yang cukup berat dikarenakan kondisi fisik yang tidak sehat kembali diakhir penyusunan disertasi. meskipun begitu tetap ia kerjakan hingga akhirnya bisa terselesaikan pada tahun 2020 dan mendapat gelar Doktor.
Dalam pandangan orang lain, mungkin terhadap dirinya yang dianggap sudah sukses karena sudah sampai pada tahap sekarang ini, tapi menurutnya sukses itu adalah ketika kita bisa membahagiakan orang lain dan bermanfaat bagi orang lain. “Semakin banyak membuat orang lain bahagia dan membuka peluang untuk orang lain sukses maka semakin sukses diri kita,” ucapnya.


Tak sampai di situ, ia masih mempunyai banyak Impian yang masih belum tercapai dalam hidupnya dan keluarganya yaitu menginginkan sebuah pondok pesantren dan pesantren khusus untuk lansia yang berkualitas tetapi gratis yang sudah di rencanakan dengan keluarga. [Mg. Olis/Esti/SiGMA]

Menilik Sang Pelita Dari Pelosok Negeri

0

Dianturi adalah seorang founder “Sabtu Mengajar Pandeglang” dan Mahasiswa Akademi Metrologi dan Instrumentasi ( AKMET) dibawah naungan Kementrian Perdagangan RI. Pemuda ini berasal dari Pandeglang. Mengawali pendidikan pertamanya di SDN 3 Mandalawangi pada tahun 2012, melanjutkan ke SMPN 1 Mandalawangi pada tahun 2015, dan mengakhiri sekolah menengahnya di SMAN 1 Pandeglang pada tahun 2018.


Seorang pemuda yang mempunyai passion diri untuk mengembangkan negara di bidang pendidikan. Pada masa kecilnya ia mempunyai tekad dan semangat untuk mewujudkan mimpinya menjadi orang sukses dengan berjalan kaki menuju sekolah. Bahkan saat ia duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), ketika ada angin ataupun hujan semua siswa harus keluar ruang kelas, lantaran kondisi ruangan kelas yang kurang baik. Tetapi itu tidak mematahkan semangatnya dalam belajar, kegigihan belajarnya semakin tinggi ketika akan memasuki Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada saat itu ayahnya melarang ia bersekolah di SMAN 1 Pandeglang, dikarenakan biayanya sangat mahal, juga jarak dari rumahnya sangat jauh. Berbeda dengan sang ibu yang malah mendukungnya untuk bersekolah disana tanpa perlu mengkhawatirkan biaya.

Dengan bermodal tekad dan semangat ingin belajar, ia bahkan rela berjalan kaki sepulang sekolah dari Mengger menuju Mandalawangi. Karena pada saat itu yang bersekolah di SMAN 1 Pandeglang hanya ia seorang. Seiring waktu berjalan, berbagai prestasi mampu ia raih, mulai dari peringkat pertama dikelas. Bahkan atas kemampuan public speakers nya ia diminta untuk mengikuti berbagai lomba oleh gurunya untuk mewakili dari tingkat Kabupaten dan tingkat Provinsi. Berbagai penghargaan pun mampu ia raih, diantaranya juara 3 lomba LCC 4 pilar tingkat Kabupaten tahun 2017, juara 1 lomba Pramuka Bhayangkara pada tahun 2016, juara 3 Essay Parlemen Remaja tingkat Provinsi tahun 2017, Juara 5 Olimpiade Astronomi Kabupaten pada tahun 2017, serta menjadi finalis LCC 4 pilar tingkat Provinsi pada tahun 2017. Karena banyaknya prestasi yang ia dapatkan, pihak sekolah memberikan apresiasi dengan menggratiskan biaya sekolah sampai ia lulus serta uang yang digunakan untuk pendaftaran sebesar 4 juta dikembalikan. Tak hanya itu ia pun mendapatkan uang dari sekolah setiap bulannya sebesar dua ratus ribu rupiah.


Kisah berlanjut saat ia menginjakan kaki di kelas 11. Letih yang ia rasakan selama satu tahun, akhirnya memiliki keberanian untuk meminta izin kepada orangtua agar diperbolehkan untuk ngekos. Karena terkendala faktor ekonomi orang tua pun tidak bisa mengizinkan permintaannya. Ia pun terus berpikir bagaimana caranya supaya ia mendapat tempat tinggal yang murah bahkan gratis yang dekat dengan sekolahnya.

Pada suatu masa ia menjadi bendahara rohis, ia meminta pembina rohis agar memberikan izin untuk tinggal di ruangan rohis dan menjadi marbot serta penanggung jawab kebersihan di mushola. Seiring waktu berjalan, saat ia berada di bangku kelas 12, ia memutuskan untuk pesantren di Pondok Pesantren Baitul Qur’an, sekaligus ia diangkat sebagai ketua di ponpes tersebut. Tak hanya itu, ia pun mendapatkan banyak prestasi, salah satu pencapaian terbesarnya yaitu mendapat penghargaan Delegasi Parlemen Remaja Asal Banten tingkat Nasional pada tahun 2017.

Pada tingkat akhir di kelas 12 ia mempunyai keinginan untuk melajutkan pendidikan ke Institut Teknologi Bandung (ITB), tetapi ia merasa kemampuan nya masih sangatlah kurang, akhirnya ia mendorong kembali semangatnya untuk lebih giat belajar dan belajar setiap harinya disertai dengan bimbel, setiap malam ia tahajud dan berdo’a pada Allah agar diterima di Universitas impiannya. Takdir berkata lain, ternyata Allah belum mengijinkan ia untuk belajar di Universitas impiannya. Akhirnya ia memutuskan untuk mendaftar ke Universitas manapun asalkan diterima, ia mendaftar hampir ke 17 universitas lewat berbagai jalur, namun tetap saja ia belum berhasil.

Ditengah kegelisahan yang ia rasakan, saat itu ia memutuskan untuk kembali ke pondok, dan meminta izin kepada sang ustadz. tetapi ia tidak mengizinkannya karena itu tidak akan baik untuk dirinya, karena ia menilai yang diinginkan muridnya itu hanyalah kuliah. Keesokan harinya pengumuman Akademi Metrologi dan Instrumentasi, rencana Allah sungguh diluar nalarnya, ia dinyatakan lolos bahkan mendapatkan beasiswa FULL hingga akhir. Hal yang lebih membuatnya senang ialah Akademi Metrologi dan Instrumentasi ini belajarnya di kampus impiannya, doa yang selama ini ia panjatkan Allah kabulkan dengan berbagai hadiah yang tak terduga.


Seiring waktu berjalan ia mengikuti berbagai organisasi di kampusnya seperti pertama menjadi volunteer di Gerakan Raih Harapan ( GERAH ) yaitu mengajar di daerah tertinggal di kota Bandung, serta menjadi ketua Ikatan Mahasiswa Islam (IKMI) pada tahun 2019. Serta mendapat juara 3 Film Pendek tingkat Nasional pada tahun 2018, serta termasuk 3 Besar Indek Prestasi Komulatif (IPK) di kampus AKMET pada tahun 2019.,

Tidak hanya itu, karena kecintaannya terhadap pendidikan dan semangatnya dalam belajar, ia pun mendirikan tempat belajar gratis untuk anak-anak pelosok di daerah Pandeglang. Tujuannya agar anak-anak mempunyai motivasi pendidikan yang tinggi sehingga bisa menjadi insan yang hebat dimasa depan, dibawah naungan “Sabtu Mengajar Pandeglang“.

Didirikan pada bulan Juli 2019. Sabtu Mengajar Pandeglang merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang fokus kepada pendidikan anak-anak di daerah pelosok. Dengan adanya Sabtu Mengajar ini ia berambisi untuk membantu anak – anak di Kabupaten Pandeglang agar bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Saat ini Sabtu Mengajar pandeglang baru memilki satu kampung binaan yang berlokasi di Kp. Sukanagri Ds/Kec. Mandalawangi Kab. Pandeglang – Banten. Dengan jumlah siswa sebanyak 81 orang. Dan target selanjutnya ia akan membuka kampung binaan lain minimal satu kampung binaan di setiap kecamatan yang ada seluruh Kabupaten Pandeglang.


“Sabtu Mengajar Pandeglang hadir karena keresahan saya dalam melihat situasi pendidikan di Pandeglang yang begitu minim, bahkan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pandeglang rata – rata lama belajar orang Pandeglang adalah enam tahun yaitu sama dengan lulus Sekolah Dasar (SD).” Ujarnya.


Begitu banyak hambatan yang ia lalui ketika mendirikan Sabtu Mengajar, mulai dari anak-anak yang tidak mau jika belajar tanpa adanya hadiah. Akhirnya ia berinisiatif setiap kali mengajar ia memberikan hadiah yang ia sisihkan dari beasiswanya. Faktor lain ialah dari orang tua yang tidak suka jika anak-anaknya diberi pembelajaran, dan kadang-kadang dari anak-anaknya yang suka malas belajar, selain itu, jarak yang jauh dari kota yang menyulitkan volunteer yang ingin berpartisipasi di Sabtu Mengajar Pandeglang.

Setelah kurang lebih 1 tahun 5 bulan Sabtu Mengajar Pandeglang berdiri, lambat laun dikenal oleh banyak orang dan semakin banyak donatur yang berpartisipasi. sehingga Sabtu Mengajar bisa berjalan sendiri tanpa bantuan biaya dari dirinya.

Keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang bagi seseorang untuk mencapai dan mewujudkan mimpinya, tetapi kunci dari kesuksesan itu sendiri ialah niat yang sunguh-sungguh. Mimpi itu harus diperjuangkan, mimpi itu punya hak untuk diperjuangkan dan kita mempunyai kewajiban untuk memperjuangkannya. [Mg.Sela/Nada/SiGMA]

Mahasiswa Keluhkan Sertifikat Kukerta Mandeg

0

Serang, lpmsigma.com | Mahasiswa Semester tujuh UIN Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten, keluhkan sertifikat Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA) yang tidak kunjung jadi.
Siti Rif’ah salah satu mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab mengeluhkan pihak Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) yang sampai saat ini tidak memberikan kepastian kapan sertifikat tersebut dicetak dan dapat diambil.

“Kenapa pihak lembaga LP2M tidak memberikan kepastian yang jelas terkait sertifikat yang belum dicetak. Dan kenapa hanya kelompok 1-54 saja yang sudah dicetak,” ujarnya.
Menurutnya, hal tersebut menjadi penghambat para mahasiswa yang ingin melanjutkan ke tahap tes lainnya. “Kalo sertifikat KUKERTA sudah dipegang di tangan, enak buat kita untuk mengambil tindakan ke akademisi selanjutnya, seperti daftar TOEFEL, sidang munaqosh dan lain-lain. Tapi, untuk daftar itu semua butuh beberapa syarat, salah satunya sertifikat KUKERTA,” Kata Siti Rif’ah menambahkan.


Senada dengan Rif’ah, Sanudin mahasiswa jurusan Hukum Ekonmi Syari’ah (HES) juga mengeluhkan sertifikat KUKERTA sampai sekarang belum rampung. Ia mengatakan pandemi covid-19 bukan alasan akan lambatnya percetakan sertifikat. Selain itu, Sanudin juga mempertanyakan sistem percetakan sertifikat KUKERTA yang tidak dicetak secara keseluruhan.


“Kenapa sertifikatnya dibagi secara bertahap, kalo alasannya karena corona sangat tidak masuk akal, kan bisa dicetak sekaligus, kenapa harus bertahap,” Keluhnya.
Selain itu, ada juga mahasiswa yang menanggapi hal tersebut dengan biasa saja. Qurrotul Inayah mahasiswa semester tujuh jurusan Asuransi Syari’ah (AS) menanggapi hal ini dengan santai dan tidak berpengaruh besar bagi dia. Menurut dia, sertifikat KUKERTA itu sangat penting untuk mahasiswa yang ingin secepatnya melakukan sidang munaqosah.
“Setahu saya sertifikat KUKERTA itu dibutuhkan buat sidang munaqosah saja, sedangkan saya belum ada rencana bulan ini untuk sidang munaqosah. Orang yang mau sidang, ia pasti mengeluhkan hal ini,” ujarnya.
[Mg. Anang/Dani/SiGMA]

Kecerdasan Ali bin Abi Thalib

0

Ali bin Abi Thalib dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Nabi Muhammad SAW. sekitar tahun 599 Masehi atau 600 Masehi (perkiraan). Ali adalah khalifah keempat setelah Khalifah Utsman bin Affan, yang berkuasa pada tahun 656 sampai dengan 661. Beliau termasuk dalam golongan pemeluk islam pertama. Selain itu, beliau juga diakui akan keberanian dan kecerdasannya.

Dalam salah satu riwayat Al-‘Usfuriyyah, menyebut bahwa ilmu pengetahuan sayyidina Ali sangat tidak diragukan lagi, bahkan Rasulullah SAW. Pernah bersabda; “Aku adalah kota ilmu, dan ali adalah pintunya”.

Pada suatu hari, ketika kaum khawarij mendengar hadits “Aku adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya”, mereka menjadi iri dan dengki kepada sayyidina Ali. Kemudian sepuluh orang dari pembesar kaum khawarij berkumpul. Mereka berkata: “Kita akan bertanya kepada Ali tentang satu masalah (pertanyaan), dan kita akan lihat bagaimana ia menjawabnya. Kemudian, jika ia menjawab satu pertanyaan dengan jawaban dan dalil yang berbeda-beda, maka kita akan mengetahui bahwa dia adalah orang ‘Alim sebagaimana yang di sabdakan oleh Rasulullah SAW.”

Orang pertama dari mereka menghampiri Ali dan bertanya: “Wahai Ali, manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?” Sayyidina Ali menjawab: “Ilmu itu lebih utama daripad harta.” Orang pertama bertanya: “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab: “Ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Syaddat, Fir’aun dan lainnya.” Lalu orang pertama pergi dengan membawa jawaban tersebut.

Kemudian datanglah orang yang ke dua dan bertanya seperti pertanyaan orang yang pertama. Sayyidina Ali menjawab: “Ilmu lebih utama daripada harta”. Orang ke dua bertanya: “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab: “Ilmu bisa menjagamu, sedangkan harta kamu yang menjaganya.” Kemudian orang kedua pergi dengan membawa jawaban tersebut.

Setelah itu datanglah orang yang ke tiga dan bertanya seperti pertanyaan orang yang pertama dan ke dua. Sayyidina Ali menjawab: “Ilmu lebih utama daripada harta.” Orang ke tiga bertanya: “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab: “Orang yang memiliki harta memiliki banyak lawan, sedangkan orang yang memiliki ilmu memiliki banyak kawan.” Lalu dia pergi dengan membawa jawaban tersebut.

Kemudian datanglah orang ke empat dan bertanya seperti pertanyaan orang sebelumnya. Sayyidina Ali menjawab: “Ilmu lebih utama daripada harta.” Orang ke empat bertanya: “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab: “Apabila harta itu diberikan (kepada orang lain) harta akan berkurang. Sedangkan ilmu, jika diberikan (kepada orang lain) ilmu akan bertambah.” Orang ke empat pun pergi. Datanglah orang yang ke lima dan bertanya seperti pertanyaan orang sebelumnya. Sayyidina Ali menjawab: “Ilmu lebih utama daripada harta.” Orang ke lima bertanya: “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab: “Orang yang berharta akan dipanggil dengan panggilan Bakhil (pelit) dan tercela, sedangkan orang yang berilmu akan dipanggil dengan panggilan yang agung dan mulia.”

Kemudian dia pergi dengan membawa jawaban tersebut. Kemudian datanglah orang yang ke enam dan bertanya seperti pertanyaan orang sebelumnya. Sayyidina Ali menjawab: “Ilmu lebih utama daripada harta.” Orang ke enam bertanya: “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab: “Harta itu dijaga dari pencuri, sedangkan ilmu tidak di jaga dari pencuri.” Lantas dia pergi. Datanglah orang yang ke tujuh dan bertanya seperti pertanyaan orang sebelumnya. Sayyidina Ali menjawab: “Ilmu lebih utama daripada harta.” Orang ke tujuh bertanya: “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab: “Orang yang mempunyai harta kelak akan dihisab di hari kiamat, sedangkan orang yang mempunyai Ilmu kelak akan diberi syafa’at di hari kiamat.” Lalu dia pergi.

Datanglah orang ke delapan dan bertanya seperti pertanyaan orang-orang sebelumnya. Sayyidina Ali menjawab: “Ilmu lebih utama daripada harta.” Orang ke delapan bertanya: “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab: “Harta akan usang sebab ditelan zaman, sedangkan ilmu tidak akan usang dan busuk.” Lalu dia pergi. Dan datanglah orang yang ke sembilan dan bertanya seperti pertanyaan orang-orang sebelumnya. Sayyidina Ali menjawab: “Ilmu lebih utama daripada harta.” Orang ke sembilan bertanya: “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab: “Harta mengeraskan hati, sedangkan ilmu menyinari hati.” Kemudian dia pergi. Datanglah orang terakhir, yaitu orang ke sepuluh dan bertanya tentang hal yang sama seperti pertanyaan orang-orang sebelumnya. Sayyidina Ali menjawab: “Ilmu lebih utama daripada harta.” Orang terakhir bertanya: “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab: “Orang yang berharta akan memiliki sifat Rububiyyah, maksudnya ialah sifat ingin menguasai, menduduki jabatan yang tinggi, suka memaksa orang lain dan tak mau direndahkan. Sedangkan orang yang berilmu akan memiliki sifat ‘Ubudiyyah, yaitu sifat selalu tunduk dan beribadah kepada Allah SWT. Sekiranya kalian semua bertanya kepadaku tentang hal ini, tentu aku akan menjawab dengan jawaban yang berbeda selama aku masih hidup.”

Pada akhirnya sepuluh orang itu datang dan semuanya menyerah. Hikmah yang dapat kita ambil dari kisah di atas adalah betapa berharganya ilmu, hingga 10 orang bertanya dengan 1 pertanyaan tentang “lebih baik mana ilmu dengan harta” Ali menjawab dengan dalil yang berbeda-beda. Bahkan orang yang banyak ilmu akan ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. sebagaimana di dalam penggalan ayat 11 Q.S.Al-Mujadalah yang artinya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”  Orang berilmu akan Allah tinggikan derajatnya di dunia dan surga nanti. Di dunia, orang berilmu akan selalu dihargai  di manapun dan kapanpun. Berbeda dengan orang yang banyak harta tidak berilmu, ia dihargai ketika kaya. Namun ketika ia miskin, ia tidak akan lagi dihargai. Semoga kita termasuk golongan orang-orang berilmu. [Mg.Anang/Dani/SiGMA]

Memelihara Inner Child Dalam Diri

0

Banyak orang tidak menyadari bahwasannya mereka tumbuh dengan inner child yang terluka. Ketika seseorang tumbuh dewasa dengan inner child yang terluka, hal tersebut dapat mempengaruhi sifat atau kepribadian seseorang ketika dewasa nanti.

Dosen Psikologi Fakultas Dakwah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, A.M Fahrurrozi mengatakan Inner Child adalah bagian dari kepribadian yang dipengaruhi oleh masa kecil, terutama pada masa anak-anak yang usianya dibawah 5 tahun. Usia tersebut merupakan masa yang paling rawan kondisi kejiwaan anak terluka, ketika anak tidak mendapatkan stimulus yang selayaknya didapatkan. Seorang anak belum mampu mengelola perasaannya sehingga membuat perasaannya tidak terselesaikan dan tidak menemukan solusi, dan hal ini lah yang menjadi inner child dimasa depan.

”Misalnya ketika kecil diasuh dengan asuhan yang otoriter, maka kemudian pengalaman yang pahit dimasa kecil itu, terbawa hingga sekarang dan itulah yang menjadi bagian didalam diri kita sekarang artinya itu bagian diri kita yang masih kecil,” jelasnya

Penyebab Inner Child

Ia pun menjelaskan bahwasannya inner child disebabkan oleh lingkungan keluarga dan keadaan sosial yang mungkin tanpa disadari membuat anak terluka. Seseorang dengan Inner child, mempunyai sifat pemberontak, pendendam, menarik diri dari lingkungan sosial, rendah diri, penakut, tidak bisa mengembangkan potensinya, mudah marah dan sifat kekanakan yang mendominasi.

“Misalnya, ketika anak sering disuguhkan oleh pemandangan orang tua yang sering marah-marah, membentak dan seterusnya hal ini akan menyebabkan jiwa seseorang menjadi kecil, dia akan ketakutan dan bisa jadi berakibat menjadi pribadi yang minder, rendah diri atau si anak ketika itu ada kemarahan yang tidak terselesaikan dan berakibat memiliki pribadi yang pemberontak, pendendam. Dulu dimasa kecil ketika anak berbicara dibentak, pada akhirnya menjadi pribadi yang tidak berani untuk menampilkan potensinya karena takut disalahkan dan itu bisa jadi tidak disadari oleh seseorang,” jelasnya

Inner child memiliki tingkatan-tingakatannya sendiri dan berbahaya minimal kepada diri sendiri. Karena tidak bisa mengembangkan potensinya yang berdampak pada masa depan dan dapat berbahaya bagi orang lain misalnya anti sosial.

Saat kita mengalami trauma di masa kecil, luka batin yang diciptakan akibat trauma tersebut harus disembuhkan. Namun, seringkali luka batin akibat trauma ini tidak dihiraukan. Mungkin karena dulu kita tak memiliki orang yang membantu untuk sembuh, luka tersebut akan terbawa hingga dewasa. Hingga menyebabkan trauma atau masalah di kehidupan kita saat ini.  

Selama kita tumbuh menjadi dewasa, banyak sekali situasi atau peristiwa yang sangat mungkin menyakiti inner child, misalnya:

Pelecehan seksual

Kehilangan orang yang disayangi

Bullying

KDRT

Penyalahgunaan obat terlarang

Penyakit mental anggota keluarga, dsb

Bagaimana Pengaruh Rasa Sakit Inner Child Pada Kehidupan saat Dewasa?

Jika luka akibat trauma saat inner child belum sembuh dan kita tidak memiliki seorang yang membantu untuk sembuh dari luka tersebut, maka luka tersebut akan mempengaruhi beberapa perilaku kita saat dewasa, misalnya:

Menyalahkan diri sendiri

Merugikan diri sendiri

Menyakiti diri sendiri

Berperilaku Pasif-Agresif

Seringkali melakukan kekerasan

Dan berikut adalah hal yang dapat lakukan untuk memelihara inner child kita:

Pertama, kenali diri sendiri. Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda kita harus mengenali diri kita sendri. Ketika berinteraksi dengan orang lain, orang tertentu akan mengalami hambatan seperti tidak nyaman dan merasa takut, khawatir dan tidak percaya diri. Ini adalah salah satu tanda adanya persoalan dalam diri kita. Setelah menyadari bagaimana perasaan kita, kemudian lihat kembali masa lalu kita. Kita harus mencoba memahami masa lalu, menerima dan mengikhlaskan apa yang telah terjadi sebagai salah satu perjalanan hidup kita.

Kedua, selftalk (berbicara kepada diri kita sendiri) berikan kalimat-kalimat dukungan kepada inner child kita, misalnya seperti masa lalu tidak perlu disesali tetapi jadikan masa lalu sebagai dasar untuk kita melangkah kedepannya. Hal ini penting agar kita memiliki kekuatan untuk mengikhlaskan masa lalu.

Ketiga, meditasi (menenangkan diri kita) beribadah kepada tuhan, mendengarkan lagu yang membuat kita tenang dan berdamai dengan diri sendiri. Hal ini karena orang yang berdamai dengan dirinya akan lebih mudah untuk menerima masa lalu.

Keempat, minta bantuan professional seperti Psikologi dan orang yang dianggap bisa dimintai bantuan seperti teman dan lain lain. [Mg.Dea/Nada/SiGMA]

Hati hati, begini ciri kecurangan dalam pemilu

0

Serang, lpmsigma.com | Secara Substansi pemilu merupakan bagian proses dari pendidikan politik. Namun, pada kenyataannya sering terjadi berbagai kecurangan atau korupsi dalam pemilu. Hal tersebut disampaikan oleh Sahrul Hikam mahasiswa Hukum Tata Negara UIN Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten, Saat menjadi pemateri dalam kajian umum yang bertemakan Pilkada dan Korupsi untuk memperingati hari Anti Korupsi melalui zoom meet.

Menurut Sahrul, Korupsi pemilu mencakup beberapa istilah yaitu mal praktik pemilu, kecurangan pemilu, dan manipulasi pemilu. Ciri dari korupsi pemilu melibatkan penyalahgunaan Lembaga pemilihan untuk kepentingan kandidat. Manipulasi suara, terjadi dalam berbagai bentuk mulai dari cara curang klasik kesalahan pelaporan,manipulasi kotak suara, bahkan dengan cara halus dengan mendukung atau menentang kontestan tertentu, termasuk mengurangi fasilitas pemilu.

“Yang paling mencolok kecurangan dalam pemilu yaitu kandidat ini menyogok untuk memilih suara secara langsung, ini yang sangat mengkhawatirkan. Korupsi menghasilkan calon pemimpin yang tidak baik,” ungkapnya, Rabu (09/12).

Mahasiswa semester 3 ini juga mengatakan, Melihat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 di daerah Banten para Pasangan Calon (Paslon) yang diketahui cukup memilki potensi bagus. Yang menjadi problematik bagaimana masyarakat ikut berpartisipasi dalam mensukseskan pemilu di Banten saat ini, apakah masyarakat sadar bahwasannya hasil dari pemiilihan ini akan menentukan arah kemajuan daerah kedepannya atau tidak sama sekali.


“Yang meresahkan pada saat pilkada adalah money politik/ serangan fajar. Karena korupsi merupakan sebuah penyakit yang semakin lama semakin terus menggerogoti bangsa Indonesia, penyakit korupsi yang membuat tidak berintegritasnya sebuah bangsa. Karena, memakai budaya nepotisme yang bisa melanggengkan korupsi di kalangan birokrasi. Perilaku-perilaku korupsi sudah dibiarkan sejak dini dan dibiarkan terus bereproduksi,” jelasnya.

Lanjutnya, Perlu adanya sosisalisai edukasi anti korupsi kepada generasi-generasi bangsa, karena hal kecil yang sering dilakukan seperti, mencotek merupakan perilaku korupsi juga. “Mulai dari PAUD, SD, SMP hingga SMA, agar menanamkan nilai-nilai berintegritas, memberikan pemahaman kepada mereka bahwa korupsi itu bisa dilakukan oleh mereka seperti mencontek, korupsi waktu (telat ), itu adalah nilai nilai tidak jujur, ini bisa disebut dengan korupsi yang harus disadarkan kepada penerus bangsa,” lanjutnya.

“Faktor yang paling utama di Indonesia dalam korupsi itu adalah keserakahan, karena keserakahan itu sulit untuk dikendalikan. Dan untuk menghilangkan keserakahan bukan hanya sekadar fantasi belaka, tetapi dengan bernalar kritis,” pungkasnya.
[Mg. Salman-Echa/Mey/SiGMA]

Serang Zona Merah Kekerasan Seksual

0

Serang, lpmsigma.com | Marak terjadi kasus kekerasan seksual dan diskriminasi terhadap perempuan, berhasil membawa Kota Serang menjadi salah satu daerah zona merah kekerasan seksual di Indonesia. Hal tersebut disampaikan langsung oleh koordinator masa aksi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Kiki Risma Riyanti saat memperingati 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) di depan kampus satu UIN SMH Banten. Rabu, (10/12).

“Serang berada di zona merah terhadap kekerasan seksual menurut KOMNAS perempuan dan sampai bulan Maret, sebanyak 35 kasus kekerasan seksual yang dilaporkan ke Lembaga Perlindungan Anak dan Perempuan (LPA),” kata Risma.

Risma Riyanti juga mengatakan, aksi ini adalah upaya untuk mengampanyekan kepada masyarakat dan mendorong pemerintah kota Serang bisa ramah terhadap perempuan. selain itu, mendesak pemerintah agar segera mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS) yang sangat diperlukan untuk melindungi perempuan dari kekerasan seksual.

“Kita menuntut RUU penghapusan kekerasan seksual ini agar segera disahkan karena dilihat juga dari urgensinya melindungi kekerasan seksual,”ujarnya.        

[Mg. Olis-Dea/SiGMA]

Bangunlah Wahai Mahasiswa

0

Bangunlah wahai mahasiswa…

Pandanglah…

Kan kau lihat begitu banyak orang menunggumu…

Dalam pegerakan menuju negeri makmur…

Bangunlah wahai mahasiswa…

Bangun lah fikiranmu…
Bangunlah aspirasimu…
Bangunlah…

Tuk progresif mendaulat alih negerimu ….

Tuk berguna kepada negeri dan masyarakat….

Tengoklah….
Para bedebah….

Praktisi pengembara luar pengambil alih negeri kita….

Sekali-kali jangan mengimbuhkannya….

Pun jangan kita hanya sebagai sahaya kacung dari perkongsiannya….

Negeri ini menjadi tanggungan ilmu yang kita dapat…

Sia-sialah…

Jika ilmu kau dapat hanya tuk kepeng….

Jika ilmu kau hanya tuk menjadi bedebah penjilat harta haram…

Jika ilmu yg kau dapat hanya tuk disimpan…

Bangkit mahasiswa…
Bangkit utara negeri…
Bangun abdi rakyat…

Bangun zaim yang jujur dan bijak …

Mg.Nurjannah Saadah/SiGMA

Suara yang tak akan terus mekar

0

Oleh : Dedep Depha
Di ujung jalan yang tak berujung
Di tengah derik matahari yang terang
Ada tangis yang mengalir deras
Dari jutaan Rakyat yang tertindas

Suara suara itu bukan hanya gertakan
Tapi juga pertanda, bahwa
Tangan kiri yang selalu kita angkat
Akan tetap kukuh terangkat
Mereka tak akan pernah mati
Meski kau hujat dan pukul berkali kali

Mereka akan terus mekar
Kuat sera kokoh hingga akar
Akan terus Tumbuh di kala setiap musim berganti
Meski badai sekalipun menghampiri

Maka seterusnya
Biarkan takdir yang memainkan perannya
Tuhan pun tak akan pernah tidur
Demi bibit bibit revolusioner